Senin, 17 November 2014
Goresan Jelang 22 Des....
Ibu
Puisi dalam diksi yang tiada pernah kering dituang. Dituliskan dalam cerita adalah ending yang tak pernah sempurna, selalu kurang.
Dilukiskan dalam gambar adalah warna yang selalu tidak cemerlang seperti warnamu. Mengenang kelembutan belainya adalah rasa hangat yang tak pernah bisa diukur.
Ketulusan yang tak ada ujung. Dan Ibu adalah Emak yang tak pernah menutup ulur dekapnya menunggu aku pulang...
Liaze16Nov14MakassaR
»»
Ibu itu bagiku adalah koki terhebat buatku. Aroma dapurnya adalah candu rindu yang telah bersenyawa sesak dalam darahku. Selalu mengusik dan menggerayangi ingatanku. Untuk menemukan jalan pulang. Membaui kembali aroma dapur cintamu Ibu, seperti kilas lakon ingatan tentang omelan sayangmu, kala aku lupa mencuci tangan sebelum makan.
Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta
»»
Ibu itu bagiku adalah kado rupa ketulusan cinta yang tiada satupun yang bisa menandinginya, abadi.
Tangan dan pelukannya terhangat dari semua yang pernah kukenal. Pangkuannya tempat yang paling damai untuk melabuhkan semua baret-baret luka hidup. Dan anehnya, airmatanya adalah cristal terindah untuk apapun yang membuatnya bahagia karenaku.
Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta
»»
Ibu itu muara ilmu hidup, cinta, kasih sayang dan belaian. Seluruh gerak geriknya adalah cinta buatku, tak perduli Ibu memarahiku sekalipun.Mengalirkan airmata sedihnya karena ulah burukku, adalah dera yang teramat sakit buatku. Karena aku paham jika aku menyakitinya maka surgakupun hilang. Bukankah surga ada di telapak kakinya.?
»»
Ibu itu adalah potongan cinta abadi yang dikirim Tuhan ke bumi. Rahim dan selsel darahnya telah ditakdirkan sebagai tempat semai dan tumbuh ummat manusia. Karenanya, Ibu adalah kehidupan itu sendiri.
Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta
Ibu itu adalah wanita yang hebat buat saya, dalam keadaan apapun dia berusaha berjuang demi anaknya,meskipun nyawa taruhannya...Di depanku dia selalu berusaha tersenyum meski hatinya sedang duka.ibu segalanya untukku. Adi Alamsyah, 31 tahun, Bekasi, wiraswasta ( Dhafitha Nizza Nur Azizah, Nuraeni Ibrahim, Ivon Inna, Ulya Fathiya, Husnu Fitrah )
»»
Ibu itu mata air doa. Ridhanya adalah semai ridha Tuhan. Di rahim dan kasihnya, damai dunia di pelihara dan dirawat. Beliau adalah pemilik cinta teragung setelah cinta Tuhan. Dihadapannya aku adalah bocah abadi pendamba usapan belainya. Kuyakin cintamu padaku adalah kisah yang tak mengenal akhir.
Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta
««»»
--------------------------------
Losari, Hujan Pagi
By: Lia Zaenab Zee
Deret November awal
Lekuk losari hujan pagi
Kenang kisah berhari lalu ...
Peluk hangat lindap ronce alun
Dideraiderai ta' pangut beban
Hati memerah jambu dekap
Melangu terpekik asing
Cederai pagi dan senyum
Selalu tertinggal sekedik
ingatan ....
Tentang sosok beraroma puisi
Tentang baitbait yang namaku disebut....
Tentang pagi dan iring hujan
Tentang pagibuta dan
lambaian akhir.
Makassar,09 November 2014
-------------------------------
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar