Kamis, 25 Desember 2014

1. Lingkar Raihan Damai Oleh: Lia Zaenab Zee Semburat cahaya percik surga Kilat pemecah malam Tarikh menunggu resah tanggal pada antrian Malam merayap senyap selepas cahaya Sayap kelam bentang Kuhirup hawa dalam isak basah yang syukur Kelopak hati disudut kenang, beruah kisah putih dan hitam Ikhlas tertitip dipintupintu ikhtiar, kunci ribuan isi pendora hati Terkemas kenangan Memilah telisik Mengharap membengkelkan warna buram, mengecatnya menjadi terang Pada berai tautan rasa Selalu ada tempat menuang Pada tubuhtubuh puisi Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih... Selagi semprotan nyawa masih terpegang Ini adalah kesadaran ntuk instropeksi Ternamai basuhan : Kebahagiaan Di ulur tangan kelembutan asih Membagi dikuyu mata kaum papa, yang serak dijelaga hidup Mengerek degup cahaya pada lingkar raihan damai Makassar,25 Desember 2014 =============== 2. Tameng Bencana Oleh: Lia Zaenab Zee Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka Air terus berpesta pora dalam dendang awan Tabuhan gendang guruh, kilau cahaya kilat Cemas menggantung di pintu ruang Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa Menerbangkannya bersama waktu Gelisah pada basah yang meninggi Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali Haruskah kembang api berton cahaya meledak di udara angka ''15'' Terjeguk gemeretak gigil dari atapatap rumah yang separoh tenggelam? Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang Mengalir, menganakkan luka, perih nelangsa: Bencana Ampunilah kami Cukup duka yang kau wakilkan Meski khilaf-khilaf kami mengolam dan jelma samudera Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang Mengerahkan payung awanNya Jadi tameng segala ''bencana'' Makassar,25 Desember 2014 =============== 3. Tidak Ada Kepergian yang Tak Mampu Ditanggung By: Lia Zaenab Zee Pada setiap kepergian Dia tidak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu ditanggung Karena selalu ada keajaiban di balik setiap kejadian Ataukah jitakan pada kerelaan kita yang begitu betah berpeluk jenggala syahwat nafsu Padahal Tuhan selalu setia menunggu kita datang Ketika hujan airmata duka menderas Gegas kemas mencari Tuhan yang berdebu di sudut hati, Merengek menyulap doa, gegas mencari muka Memohon surga secepat-cepatnya Jika lukamu tak bisa melebihi kuasamu Biarkanlah lukamu kau serahkan bulat padaNya Lihatlah Betapa bodoh, naif Betah terkecup bebara nafsu Lupa ... ''MenggandalkanNya'' Makassar,25 Desember 2014
1. Menuju Almanak yang Tanggal Satu Persatu Menuju pintu lubang waktu Tercekat linglung tarikh Ada bagian siklus menggelisah Adakah kecemerlangan nilai, yang maktub di arsy Bilangan rahasia yang rahasia Pada gelisah yang haru Pada kehangatan meruah syukur Pada kepak gundah salah tuju Pada ke-akuan yang karat Pada pencarian bahagia yang tak mampu didefenisi dan terbatasi Menggunung cemas bekal perjalanan abadi Makassar,25 Desember 2014 =============== 2. Judul: Lekat Benak Musim Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau Mengirimkan jala uap jelma air Mencadai matahari, tersalut tirai awan Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi Melukis waktu pada gigil Mempenakan barisan kenang Bahagia dan duka Bahagia membenak Romantis ber-angan kehangatan perapian Berai, nyeri teraba dada kala amarah airmu tumpah meleleh nelangsa bencana Bulirmu gemerlap lugu terpapar balon lampu, rupai mata peri dalam sumringah pecinta Menyeduh senyum madu tentang indah setelah luka Juga tentang kolammu yang membungkam keriangan harum rempah dapur Mengepak derita ditempat tempat pengungsian Hujan sejuta kisah Airmata ilham di mata puisi Airmata kelopak di mata musim yang menjingga kelabu Dan gendang talumu masih hadir di atapatap Munajat meningkah di pinta yang tak mengenal musim: ''Dekap hamba selalu lekat dalam cinta'' Makassar,25Desember2014 ===================
Judul: Lekat Benak Musim Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau Mengirimkan jala uap jelma air Mencadai matahari, tersalut tirai awan Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi Melukis waktu pada gigil Mempenakan barisan kenang Bahagia dan duka Bahagia membenak Romantis berangan kehangatan perapian Berai, nyeri teraba dada kala amarah airmu tumpah meleleh nelangsa bencana Bulirmu gemerlap lugu terpapar balon lampu, rupai mata peri dalam sumringah pecinta Menyeduh senyum madu tentang indah setelah luka Juga tentang kolammu yang membungkam keriangan harum rempah dapur Mengepak derita ditempat tempat pengungsian Hujan sejuta kisah Airmata ilham di mata puisi Airmata kelopak di mata musim yang memurka Dan gendang talumu masih hadir di atapatap Munajat meningkah di pinta yang tak mengenal musim: ''Dekaplah hamba lekat dalam cinta'' Makassar,25Desember2014 Teratai, Puisi dan Lelaki Penyair By: Lia Zaenab Zee Tatapan teratai Berayun puisi pada rintik hujan di daunmu. Memahat bayang gelora lelaki penyair dalam jarak lautan Puisi yang mengirimkan mekar detik pada dada yang terbaca samar dipendulum yang makin zigzag Kusematkan di celah gerombol teratai, menyamarkannya direkahan undakundak kelopak Kualamatkan gelisah deras pada rerangkai liuk diksi syair Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk detak kalbu meletakkan sunyi di ruang angan Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetaslah bayang-bayang Makassar,25Desember2014 Aroma Hujan By: Lia Zaenab Zee Berdiri di bahu Desember Menapis angka yang tanggal tergeletak muram Dua Desember tlah pergi Merayap sengat janji yang ber-akhir, masih ''Nantikan aku sebelum akhir tahun'' Dan lebur janji berai tak mampu terjulang, tak kan pernah Remahkan senyap isak Hanya mampu mengaduk kenang Menghangatkannya pada kepulan asap di secangkir coklat Mematut namamu, lukis Atau, ada saat kubiarkan air kaca kornea menari bersama rintik hujan Membohongi kristal airmata menyamarkannya luruh bersama kristal hujan Pernah kusalahkan temu, Datang membungkus rindu yang rimbun 'Tika saatnya terenggut Sisakan akar rindu, membelukar liar pekat Banyak saatnya detik arif, membalut ceceran luka inci demi inci, menyeka ingatan Tapi ada saatnya senyummu nakal, susup mengendap endap di celahnya Merintik kenang, cabikan keluh nyeri memeluk Ada saatnya imajinasiku me-liar, blunder dimesin waktu Tahutahu terbangun; ''Desember dan Aroma hujan terlewat'' Makassar,24Desember2014 To Bang Tommy Ananta Judul: Rapal Doa dalam Detik Hujan Oleh: Lia Zaenab Zee Hujan, datangmu terbawa bersama peri penghambur dingin menggoda raga dan tulang Riuh kicau angin pada musim Wartakan riang di rekah tanah Merayu debu kembali pulang Kecambah bibit sumringah Alam berbasuh, berhias dansa beriring gemulai awan Gemuruh gendang guruh Tertingkah lekuk kilat cahaya Menawarkan pelaminan pelangi selendang warnawarni, siluet lengkung keindahan Belum genap pelukan gigil pada reranting daundaun 'Tika di belahan tempat yang surgawi ''Memekik retas luka dijasadjasad beku membasah dalam amuk alam.'' Banjarnegara, Sangihe, ... Dinding paku air deras Menawarkan palu godam goncang Merontokkan tanah Membuncahkan pedih kepergian Meratap rohroh terlepas Kolam kornea, Tempat menetap titipan telaga airmata, curah ... menyaingi deras luruhmu Istigfar pekik lelangit Mencari belas kasih Panglima segala Panglima Menyibak awan Arsy Kasihanilah Ampunilah Cukupkan bentak tegurMu Kami teramat : lemah Genggamlah Bunuh ke-akuan ''Bahwa kami kuat'' Kapar Sejuk airmu rakhmatMu Engkau menguji kami dalam bara leluka nestapa Dan kristal basah bening masih bentang luruh Bersama senandung hujan syahdu Musim masih penuh berkah Tembang doa alam semesta Tubir tahun ... Pintalan harap Tenunan resolusi Bercermin rima ritme isyaratNya Pada khilaf yang kelam Merobek jelaga fitrah Penciptaan-Nya Alam memurka muntah Muak pada dada busung kita yang naif Lihatlah Hanya dengan untai hujan bening yang hening Angkuh kita, lunglai rintih Begitu rapuhnya? Pesan Keagungan terang di hadapan Jungkal jumawa Beri kita kantongkantong air yang isak paling rintih pada kening sujud Tobatan Nasuha Dalam kedatangan hujan, waktu mustajab melantun doadoa Menekur pada Sunnatullah Tiap tetes hujan berkah tasbih bersamanya ''Bukankah Hujan adalah Rakhmat?" Makassar,24Desember14 Pasrah Terhantam Tanah By: Lia Zaenab Zee Menyelinapkan rekah gemintang pada labuan jiwa Ke-akuan pemaknaan tuju Bahwa, tabik dada dalam kadar yang terukur, melarungkan asa pada permukaan tanpa menenggelamkannya Ke-akuan yang matahari pada lengan-lengan waktu Bahwa masa adalah pertarungan amuk yang paling tikam Membekap dalam sekarat nafas Tak memberi jeda sampai lambaian akhir pada udaranya Apa yang mesti diagungkan? Pada akhirnya, kita gugur Serupa selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar apapun dulunya Makassar,23Desember2014 Edelweis Merah Jambu (Dalam Kenang) By: Lia Z Zee Mungkin cinta yang menyinggah hati, hanya uji ntuk dirinya sendiri Seberapa karat yang ditinggalkan Seberapa kata yang tertuang menuliskan sejarahnya Seberapa jauh imajinasi kita mengaitkannya dengan edelweis merah jambu terpetik, yang abadi adanya Ataukah seberapa kita memaknainya sebagai bagian tumpukan anugrah kenang, mengenangnya dengan senyum ataukah dengan temaran muram debar Dicopot dalam barisan daftar kenangan yang lain Dan semua hanya bernama --Kenangan Monday ... Makassar,22Desember2014 Percikan Surga By: Lia Zaenab Zee Serabut urat menyambung darah, di kelahiran aku Selaput urat kasih sayang terkokoh dari percikan Surga Pahatan jemari kelembutan mengalirkan sejuk asih ternyaman yang diberkahkan pada bumi Dilengkungkan disenyum tertulus yang anak manusia pernah kenal Bahumu bentangan langit ayunan berpelangi ronarona indah, tempat mengasoh sepanjang hayat Bola matamu samudera doa Jelmakan kolam airmata bidadari, meracik pinta pintu kebaikan pada semai bibit rahim Hatimu, tempat hulu dan muara segala cinta Sambungan partikel ridha terulur di sapuan telapak kakimu Ibu Pengasih Penyanyang Tuhan Semat di dada air susumu Kumpulan ruh nafas sedekat usap aliran Surga yang tertuang dalam KitabNya Ibumu... Ibumu... Ibumu ''ANDAI, diizinkan manusia saling menyembah, maka sembahlah IBU.'' Ibumu... Ibumu... Ibumu Makassar,21Desember2014 Lelaki Pengepit Bayang By: Lia Zaenab Zee kepak camar menyisakan serabut bulu pada akar angan. tibatiba menyibak menggelitik. hari bernas pada ketukan pintu mimpi suatu malam lelaki, apa yang membawamu singgah membawa pesan camar di pilar goyah yang tak kau pahami? kemudian, kubumbung pintuku mengasap seribu doa pada ucapmu suatu pagi ''Tunggu aku, di kotamu'' nada tak tertawar membungkus benakku tertimbun debu musim kemarin lalu awan telah mengisap debu kemarau. tapi perjalanan ke kotaku makin tak bisa kuberi nama. Makassar,21Desember2014 #puisi_cinta_sang_pelaut Judul: Lelaki Penabuh Angin Oleh: Lia Zaenab Zee pernah kusisakan ladang tandus tak benih pada lelaki penabuh angin bernafas layar berimba laut tak semai tak terkecup musim sisa asin laut menghunjam tanah sisakan hara sepeninggal labuhan angin humuskan tanahku, penyubur siluet ombak elang tatapmu mengenalkan mimpi asing yang terbangun senyap berkelana merimbun bayang pada lengan lelaki samudera teraroma buih lautan mengirim sinyal rasamu mengerek arah angin tepat tertuju ke kutup jantung memaksa sekarat dirindu tiada peri Makassar,20Desember2014
#PuisiLiris Faa... Bahu Desember mengkerut dingin. Ribuan jarum air menikam jantungnya. Mengalirkan pesan gundah wartamu yang makin keruh Mimpi berkelana sekilas bayang, memungut rindu merintik pelan, meng-asin, perih Menguap, mengawan di kolam kornea, menganak sesal kerak pertemuaan Mencemoh janji sebatas leher. Mencekik jarak yang mematahkan waktu. Menghentikan dendang kalbu berlaras damba Makassar,20Desember2014 #PuisiImajiTerliar Kupercayakan Rahasia Besarku By: Lia Zaenab Zee Pekat malam tua gigil yang senyap. Terengkuh lena dalam hangat pelukan. Kecambah mimpi merayap. Mengecup rekah senyum dalam ayun lembut kelonan Kau. Kecintaan terrindu. Selalu mengetuk liar batin ntuk pulang ke tubuhmu Aromamu membaui hidung begitu lekat memanja. Partikel ternyaman raga, Padu batin, pada tiaptiap arah inginku menanti kapanpun aku berlabuh Benak selalu sibuk meng-anganmu bila sekejab jauh darimu. Penghimpun setia cerita dalam kibar dan layu perjalanan Bukankah rahasia besarku ada padamu.? Kesejatianku terang di hadapamu. Rekam jejak melukis dinding mata jendelamu. Amuk laku tertayang tammat ditatapmu. Bungah hati tertulis dilantailantai ayunmu. Senyum kugesekkan riang di kisikisi angin yang berdansa goda bersamamu. Menemaniku menari di putik mekar mawar merah jambu hati Benarkah rahasia besarku telah larut disenyawamu.? Menyatu batin, saling merindu. Berpeluk hangat di pagi, siang, malam. Memasuki tubuhku rapat setia rahasia tak terbagi. Hanya padamu: ''Kamar Tidur'' Makassar,19Desember2014 Pualam Kasih Bunda (Des 16 ke 22) By: Lia Zaenab Zee Rerambah percik air, atap seng limpahan hujan suatu pagi. Aroma dapur bersekutu dingin mengelus rasa merengek lapar. Berada, di lingkaran ruang bau racik rempah memanja memelukku sepagi ini Rumah cinta, Bunda, serenade kasih dan hati menghangat Amboi... Almanak menggilas ingatan angka 22. Bun, kupastikan angka 22 tak mengenal empuk putih 'kasih' pada urat hatimu... ''Bun, Kasihmu tak perlu bilangan. Apalagi angka.'' Bermekaran, sepanjang musim. Periperi cinta mengitari tiada henti. Bersekutu malaikat kebaikan meramu mantra pujian: '' Ntuk Perempuan Berahim Asih'' Pualam kasihmu, kudekap bersama usia. Tumbuh bersama hembusan nafas, jadi detak Jantung. Kuhirup bersama kerak cinta pekat sepenuh dada, meleleh, mengaliri anakkan sungai mata .... Memilikimu, keajaiban Sajadah bentang bersama rintih rapal doa ntuk perempuan yang serat rahimnya sebagian aku Pencarian surgaku berujung di kakimu... Makassar,16 Desember 14' Lantun Alif Ba Taa By: Lia Zaenab Zee Ada lembar usang harum kasih Hangat berlompatan membenak Bahu kokoh, pijakan pertama kurebah Lantun Alif, Ba, Taa ... Tentang usap kepala, kala membola mata mulai cerewet berkeluh Tangan penghapus anakan kornea, dicemas bocah Ayah, aroma tuamu kucium Ilusi..., rerindu melayang menggerayang Kalam Ilahi menggetar ruang Suara radio senja ini... Talu buhul rindu mengangkasa mencari namamu di pintu awan Alif Ba Ta... Suara bocahku, menyelinap rincing di suara Qori'ah Alif Ba Ta... ''Ayah, itu lafalku, berpuluh silam, lari.'' Mula denting eja di hadapmu Benak kilas ruahruah ranting waktu, bersama, silam Mengunyah derai tawa, pekik riang lelucon hari Ini aku -bocah putrimu- Rapal doa, berpeluk cinta, memungut cerita berenda rindu Menghimpun bab akhir, ''Ayah, Tak pernah kujumpa diksi penutup'' Jarak adalah cinta yang berenda rindu kan, Ayah? Alif Ba taa... Makassar, 15 Desember 2014
Kepada yth: Puisi Essai 2014 CCa: Jurnal Sajak Di Tempat Hal: Surat Permohonan Maaf   Dengan hormat,       Bersama ini, saya kirimkan 1 (satu) buah karya puisi essai , berikut: Judul: Senandika Gadis Pemecah Batu Kokoh Batu Oleh: Lia Zaenab Zee Merupakan hasil asli (original) penciptaan saya, dan belum pernah dipublikasikan dan diikutkan di event/lomba apapun dan di manapun Dan sekaligus permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Terkirim, tidak  dalam bentuk 'attacment' seperti yang dipersyaratkan. Hal ini terjadi, karena perangkat tidak memungkinkan. Sebesar-besar harapan saya. Pihak redaksi memakluminya. Jikapun persyaratan attacment adalah bersifat mutlak, memohon dengan sangat, ketersediaannya, untuk mengirimkan pemberitahuan. Demikianlah, atas perhatiannya di ucapakan terima kasih. Hormat Saya Lia Sainab Asbar NB: Alamat:Komp. BTP Blok AA/129 Jln. Keindahan 10 90245 Tamalanrea Makassar, SULSEL. Mobile: 085242931445 -------------------------------- PUISI ESSAI ~LIA SAINAB ASBAR~ Judul: Senandika Gadis Pemecah Batu Kokoh Batu Oleh: Lia Zaenab Zee --- Kurang lebih sepuluh tahun kepergian Bapak Kurang lebih delapan tahun kepergian Emak Di mulut jendela, di ketinggian suatu gedung, di Ibukota Negeri ini Seorang gadis tercenung, dikerubuti potongan- potongan kenangan liku- liku hidupnya Kisah takdir setiap manusia Siapa yang sanggup membaca? ''Rabb, Cobaan dan takdir memberiku arah jalan pada ruas-ruas usiaku. Atas Kuasa-Mu, Aku berdiri di gedung megah ini sekarang. Usia 27 tahun, dalam nasib yang berbalik 100 persen, dari kira-kira sepuluh tahun silam.'' Gumam doa yang khusuk syahdu, kristal bening air mata terikut serta, sudah Keluar dari bibir, seorang Gadis cerdas berkulit putih yang ayu Siapa sangka, dulunya dia adalah gadis kampung yatim piatu Dengan gelar; ''Si Gadis Pemecah Batu'' Berloncatan kisah memenuhi udara sejuk harum ruang ber-AC; Kurang lebih sepuluh tahun lalu November di tengah perjalanan Masih teramat samar bayang awal pagi Gigil menggelitik nakal menyusup di sobekan carik selimut kumal, bekas Bapak dulu Ayam tetangga belumlah ribut Bau malam masih sedikit sisa Punggung ngilu menjalar Imbas kerja keras dan hati yang tercabik-tercabik; patah Sekuat batinnya dan jiwanya Nalar belianya dikokohkan Di tempa keras batu, kerasnya kehidupan sosial Dan sekeras-kerasnya mencari suap-suap nasi Cinta remaja pertama, Hempas berai, sudah Kasta papa mendinding tembok Mamat, tammatan D3 Sekolah Kesehatan, perjaka anak Pak Desa Tak pantas sanding, dengan gadis yatim piatu tak berwali kandung, putus sekolah pula, seperti dirinya Hanya gadis pemecah batu Cinta mencemoh, pada ketidakpantasan derajat Kepal tangan, tegar berlalu Tahu diri Masih rimbun ingatan Pekik pada kesepian belai kasih Sebatang kara memecahkan karang kehidupan Sekedar ntuk tempat curhat*1 Sekalipun tak punya Kala Bapak Emak masih ada Rupa pagi, dingin yang asa Akan selalu penuh keriangan bocah Bergegas menyiapkan buku, tas sekolah dan seragam tak pernah kenal setrika Meski buku kumal Masih sisakan halaman kosong Meski tas juga kumal, sedikit sobek, dan berjamur. Tapi masih kuat memuat buku yang tak seberapa buah Juga, memuat bungkusan sepatu sekolah Sepatu, tentu saja juga kumal Solnya sudah aus sebagian Tetap saja dibungkus (sepatu hanya dipakai saat di sekolah) Akh ..., nasib bocah jelata Tetap syukur Bahagia sederhana kaum papa waktu itu Kebahagian kecil terenggut Hari paling nestapa, jeguk Sang tulang punggung -laki-laki pemecah batu- Dia, Bapak Tergelincir di cekuk liuk lobang sungai, tempatnya bekerja Bersimpah darah kepala retak Di serakan bebatuan padas Dalam hilang kesadaran Rohnya berpulang, tak sempat mengucap pamit Emak pingsan, terguncang Hilang akal, hilang ingatan Calon adik keenam di rahim ikut-ikutan kalut terjerembeh Beriring Emak yang hilang sadar Adik janin juga menyusul kepergian Bapak Sekejap dunia menggulita pekat Akal bocahnya dipaksa berpikir keras, alih tanggungjawab Jelmakan dewasa sebelum waktunya Anak sulung punggung si sulung Belia usia tak memberi syarat Ntuk alasan memanja belia Tak beri ruang ntuk lemah di hadapan adik-adik Adik-adiknya masih kerap meraung-raung kehilangan Kehilangan pangkuan, belai tangan dan sandaran Yang tiba-tiba pergi Bapak sekaligus Emak Memberinya paham ntuk harus berdiri tegak, merengkuh adik-adiknya dalam pelukan Kala itu, usia anak tertua dua belas tahun tujuh bulan, Dia Si Gadis Sulung Adik keempat bungsu empat tahun lebih, balita yang belum tau apa-apa Diusia remaja hijau Terpanggang gerah keadaan, jadi pengganti Emak Bapak, sekaligus Kuasa Tuhan memihak Si Gadis Sulung, bisa lulus Sekolah Dasar dengan nilai tertinggi Di tengah jepitan hidup Dan dijengah tatapan haru biru sekitar Ditengah jatuh bangun memikirkan, bagaiman adik-adiknya bisa makan Ditambah bayang-bayang retak darah kepala Bapak Lalu miris kesakitan jiwa Emak Tertawa dan menangis tak kenal waktu Bagai lekat bayang mimpi buruk Belukar sesak di otak kepala kecilnya Emak tak pernah pulih lagi sejak hari nelangsa itu Sungguh-sungguh, hilang akal hilang dunia Atas belas kasihan warga, petugas desa, kerabat, tetangga, bla...bla...bla Pedih-pedih mereka sedikit jenak terpeluk Emak tertampung, di Rumah Sakit Jiwa pemerintah Juga berbekal welas asih berbagai pihak Tetangga yang kebanyakan sama-sama jelatanya Si Gadis Pemecah Batu dan adik-adiknya masih berpeluk nafas Sungguh linu, remaja putik Meruah keringat banting tulang di bawah perintah telunjuk orang Demi sesuap nasi Tanpa belai, tanpa arahan Bebatu tangan genggam derita Garis tangan sudah tertuliskan seperti itu, hendak berkata apa.? Bertahan kurang dua tahun setelah Bapak pergi, Emak menyusul, dalam damai Membawa ingatannya yang tak pernah kembali lagi Pun Si Gadis Sulung dan adik-adik telah siap, berdamai untuk disebut: ''Anak-anak yatim piatu.'' Terlipat waktu untuk lika-liku perih Mengemas seragam, Sekolah Menengah Pertama Baju putih bekas anak tetangga, yang sudah menguning Tammat sebelum disyahkan ijasah Guru-guru melepasnya dengan mata kaca, senyum iba tak berdaya Anak murid, gadis kecil cerdas digaris nasib yang miris Melambaikan tangan pada angka-angka cemerlang di Rapor Meredam gemuruh sesak, masa remaja dalam kecap cita-cita memunggunginya Tiada daya Dunianya lanjut Berubah jadi tulang punggung Adik-adiknya perlu makan Tak akan ada yang memberi suapan gratis selamanya Bertahan hidup Jalan satu-satu Dia pernah mempelajari di Sekolah Menengah Pertama di tahun pertama yang dinikmati hanya setengah, dulu ''Tangan di atas lebih mulia, dari tangan di bawah'' Singsingkan lengan baju Batukan cita Melawan kodrat Hawa Membunuh rasa malu Mengacuhkan tatap kasihan Tulikan cela jari lentik remaja ayu Dan gumam-gumam riuh dari sekitar Menemui bekas juragan Bapak Mula, Jadi gadis pemecah batu pangganti Bapak Ngilu punggung torehan rodi sore kemarin, gigil masih mengigit Tak tepis cita baja ntuk lanjut hari ini, esok dan esok Punggungnya dan tangannya tertoreh benang nafas adik adiknya Hidup terus berlanjut Gadis kecil segegas-gegasnya menjelma dewasa Yah, hari ini tepat 17 tahun Dalam kerasnya padas batu, sumber rejekinya Dalam tapak tangan yang kapalan bercumbu batu Gadis pemecah batu, Gadis pemecah kerasnya hidup Dengan dua kisah cinta yang telah lebamkan hati Sama-sama kapalan dalam luka fisik luka batin Paut pada lirik merah jambu jejaka tampan anak Juragan Hatinya terbilur rindu Terperangkap, menganalisa dan membaca gelagat Istri Juragan dengan tampang semakin kecut, selalu ''Rino anak sekolahan, temannya harus anak sekolahan....'' Keras ucap Istri Juragan suatu hari Meraba pada cerita cinta pertama Aku siapkan hati ntuk tercabik lagi Entah kenapa, atau malah sangat jelas, Si Gadis Pemecah Batu baca: terasa suatu ucap sindiran, cemoh tak sepadan Lagi-lagi ketidaksetaraan? Sehari sebelumnya, Rino anak Sang Juragan dan Si Gadis Pemecah Batu kepergok Istri Juragan mengobrol riang tanpa kasta suatu senja di jalan desa Bermasalah? Emak Rino bernaluri curiga Khawatir pada burai riang dalam senar gelak tawa mereka Sesungguhnya, Si Gadis meraba degup yang asing jalari dada, lebih talu dari degup yang dulu Nalurinya membaca Rindu menggantung sama, di kening dan bola mata sang jejaka, Si Rino anak Juragan Tahu diri Tahu diri bertalu lebih keras dari talu apapun saat itu Berdamai dengan keadaan Surat Rino tak pernah terbalas Berpuluh kali, hadangan dijalan Usaha-usaha temu, ditepis, disiasati berbumbu dan berpuluh-puluh alasan pula Si Gadis tak beri hatinya harap, 'sesuatu' Yang kemungkinan membuatnya berdarah hati, lalu patah rindu lagi Sudah cukup, pilu tak mesti ditambah- tambah Rino, Perjaka anak Juragan Merenda masa depan di suatu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Kebanggaan orang tua dan simbol martabat orang sekampung Tentu saja, calon pendamping haruslah yang 'pantas' Tidak berbicara pada pilihan hati Tapi berbicara pada keselarasan martabat alias level Hati mungkin tak berjarak Tapi ada jarak lain: Berjarak dalam ekonomi. Berjarak dalam ilmu Berjarak dalam kehidupan sosial Berjarak bla... bla... bla Dan yang terpenting ''Martabat harga mati'' Terbunuh putik rasa Si Gadis ntuk kedua kali Si Gadis, telah terlatih, terbiasa dan siap, menerima derita macam apapun ''Adik-adikku tetap bisa makan, urusan nomor satu.'' Bisiknya suatu senja pada semilir angin, di hadapan pusara Bapak Emak Putik cinta remaja gugur lagi Membuangnya, melambaikan tangan, memusnahkan bibitnya Sambil menata hati menambah tatakan batu hati, berlukiskan ketegaran Remaja ayu dalam belukar kisah yang perih, harus kuat Ada yang lebih batu dari sekedar cinta yang diributkan Kasta yang tak sebanding Lalu remukan hati yang serpih patah Di angan Bisa melanjutkan sekolah lagi Gelisah yang lebih gelisah Jadi pintar lebih 'benak' dari hanya sekedar jadi anak mantu Pak Desa atau anak mantu Sang Juragan Jadi pintar, punya Ijasah Akan memberi ruang memilih Memilih kerja yang lebih paham kodrat manusiawi perempuan Kerja yang memberinya marwah'*2 Buat Perawan Desa yatim piatu sepertinya Yang terpenting titelnya akan jelma 'martabat', yang selama ini telah menguburnya dalam keterbatasan harap,ruang cita, dan kehidupan sosial Gadis Pemecah Batu Yang jadi titelnya selama ini Status, yang selalu melahirkan tatap kasian tikaman keminderan Lalu merubah jadi cerita Lalu berubah jadi gossip Lalu terakhir berlabuh sesak diam pasrah sesak dalam dada Dan menaruhnya dalam kasta lingkaran sosial terendah Hari ini dan entah sampai kapan Lekatan kasta sosial terendah menimbunnya Yang jelas, lekat pekat berpeluh lenguh tegar, masih sahabat paling setia saat itu Bertahan hidup, prioritas pertama Diketiaknya, tempat adik-adik berlenguh kesah Di tangannya sumber sesuap nasi Jika lapar, siapa yang perduli? Nafas Baja tekad batu Jadi pemecah batu Pagi ini, pagi berikutnya dan berikutnya, entah sampai kapan? Satu tahun sebelas bulan Ada suluh obor kecil dihati Namanya terdaftar untuk ikut Paket C Kabupaten Damba yang megah syukur Yang terapal di doa-doa malam Merayu Tuhan, Ijasah dan pintar -Sekolah Menengah Atas- Bukankah standar kasat mata tanpa undang-undang tertulis? Derajat diukur dari bibit asalmu Kemudahan urusan, diukur dari siapa kamu? Kehormatan disebut pada titel yang semat dinamamu Wibawamu terukur dari berapa banyak duit yang bisa kau kuasai Jodoh kisah Cinderalla Sang Putri Abu, hanya dongeng pengantar tidur Dongeng yang diciptakan ntuk memberi senyum pada 'keputusasaan' yang tak tertawar Hal ini telah tammat terpaham oleh Si Gadis, jauh-jauh sebelum waktunya dipelajari ''Bab pelajaran hidup yang paling cepat tammat kubaca'' Curhatnya pada diary (buku biasa tak indah seperti buku diary yang seharusnya) suatu pagi di saat patah hatinya yang pertama Tuhan tidak membedakan manusia ciptaanNya Ego dan aturan manusialah yang menciptakan aturannya sendiri Menyalahi aturan Tuhan? Diskriminasi antar sesama manusia adalah laku paling purba Perjuangan menegakkannya adalah perjuangan yang juga sama-sama purbanya, tanpa akhir Selalu ada patriot disetiap masa Darahnya teralir juang anti diskriminasi sampai liang lahat Tapi semua hal di dunia berpasangan Setiap patriot punya musuh Yang taruh baja melawan patriot Mungkin, seperti pahlawan cahaya dan pahlawan kegelapan, entah Bagi Si Gadis Pemecah Batu Berada dalam pandangan kasian dan hinaan, tak bermartabat, telah mendarah daging di kalbu, sudah terlalu biasa Seperti itu, bara semangat tak lantas mundur patah arang Juang tetap meng-api kobar di jiwa ''Apakah aku bisa disebut Pahlawan Cahaya dalam senyap.?'' Dialognya; bersenandika kerap hantam kalbunya Pantang mundur adanya Celah setitik apapun dituntutnya Suluh sekecil apapun akan dicari arah titik terangnya Gadis pemecah batu, tegar batu Pada padas cita batu Enam tahun kemudian Toga telah bertengger di kepala Keajaiban selalu ada, menyapanya; Suatu lembaga amal bergerak di berbagai bidang salah satunya bidang pendididkan, bersedia memberinya beasiswa penuh Bermula lewat liputan profil, perjuangan, peluh batu Si Gadis Pemecah Batu Liputan suatu; Stasiun Televisi Swasta Cumlaude, ... Cumlaude! Setidaknya satu pintu terbuka Kertas ijasah senjata tarung termiliki apik Melelehkan sebagian partikel diskriminasi yang menyelimut selama ini Tidak ada yang mustahil Bila diniatkan baik dipinta melangit Dan dicamkan setegar baja Peluh batu, kokoh dada Lalu diikhtiarkan sebatu-batunya Rabb sedekat urat leher Maha Mendengar Dia Maha Pengatur Maha Adil Makassar,16 Desember 2014 --------------------------------- Be Continues... Page 2 ---»

Minggu, 07 Desember 2014

PuisiMingguanDuDek9 Judul:Rel Kereta Tikam tak Usai Oleh: Lia Zaenab Zee Jenggala benak talu serupa lindu Kemas genangan air kelopak Kunikmati cabikan perih senti demi senti, senyap. Taburan kembang kamboja magis Dinding gigil purna rasa hilangmu Hilangmu, rupai jejari waktu Merenda jaring labalaba kanker Sebarannya luka rapuh menggurita Mengobok pedih darah Seakan diriku ikut lenyap Kutenggelamkan laku paling karikatur, badut Harap liar kenangamu halau Rel dan Kereta senjakala kelam Tikam aku tak usaiusai Makassar,21 November 2014
DAFTAR PUISI: 1.KUPELIHARA PURNA CINTA I 2.KUPELIHARA PURNA CINTA II 3. KUBURAN MASSAL -------------------------------- 1. KUPELIHARA PURNA CINTA I Oleh: Lia Zaenab Zee ====' ==='======'== Cinta beronak duri Terlarang! Membatu langkah ... 'Silariang'!*1 Kupelihara purna Cinta Sel darahku mengirim resus positif pada darahmu ... Cinta sesaki ruang oksigen, alirannya tersumbat sampai ke otak Tumpah di jantung hadirkan debar keanggunan lunar Kutup hati sibuk mengigau saling mencari Bibir berhias laras kinasih Selaputi mata tertuju keangan matahari Terdengar melodi buhul perindu Terekam syair dendang kasih Iring langkah harmoni padu Aroma pelukan, hadirkan getaran 'sayang' di nadi Kuberi isin kecupan di keningku yang bulan Kemudian Simpang jalan genggam kita Linglung gamang! Terantuk langkah Limbung! Pekik lindu menguasai jalan nafas Tak terijabah restu membajui cinta begitu sulit, sesak Memilih Tercerabut akar kehidupan Berseteru ayatayat suci Memunggungi budinorma Berpaling sulur budaya Kukuh terengah darah Saling eratkan genggam Tekad batu Makassar,18 November 2014 ------------------------------ 2. KUPELIHARA PURNA CINTA II Oleh: Lia Zaenab Zee Tidak ingin kupelihara sesal '' Siri` na pacce ''*2 Kuindahkan lukaluka Pentas turun layar penutup Kini Angkuh cinta menolak kecup riang Ditepitubir detikhari surga kita Berganti gelisah pendar bulan gundah Kobar api bernama asmara Telah membakar rindu yang cinta Menjalar amuk remuk Tercampak! hangus Sejatinya Cinta, telah ... : Anugerahiku proses tumbuh Warna warni Terang gelap Beku cair Airmata senyum Terbit kembali rupa pendar suluh kecil liuk merah Mendewasa Jelma rindu syahdu hangat asih Cinta akan selalu ada disini (dada) Teraba bening bentang nurani Tabah, menawan, sabar, kilau Karena --Kujaga purna laku 'Cinta' Makassar,17 November 2014 Note: Silariang*1=Kawin Lari Siri' na pacce*2= malu sekali ======'======='====== 3. KUBURAN MASSAL Oleh: Lia Zaenab Zee Pendar gundahgulana matahari Awan berarak mengepung pinta Pada basah yang air Pada musim yang gigil Pada debu yang kuyup Jelma gembur tanah yang riang Dibahu aspalaspal beton negeri ini Dilangitkan mohon yang ngilu Dilarung anganangan idealisme Tentang pekik kemiskinan sekarat yang jadi mati Anakanak negeri bergerilya di jalanjalan Berhadapan moncongmoncong bedil menganga Memerah, mengorange, menghijau Melaut peluh berpelukanyir kotoran telingatelinga Penguasa yang berpurapura tuli, mati rasa Yang begitu gemar mengerami resah jelma simalakama rakyat BBM topeng basi kalkulasi cekik Ejakulasi prematur Hitungan subsidi BBM pakarpakar penguasa Omong kosong! Yang pasti kami eja yang hapal Beras tak terbeli, anakanak kami tulang belulang Omong paling kosong Kalau perut kami kosong Baiklah Gali saja kuburan massal Makassar,17 November 201 _fajar ditlk
#30HariNonStopMenulisPuisi-30 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Desember 4: Lambai Akhir Untai rumah awan hambur tangis Meluap menutup senyum matahari Bandara suatu senja, luruh air Menyembunyikan pekik sesak dada Basah senja, basah kelopak, basah sedihku Lambai akhir Elegi kisah mulai menebar benih Kucoba berlayar di tatap matamu yang kabut Gelap, kompasnya mati tak berarah Kapal berlayar terombang ambing tanpa pandu Selasar sepi setia menemani Desember keempat sua Kuketuk ruang kenang, menyahut suara sekarat di sana Harusnya lambai akhir mengajarkan bab tentang cara elegan melarung rindu Empat Desember siasia kularung Kudapati namamu selalu ajarkan ntuk menunggu di pelabuhan jiwa Desember keempat kupatri setegar karang Kuusap tanpa sisa haru, bahwa namamu hanya bernama kenangan Hanya itu Makassar,4Desember2014 ------ #30HariNonStopMenulisPuisi-29 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Kisah Degup yang Setia Kisah tentang degup yang setia. Menjejala di dada, mengalir di nadi. Kusemat pada bungah yang rindu. Negeri gemah ripah loh jinawi. Negeriku Negeri yang namanya kulantun dengan penuh cinta. Kulafal di doa. Kuimpikan dalam angan akan sebuah ranah tempat kembali yang permai. Bentara tanah yang terukir moyang beranakpinak nafas patriotik Indonesia darahku. Tempat, handai taulan melangitkan harap. Mengalirkan peluh. Menyapih mimpimimpi Untukmu direlakan nyawa berkalang tanah. Hanya padamu. Cinta yang tak jemu. Rindu yang tak pernah selesai disulam. Untukmu, lukamu bagian dari rasa tersakit kami. Untukmu, sentosamu, kebahagian paling palung Bopengbopengmu adalah lalai yang kami semat. Maafkan! Makassar,3Desember2014 ------ #30HariNonStopMenulisPuisi-28 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Peramu Suluh Kecil Negeri tercinta berkarat sekarat karam dengan benci yang racun. Mahir mencari-cari borok luka sesama. Candu mengawang mentereng pada emas, kursi, kuasa. Mencabik amuk pada semua yang rintang Budi nalar dipanggang rasa benci telanjang, ramuan saling fitnah dicap halal kepentingan golongan. Mabuk ambisi sempoyangan toreh legam sejarah Anakanak zaman. Dilapalhapalkan keserakahan. Timbangan martabat diketuk palu dengan pundi pundi uang. Kepintaran dilacurkan makar di majelis majelis ilmu Negeri terisak dalam raungan pinta: Jadilah sebaikbaik peran. Jadilah manusia positif. Penyimpan asa dan mimpimimpi yang dijaga sepenuh jujur dalam kantongkantong dan kamarkamar kebenaran. Jadilah suluh yang kecil. Kala bongkahan percikan terang jelma bola api menghanguskan senyum Tuhan Ranah Pertiwi Indonesia gemah ripa loh jenawe Biarkanlah Tuhan tersenyum tulus. Jadilah peramunya sebelum 'Dia' sebenarbenar menjadi bosan Makassar,1Desember2014 ------ #30HariNonStopMenulisPuisi-27 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Desember Akan selalu seperti ini Namamu datang menyapa di pintu kelim tahun. Dengan sejuk yang masih. Pada senyum yang selasar kristal pada gigil ruah basah air. Sejuta cemas sejuta damba. Hadirmu tabir kisah di lembaran resolusi penanggalan sepeninggalmu. Desember dengan nama yang manis. Akan selalu menyisakan kisah penutup yang kenang. Bab akhir dari sebentara genangan waktu bernama tahun. Senyumlah Desember, meski basah menganak di bopeng-bopeng waktu sebelummu. Biarkanlah senyummu jadi belai yang paling belai. Biarkanlah senyummu madu pada detikdetik lambai perpisahan tahun. Dan biarkanlah ''Senyummu adalah pelipur paling lapang, untuk jiwa-jiwa perindu harapan dan rimbunan mimpi-'' mimpi'' Senyum semesta di pintu-pintu Ulur sambutmu. 01 Desember. Makassar,01Desember2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-26Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Berai Di Ujung Ikrar Kekata yang busa tak mampu bawa seserahan rindu ditubir malam malam kita. Selapang hembusan nafas lambai kisah pada penutup. Aku tak maknai ini takdir. Tapi berkah, terkemas sebentuk kado ujian Seremah apapun berai serpih kita. Selalu ada rekah bunga di tiap musim. Jika memang takdir menorehkan resah beruntai detik ini. Mungkin jutaan detik berikutnya beruah untaian benang benang emas Ini bukan tentang cinta dan rindu. Ini tentang langit yang menauki kita selalau mewartakan musim beda dalam kecap kita. Ini bukan tentang condong ke sesiapa. Kamu dan Bapakku . Dua nyawa sejuta beda. Yang kukecap dalam rasa yang sama. 'Sayang' Telah selesai kulisankan apa yang seharusnya. Makassar,30November2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-25 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Bulan Ganjil Mengintip Peradaban Bulan Ganjil mengintip peradaban. Nyawa melata mencari pulang. Kepulangan aneh tak bernama. Siasia tragis pilu. Pahlawan kesiangan. Harga terbayar ntuk niat yang abu? Menetaskan darah yang gamang. Meretaskan musim yang galau. Mengoyak sobekan cinta luka Bunda. Mengerak sesal tangis Ayah Jika pahlawan niatkan ruh sebagai pahlawan. Jika ragu, jangan sulam bodoh yang pahit. Penyerahan, yang jauh 'makna'. Kenangan sejarah Bulan Ganjil. Sia. Makassar,29November2014 Note: Kenang: Korban masyarakat umum pada Demo BBM 27Nov14. #30HariNonStopMenulisPuisi-24Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Kepulangan adalah Kemestian Kepulangan adalah kemestian. Dalam detak haru balur doa. Pagi ini rohmu pergi. Kenang adalah sisa bagi jejak yang kau tinggal. Dan masa remaja adalah kebersamaan yang indah, Sahabat. Beribu hari bilangan remaja telah berlari dari kita. Kepergianmu membuka ingatan rerupa kilasan potongan kekonyolan manis. Buram hari kala hati kita labil persoalan cinta remaja. Berlompat riuh kala kita memetik bahagia dipeluh prestasi. Atau bak penyair kesiangan mengindahindahkan kata merangkai mimpi-mimpi kita kelak. Doa lantun sertai balut kaca kelopak. Hanya persoalan sederhana jika antrianmu lebih dahulu, Sahabat Kepulangan adalah kemestian. Dan kedatanganmu telah usai, Sahabat. Makassar,28November2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-23 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Kemboja -Lumeria Rubra- November kedua Kujeguk haru batang kamboja yang kutitip di November kesatu gundukan pusaramu. Bunganya putih kekuning aromai kenang perih masih menguasai dada. November ke dua begitu cepat dirindu yang masih selalu muara di kolam kelopak. Begitu susah memetik ikhlas. Seperti pita pinta yang lelangit telah kucoba. Hadirmu didada selalu seperti kisah yang laut. Gemuruh ombak, kadang tenang indah dan kedalaman misterius. Mungkin serupa itulah ikhlasku. Masih selalu penuh goncangan dan kapar yang senyap. November kedua. Kamboja, pusara yang lambai. Damailah dalam tidur abadimu. Seperti pinta yang maha untuk melepasmu tanpa perlu sisakan dada yang sesak ... '' Abang '' Lumeria Rubra akan selalu terjeguk Makassar,27November2014 30HariNonStopMenulisPuisi-22 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Sesederhana Kusebut Sebuah Nama Sederhana saja datangnya Rindu yang tiba tiba usik Tapi entahlah di bagianmu Selalu kau rapal untukku kata sayang yang kadang kutepis jengah terlalu 'asin' Aku meng-amin Setelah sekian waktu dan usaha kau ulur Kuresapai dalam rasa sederhana Kucecap manis pelan pelan saja Sederhana bisa menyakiti? Aneh... Kuterima pengakuanmu Tentang janji yang kau tunai Batal? Pun entahlah Hatiku ; pun entahlah Sederhana saja ambil tunaimu Pergi! --tak masalah. Makassar,26November2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-21 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Kubutuh Rapal DoaDoa Dicinta yang tunai Pada rasa yang tak perlu jawaban Pada ketakutan purna Pada gigil paling gigil Pada pasrah lelangit Kupersembahakan pemujaan Di altar paling indah yang kutahu Kala sayap malamMu jelma pesta batin Riuh rendah nyaman yang magis Kala kuhamburkan segalanya Di hadapanMu Engkau adalah Dzat yang tak pernah tuntas terdefenisi Karena Engkau adalah ketuntasan itu sendiri Pun kuatkan aku untuk tak pernah berhenti merapal doadoa Seperti selselku yang tak pernah selesai Merangkai jatuhbangun khilaf Makassar,25November2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-20Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Gadis Pemecah Batu Pagi awal November Masih teramat samar bayang hari Gigil gelitik nakal disobekan carik selimut kumal, bekas Bapak dulu Ayam tetangga belumlah ribut Bau malam masih sisa Ngilu punggung torehan rodi sore kemarin, gigil mengigit Tak tepis cita bajanya ntuk lanjut hari ini Punggungnya nafas adikadiknya Bapak Emak telah berpulang Gadis kecil lekatpekat singsing lengan, berpeluh lenguh tegar. Melanjutkan hidup Diketiaknya, tempat adikadik berkeluh kesah Merapal asa, nafas dan belai Jika lapar, siapa yang perduli? Nafas Baja tekad batu Jadi pemecah batu Pagi ini, entah sampai kapan? Makassar,24November 2014 17 brs #30HariNonStopMenulisPuisi-19 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Kolam dan Melati Aku tubuh puisi yang mengolam Tenang pada ikan ikan yang riuh Aku Melati di tepi jendela Yang wanginya tak selalu mampu bangunkan lenamu Kolam Melati saling mencari pagi pagi Lupa waktu di waktu siang Saling rindu pada malamnya atau saling membuang rindu diselanya Aku masihlah aku Samping jendela teraroma melati Kolam tetap tenang meski ikan ikan sebagian lari sebagian pergi sebagan entah Kutabuh lesung kolam dengan percik air Mengabarkan musim pada melati Kolam dan melati tetap setia bersama tercekik waktu Tetap runut mengenggam alur Melabuh rela pada angin takdir yang begitu rajin menyapa Kolam Melati masih akan ada di segala musim Makassar,23November2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-18 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Mahkota Tercampak ------------------------------ Langit menggurui keras Bumi serupa menghimpit Nafas memburu pecah dada Kaku nerve, kelu lidah Selsel jenak rupa semaput Ketukan palu baca takdirku Aromai udara sesak galau terpojok lingu Mahkota pujapuji berai Sesal susul menyusul Air kelopakku reruah banjir Tatap bola mata bening, Pangeran kecilku Hunjamkan matapanah paling pedih, tepat di jantung Tetaplah putih Nak! isakku Jalajala cangkang bekap Sayap patah, tercerabut Derita mengintai detikku Senyap muram, angkuh hari Jadi sahabat sepi Makassar,22 November 2014 --- #30HariNonStopMenulisPuisi-17Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: MATI ATAU HIDUP SAMA PEDIHNYA Bilur merenda bisu Bernanah sapih sepi lara Bermukim lindap terasing Hidup tak ber'asa Carut perang mamah Merangkak detik lamban Maskul menunggu takdir Rasa takut mengebal kerak Mengental, menyumbat nadi Maut menganga siap terkam Kejam murka perang .... Derita tak terhitung Senyum ... Entah...? begitu sakit Tak punya pilihan Mati atau hidup sama pedihnya Makassar,21 November 2014 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ #30HariNonStopMenulisPuisi-16 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Pengulangan Detik yang Sama Selalu debar yang buncah, ragam rasa. Penanggalan spesial di bulan tepitubir tahun, November. Hari ini senyum yang debar. Menghitung angka, mempeta senyum dan mangancam duka, enyah. Merenda ingatan, kala tangis pertama gigil menyapa dunia. Berlari lampau hari itu. Tapi selalu, Kotak waktu selalu rajin menyapa Pada kerut yang tersulam, pada rambut yang enggan seluruhnya menghitam. Kado waktu yang ikhlas menyapa Pada hari dan angka yang sama. Kebaikan waktu yang rela berbagi ilmu mengajarkan tentang proses menjadi dewasa. Tentang waktu yang arif membagi ruang untuk melakukan yang terbaik sebelum pintunya ditutup. Makassar,20 November 2014 NB: Special for Bunda Icha HBD Wish U All the Best Tunda #30HariNonStopMenulisPuisi- Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Lelaki yang Namaku Disemat Namanya Kisah pada sebuah rindu yang merah. Kelopak yang abadi. Tangkai kokoh yang tak berduri. Wangi dalam aroma ruparupa, semuanya adalah wangi yang rindu. Kisah tentang Cinta yang Cinta. Cinta azali penumbuh darah dagingku. Cinta yang semat lekat di kesejatian hidupku. Cinta yang namanya kusemat di akhir namaku ''Asbar Sinang'' Lelaki yang doadoanya bertaburan namaku terapal. Lelaki yang ikhlas melatakan kuatrenta usiany ntuk'ku. Lelaki pemintal gen buhul rindu. Lelaki, yang cinta. Suatu tanya dan jawab yg tak perlu dibahas. Dia mencintaiku titik tanpa koma. Lelaki pemelihara sayang abadi, untukku. Bapak, menganak rindu ... Makassar,19 November 2014 #30HariNonStopMenulisPuisi-15 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Asmara Ikhlas Hari belum dipinang cahaya Tasbih fajar di tepitepi lafal Benak yang lindap rapal doa Keluhkesah akar lilit '' Aku sesuai prasangka hambaKu'' Bekap pada pikir yang nalar Tengadah sujud Kumuara tuju hanya pada-Mu Kuasmarakan pikulan beban Melatakan ikhtiar paling baja Walau cekik punggungi asa Banting lebam sendisendi Asmarakan ikhlas Di leleh isak simbah rukuk ''Aku sesuai prasangka hambaKu'' Sepenuh rela termadu kupetik asih Wangi ditebar di nadinadi Rimbun mantra Asmarakan ikhlas Makassar,19 November 2014
1. Rujuk Damai Nelangsa Januari 2015 By: Lia Zaenab Zee Cakrawala jingga temaran galau Menanti tahun bersalin angka Nelangsa bulan mengintip muram Awan resah guruh mencabik Mata Januari teralir basah Peluhpeluh masih terasa anyir asin Bau kimia gas airmata teraroma Darahmuda ditubir selasar aspal Burai asa didakian kelok curam Kepalnya senyap beku meradang Terbungkam selingkuh tingkat dewa, jumawa Tuan Birokrat Merapal kepul asap miris dapur EmakEmak, BBM cekik Kami mengap habis nafas Mengocehlongo bungkam Wong cilik terlindas diselasela ceruk retorasi pakarmafia Lalu Memantrai lautan tak warta ombak besar, solar hanya seadanya Sesajen untuk padikebun yang ditalakcerai pupuk Buruh sekarat, ceracau mimpi janji kenaikan UMR Lalu Terpekur bengong memandang kilatan ton cahaya, duit yang menyala siasia di udara Januari 2015 Subsidi khianat Lalu Rujuk damai pada nelangsa Muntahan darah lukaluka esok Kalaparan Makassar,18 November 2014 2. Fa, Bulan Gigil By: Lia Zaenab Zee Sebuah senyum Disuatu tubirkelim tahun senja Jelma Januari Tertulis dalam reka runut diary Hangat Kini Bidadari menyulam awan Bingkai rupa hari abuabu Mencandai matahari dalam tabuh lesung guruh Cristal air luruh mendinding Dingin Gelas teh jasmine, membagi gigilku Gelinjang uapnya menggurita ingatan Kafe memoar Januari Tak mampu Usir rekam bayang tatap hangat Semburat rona dekik pipimu Di sini Menggigit gigilku Fa! Segigil diary kesepian tak terjeguk Tak ingin Jejariku terlanjur beku .... Makassar, 17 November 2014 3. Seserahan Januari By: Lia Zaenab Zee Saat waktu memihak ingin kita Jenuh tawar pada juang tiada surut Terjang kerikil halang, tuntas Jalan indah bunga bungah rasa Januari membujuk matahari Kirimkan sinyal sejuk hari Janji kita lukisi detik bulan ini Awal tahun ikrar terpahat Genggam padu senyum airmata Senja sumringah Januari .... Kularung benakku menatap cinta seserahan rendarenda merah hati Semerah angan bertaut senapas Sedepa lagi kita meng'amin Buncah bahagia Berlayar di matamu Rerindu susup ruah Mengayun disenyumku Kunangkunang menari sulam malammu Kupukupu lelagu dandani siangku Tabir lisanlisan rapal asmara Ridha dirapal 'akad kalimatMu' Taburan kelopak memerah mawar Aromai penyerahan terAgung Makassar, 17 November 2014 JANUARI- 1.Rujuk Damai nelangs Januari 2015 2. Fa, Bulan Gigil 3. Seserahan Januari RoseMSt
1. Fa, Nelangsa Asa By: Lia Zaenab Zee Pernah berkubang basah kelopak Dinding jarum cristal suatu pagi Gigil aliri pembuluh tikam kenang Teh' pekat wangi, bayangmu jeguk dalam adukan Berlari ingatan Mimpi terusik dijeguk beda Namamu Fa, kisah anakan sungai mataku Nelangsa asa hantuiku Selepas lambaian penutup kita Rinai mendung lengkapi setting buram elegi kisah Pernah kita saling bujuk luka " Kalau jodoh pasti ketemu '' Akh! benteng itu pilar utama Kita memilih ntuk tak daki Tasbih Rosario mulia adanya Makassar,19 November 2014 2. Angan Gemintang Padu By: Lia Zaenab Zee Pernah berkubang basah kelopak Pada rindu mengakar belukar Jelma belukar onak duri Khianat! terkapar dipunggungi dusta, serenade jodoh putus harap Lalu Temu tak terduga sosmed Kuasa Tuhan menggerilya Debar asing gerayangi angan Di angan gemintang padu Ta'aruf Hitungan bulan ke tiga Ronceronce melati ditata Sesederhana kehendakNya Akad Makassar,19 November 2014 ''Kalau Jodoh tdk ke mana'' Roselea Publ.
Purna Cinta Mendewasa Oleh: Lia Zaenab Zee Tidak ingin kupelihara sesal Kusapih teguh luka rindu Pentas turun layar penutup Kala, angkuh cinta menolak kecup sayang serenai kisah Ditepitubir detikhari surga kita Berganti gelisah pendar bulan gundah Kobar api bernama asmara Telah membakar rindu yang cinta Menjalar amuk remukcampak Hangus... abu! Sejatinya Cinta, telah ... : Anugerahiku proses tumbuh Warna warni mendewasa Terang gelap, beku cair Airmata senyum kuindahkan Makassar,19 November 2014
Goresan Jelang 22 Des.... Ibu Puisi dalam diksi yang tiada pernah kering dituang. Dituliskan dalam cerita adalah ending yang tak pernah sempurna, selalu kurang. Dilukiskan dalam gambar adalah warna yang selalu tidak cemerlang seperti warnamu. Mengenang kelembutan belainya adalah rasa hangat yang tak pernah bisa diukur. Ketulusan yang tak ada ujung. Dan Ibu adalah Emak yang tak pernah menutup ulur dekapnya menunggu aku pulang... Liaze16Nov14MakassaR ,,,,,,,,,,,,, Ibu itu mata air doa. Ridhanya adalah semai ridha Tuhan. Di rahim dan kasihnya, damai dunia di pelihara dan dirawat. Beliau adalah pemilik cinta teragung setelah cinta Tuhan. Dihadapannya aku adalah bocah abadi pendamba usapan belainya. Kuyakin cintamu padaku adalah kisah yang tak mengenal akhir. ''''''''''''' Ibu itu bagiku adalah koki terhebat buatku. Aroma dapurnya adalah candu rindu yang telah bersenyawa sesak dalam darahku. Selalu mengusik dan menggerayangi ingatanku. Untuk menemukan jalan pulang. Membaui kembali aroma dapur cintamu Ibu, seperti kilas lakon ingatan tentang omelan sayangmu, kala aku lupa mencuci tangan sebelum makan. """""""""""" Ibu itu bagiku adalah kado rupa ketulusan cinta yang tiada satupun yang bisa menandinginya, abadi. Tangan dan pelukannya terhangat dari semua yang pernah kukenal. Pangkuannya tempat yang paling damai untuk melabuhkan semua baret-baret luka hidup. Dan anehnya, airmatanya adalah kristal terindah untuk apapun yang membuatnya bahagia karenaku. """""""""""" Ibu itu muara ilmu hidup, cinta, kasih sayang dan belaian. Seluruh gerak geriknya adalah cinta buatku, tak perduli Ibu memarahiku sekalipun. Mengalirkan airmata sedihnya karena ulah burukku, adalah dera yang teramat sakit buatku. Karena aku paham jika menyakitinya maka surgakupun hilang. Bukankah surga ada di telapak kakinya.? --------- Ibu itu adalah potongan cinta abadi yang dikirim Tuhan ke bumi. Rahim dan selsel darahnya telah ditakdirkan sebagai tempat semai dan tumbuh ummat manusia. Karenanya, Ibu adalah kehidupan itu sendiri. """""""" Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta Buku: Antologi ''MAMA'' """"""""
1. Paut Resah Damai Kami By: Lia Zaenab Zee Petak lembab jelujur lena mimpi geliat resah Bilur hitam kantong mata signal gelisah meretasretas kedutan Hujan semalam larik mengolam Kupalungi pagibuta desah melumat sepi kecamuk pucat Tanahranah merdeka Cacah jiwa mengaung Selimut papa menanah Kaum marjinal dihentak tarung dahsyat simalakama Kapar pasi di jelagajelaga trotoar Semaput dilahalahan sejengkal Melarung nyawa dilautan antah berantah tanpa peta Jibaku kumpul koinkoin remah di negerinegeri jauh Gaung dusta kesejahteraan gilas remuk kesejatian Damai hanya cantik diwajah- wajah segelintir golongan Matahari memucat, kulanjutkan langkah pada air sampah setinggi betis Tiada ampun jerang lutut kesemutan gigil Menghitung paut resah ramalan cuaca semalam Damai kami tidaklah mudah, seperti kerling senyum di bilboardbilboard iklan Resah kami melambailambai Selambai merah putih di tiang bendera Kantor Lurah Jika damai tak terjangkau Bolehkah kami menitipnya? Makassar,21 November 2014 -------------------------------- Puisi NegeriKertas
Mahkota Tercampak (Long) By: Lia Zaenab Zee ------------------------------ Lelangit menggurui keras Bumi menyertai himpit Lisan tercucup sepahit kina Terlongo lisan, nerve kaku Selsel jenak hampir semaput Takdirku berujung ketukan palu, aromai udara legam galau pedih terpojok lingu Pusara diukir sebelum ajal mengecup ruh. Pujapuji mahkota berai menenun kain kapan,untai sesal susul menyusul. Air kelopakku ruah tak terhingga, pangeran kecilku menatap dengan bola mata bening senyum kaca. Menghunjamkan mata panah paling perih tepat di jantung Tetaplah putih Nak! isakku. Jalajala tak bebas telah mendekap kini, tercerabut akar kehidupan sosial. Jauh riuh, jauh tawacanda Derita mengintai detikku Waktu dalam keangkuhan Menjadi sahabat dalam sekam kerangkengku. Pusaraku angsur tercacah, semai bersama ikhlas yang tabah. Aku kembali mempelajari cara tersenyum. Kelim ujung sajadah saksi setia ..., doadoa melangit, mengular, Tuhan ada dan maha bermata. Aku manusia dan bersalah, Tuhan ada dan Pengampun aku tahu itu. Makassar,02 November 2014 -------------------------------- 19 Baris Note; tercucup = terkecap nerve = syaraf stag = terhenti sementara kelim = pinggir ------------------------------ -
Jejari Cemas By: Lia Zaenab Zee --- Jejari waktu mendudukkan di pintu batas penanggalan. Remah hari jejak senja tahun. Dalam gigil musim kecambah daundaun dan lambaian embun jelang hari Di sini, diriuh bentara kota. Semrawut selasar jalan. Benakku terjalar bayang selintas bayang. Apa kabarmu.? Aceh ... jarak bagi kita. Tapi cemas adalah jarak paling jarak Dua jiwa takluk pada rindu yang sama tapi tak pernah berdaya menegakkan ego yang batu Jika waktu bukanlah bilangan bagi kita. Setidaknya cemas adalah pembunuh yang paling mematikan. Kitakah itu.? Entah, cemas yang membunuh kita atau kita yang terbunuh cemas? Makassar-Aceh bukan jarak yang sebenar-benar jarak, bukan? Makassar,01Desember2014
#Puisi9M Hai! Desember By: Lia Zaenab Zee Serenai membilang pagi perjalanan. Pagi temu pada bilangan awalmu. Semalam, Segepok doa lekat diawal hadirmu. ''Indah Desember moga menari anugrah gemulai bersama sejuk harimu'' Senandika resolusi bagi asa penanggalan Januari jeguk: Selalu ada tawar ntuk tiap dukaduka kita. Selalu ada semangat untuk mengipas barabara indah kita. Selalu banyak cinta mengembunkan riang di masa depan. Selalu banyak rindu yang mengapungkan kita pada belas asih Selalu ada 'Dia' meng-Aminkan pintapinta kita. Menyapih kita dalam lukaluka. Mencubit kita dalam bodohkhilaf kita. Senyumlah ... Hari pasti akan berlari. Desember sengal akan tertinggal. Tapi jika jiwa diletakkan dalam rengkuh Pemiliknya. Senyum pasti akan lebih cemerlang dan sengal kita menguap. Hai! Desember. Makassar,30Desember2014 ~~~~~~
Desember Dua By: Lia Zaenab Zee Benakku penuh, buram mata. Riuh rasa belati mencacah titik demi titik, sudut demi sudut. Hadir bara gemuruh tak pergipergi dari ribuan malammalam lewat. Kanvaskan pagi sejuk udara geliat risau Teh' Jasmine, pagi. jenggalakan aroma uap kekupu gelisah belai. Manismu gigil mengaliri bayang paling bayang, jelma tatapan elang kenang terkenang, biru rindu. Kalbu tertikam koyak Aku girih dalam senyum. Mewartakan riang pada semesta. Bahagia lancip yang semu. Menggores pesan rindu mendenging kekotak jiwa. Angan semburat jingga saga sentosa. Tegar anggun mahal genggam api tanpa percik. Buai sandaran punggung hanya kenang abai. Melenggang pesona, cantik, purna Aku akar tangguh yang rapuh belur serpih. Teralir ratusan pagi, lirih gerayangi ego. Meretakkan inci per inci. Beku diujung kemarau. Gerah pada rintik jarum hujan .... Kulai dititik terdidih ''Di dada rindu api lalu batu'' Makassar,2Desember2014
Galeri Diksi November_Lia Zaenab Zee_Jingga langit November semusim lalu Diremah hari perpisahan Jingga langit tertabir awan Memintal uap uap air Lantunkan dinding cristal mutiara pesan kuyup bumi Sapa sejuk, guyur tarian gerah matahari Jingga langit jeguk gigil sepi, kini Selasar jalan kenangan menggerayangi angan Kala berbagi riang tawa bersaing riuh talu hujan Mencari hangat jejari didegup dada kita yang api Rindu itu damba yang diam Rerupa inginkan langit biru Datang jingga lelangit Rindu itu kenangan yang leleh Leleh didetak jantung, liuk ukir namamu Lelehi bibir kelopakkan senyum belukar ingatan Lelehi hati hangat jelma Jingga langit selalu kelabu Kelabu tak selalu gigil Tawa, canda, dan senyum dekik pipimu kuaduk di cangkir teh', kenangan Pagi ini, hangat! Makassar,22 November 2014
GALERI PUISI PEDAS 079, Senin 24 November 2014 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena:Lia Zaenab Zee Judul: Membatu Patung, Semedi =~= Dekade pergi kenang tinggal Dera sesal cabik menemani Senyawa di ubun dan kerut Patungkan batu tak beranjak Di palung jiwa, semadi Pun takdir untai ranah beda Pahat imajinasi sempurna Belenggu kelim sesak teraba Jelma patung onggok abadi Patri kenang sapa dan sapa lagi Pun pernah kubuang ingatan Kucacah lalu kularung Rasa mengemasnya utuh Kembali dan mamatung batu Makin kokoh imajinasi utuh Memahat kenangmu Sepotong cuil takdir, mungkin Episode selip lakon yang mematung batu di hati, semedi Makassar,24November2014
Sepenuh Cinta By: Lia Zaenab Zee Kuapung awang batas jenggala. Ruweh hari mengerak noktah perjalanan. Kadang tersentak cemas lalu kemudian tenggelam sibuk pada kefanaan Engkau sedekat urat leher. Yang tak pernah purna kuraih dalam nafas. Selalu ada abai yang halang. Pada ego yang pongah. Pada ke-akuan yang sombong. Engkau sedekat urat leher Paling gegas keluh untuk luka yang seupil. Paling pelupa pada semesta kasih-Mu. Paling kritis pada rasa keadilan dalam takaran nalarku yang lebih sering bodoh. Engkau! Dzat sepenuh Cinta Aku kapar ampun sujud Mampukanlah aku sambut-Mu Sepenuh Cinta Makassar,30Desember2014
````Fa Ada yang lekat di reranting sehabis hujan. Jejak basah yang susup di urat batang. Lekat tak sengaja setitik gerayang rindu saat kita sepakat ntuk tak saling membebani rasa. '' Jika ada kisah tertakdir ntuk kita. Kemarau musim tak kan hapus sejuk hujan yang datangi musimmu hanya di saat yang tepat '' Pesanmu di ujung kemarau lalu Dan hujan tlah datang .... Tak sengaja utuh ucapmu bagai bisikan yang mencabik bimbangku. Namamu menari-nari di udara Liazee«
#I noght on gift bot gifera Serenai melati indah rapuh sederhana nampak tulus Semerbaknya ikhlas dimanapun '' Jangan lihat nilai pemberiannya tapi lihatlah siapa pemberinya '' Kumaknai ucapmu suatu waktu rerupa melati yang rapuh dalam ikhlas semerbaknya *** ````Fa
KepadaNya Kita Kembali, DariNya Kita Berasal Warta pergimu beriring malam melepas aroma, fajar. Doa adalah pengakuan Kemahaan-Mu. ''Terimalah kedatangannya ..." Dan kenang adalah sentuh yang paling haru sesak saat seseorang telah tunai terlepas fana. Menuju keabadian ... DoaDoa dan kenang meluruh deras Tanah yang menimbun adalah ritual syari'i. Sesungguhnya ruhmu tengah melayang menemui Dzat Yang Maha Kekasih ... ''Selamat jalan, Sahabat" Makassar,8Desember2014
Kupilih Bara dalam Senyap By: Lia Zaenab Zee ----- Dibara panggang lipit senyap Kutegar dalam sepi yang maha Kubatu dalam diam yang senyum Ikhtiar yang lantun Pada ikhlas yang sakral Ada kalanya diam tidaklah emas '' Pergilah '' Diksi yang dididihkan jutaan detik ribuan siang dan malam Saatnya tlah tiba Muara kelopakku sudah kering telah mematang didihnya Dan jika akad adalah tameng Selalu ada ulur untuk melepasnya Jika mencintai adalah bara Kupilih bara tanpa terkipas Kupilih senyap dalam sayang Jika burai perih, selalu ada abu di setiap bara Sepi dan bara adalah purna yang terpilih. Telah tunai senyap lisan dan tarung nurani " Pergilah '' Makassar,27November2014 ---
Aku hanya hamba ... By: Lia Zaenab Zee Sejak mula paham cinta dihadirkan Tuhan, disematkan dijejari ikrar. Disapih dalam kasih sayang pengasihanNya. Jika hatiku termantra cinta. Aku lenyap dalam pikir rasio. Cinta belukar begitu saja. Sementara lisan bertarung memunggungi. Cinta datang dariNya hanya boleh atas isinNya. Tidak sesedarhana yang ternalar. Jika gemeretak doa tersurat namamu. Namun jalan yang laju buntu. Aku terselip diantara gamang yang radang. Lalu kemudian memilih kapar dalam pasrah. Sementara hati bocor darah yang tak berbendung. '' ini ujian hati '' kekata Ustadzah di sebuah Majelis Taklim. Andai memang ujian sepelik ini. Bolehkah tetap kupelihara asa cinta untuknya.? Bukankah hadirkan asa untuknya tanpa ridhaNya adalah noktah yang tercatat? Tapi aku kapar diam senyap dalam penghambaan dan jalan belum aku dapat? Entah, ujian? Ataukah aku yang buta dengan CahayaNya? Aku hanya hamba ... Makassar,27November201
solusiJiwa2015 'KUTEGAKKAN PENA' Alhamdulillah .... Kututup hari ini sepenuh penat, jam pulang telat, akhirnya tiba juga. Jumat malam 8:12 .... Ngilu di pinggang, hasil duduk manis ngantor dari jam 8 pagi. Doping rasa lega yang nangkring di otak ternyata meleleh ke ngilu di pinggang yang pelan-pelan menghilang. Jadi mantra penyembuh hihi .... Besok libur..bur..bur. Ingat Sabtu-Minggu 'sesuatu' banget buat aku. Waktu paling nyaman untuk menuangkan ide-ide dalam ketikan. Dan ini membahagiakan. Bahagia sederhanaku hehe.... Meski selalu ada sedikit rasa sesal tiap mengingat hal ini. Sesal bahwa, aku mungkin amat terlambat memulai dan menyapih 'minat' di dunia kepenulisan. Tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan.? Bertahun-tahun lalu hal ini sama sekali luput dari perhatian. Menganggapnya hanya usikkan selintas lalu bila sekali-kali tangan ini begitu gatal ingin menulis. Atau menulis tapi menelantarkannya begitu saja. Ataukah mencari pembenaran, bahwa, aku punya kesibukan lain yang lebih penting. ''BismillahiRahmaniRahim.'' Resolusi 2015 sekaranglah saatnya. ''Memuliakan kata-kata, merangkainya dalam kalimat, dengan bara sepenuh cinta. Semoga melahirkan karya tulis yang bermanfaat untuk dibaca.'' Gumam benakku. Bertekad kokoh. Aamiin. Minat adalah berkah bukan.? Alangkah sia-sianya suatu berkah bila kita mengabaikan begitu saja sepanjang khayat. Tidak ada kata terlambat. KUTEGAKKAN PENA By: Lia Zaenab Zee Maaf, aku pernah hanya sekedar mengerlingmu tanpa gairah Menganggapmu rasa yang kurang garam, hambar Selayang pandang, selesai Kini, waktunya aku memunguti gelisah yang kucampak sendiri Gelisah yang kerap mencubit egoku Ke sinilah! Kudekap, kutegakkan pena Makassar,28November2014 ~~~~~~~~~~~~~~~~~
Beautiful Umbrella (Jelita Purna Dara) By: Lia Zaenab Zee ~~~ Entahlah, ada kilas jenak haru menyengat dada, dikabut air sesorean ini. Dara jelita payung ungu menjembatani kasih dengan sesama. Bapak Tua tanpa kaki berpayung berdua. Getar cekak haruu... Sejumput asih yang cinta menjalar di serakan basah bumiMu Ya Rabb! Dara Jelita. Mengabut air kornea. Tulus yang senyap kau lukis terang di hadapan. Kau menyapa Tuhan dalam laku tak berlisan. Lihatlah! peri peri kebaikan menari basah. Tersenyum, bersamamu dalam hujan. Bapak Tua berkaki roda. Bisa jadi hadirmu dalam hujan adalah pekat pesanMu. Masihkan ada cinta yang mekar, saat gigil? Umbrella girl.... Laku payungmu adalah keindahan Tuhan yang terbagi diselasar cristal air bening hening indah. ''Jelita purna dara.'' Makassar,28November2014
Sepotong Rindu yang Asing ( Perih Tak Berjudul) By: Lia Zaenab Zee Rasa asing menyelinapsalib dada. Meretasretas sibak reruah. Naluri nalar, meng'amin pergi. Ada kutup yang mohon kembali. Basah reranting hati sejuk tak terdefenisi. Meleleh untai benang rapuh memerah. Menggerayangi angan. Kutepis, lipat, kukemas ku kado pada selayang potong kisah. Akh! kuraba ada perih tak berjudul. Sepotong Rindu yang asing? Makassar, 29 Nov 2014
Makassar, Pagi yang pagi November kelim tahun Kala mentari merelakan hangatnya pada basah direkah semaisemai bibit ... Kala sepotong doa sayap malam Kulantun pada langkah hari ini Kala nafas kusandingkan pada cita buih laku Kala senyum adalah penyejuk segala gundah Senyumlah! Biarkan hangat pertikelnya gema dan kembali saji dihadapanmu Mendekap potongan hati ''MengHangat.'' Liazee30Nov14
Kubiarkan Leluka Yang Maha By: Lia Zaenab Zee Jarak yang selip di dada tak mampu hapus kerak rindu meleleh karat. Fi! Mungkin pintu rindu hati ini tak terbingkai sempurna. Terlalu tumbal bahwa celahnya mengirim koyaknya melayang luruh di pangkuan bayanganmu, terserak. Fi! Begitu lebam bekukan lintasan kenang. Yang kita paham, jarumjarumnya siap memuntahkan pedih yang perih. Tapi bukankah seindahindahnya tuju. : SurgaNya? Maka kupasrah jarum jarum bilah runcing menorehkan leluka yang maha. Jika itu bisa buat-Nya tersenyum Makassar,30November2014
Sakura Tertusuk Gundah By: Lia Zaenab Zee Udara mewarta angin. Kuhirup di tengah gundah geliat malam. Berdiri di tubir gemetar gamang. Gemeretak pada bayang senerai senyummu Fi!. Bersamamu musim sakura jauh. Menatapmu serasa menghambur detik dalam magis permadani terbang. Kisah Aladdin dan Putri Jasmine. Dongeng yang kisahnya bisa dilakon seajaib dan seromantis mungkin. Ini bukan dongeng. Ini tentang gelisah jelma bara di dada. Tentang rekah memerah pipi. Tentang rasa hangat yang tak pernah kita duga hadirnya. Tentang gigil rasa yang susup ke tiap inci kulit. Tentang kekupu yang mengayun-ayun angan. Sakura tertusuk gundah. Belukar terkipas bara. Menghanguskan kita di tempat yang paling api ''Cinta tak pernah salah'' ucapmu nelangsa habis napas. Ketika isakku membajui nyata ketakberdayaan. Pelan-pelan susup menyesaki sel-sel, beku darah. Fi! Jika cinta ini sebenarbenar tunai. Biarkanlah kita berai lalu kemas. Pulang ke pintu rumah rindu kita yang menanti. Melanjutkan nafas di peraduan cinta yang semestinya. Jika ini nafas tapi mati. Anggap ini episode paling klimaks di bab paling dramatis pada lakon kita. Diksi rima akan selalu punya bait akhir. Meski sisakan jelaga kerak sakit. Atas nama rindu yang tak pernah mampu tertuai. Makassar,29November2014 Rev
Judul: Realita Cinta 99 By: Lia Zaenab Zee Meleleh nerve rindu rasa raga Sepuja segemilang pendar kerlip Kilau lelangkah gemintang ruah Membatu janji terekat kukuh Rimbun, pekat bayang Realita cinta, terpantri semat Mewabah terjang, nekat Doa doa terlantun gamang Tasbih Rosario berjibaku tarik menarik damba ridha Mengeratkan ikrar, paksa redam bara meng-api, luapkan : beda Memintal remah benangbenang merah ijabah Realita cinta... Dinding julang daki Serenai untai reronce pelik janji Memunggungi ayatayat suci ... Palingi salibmu Membekukan ronta kalbu Didihkan angan, abukan rintang Esakan cinta Abaikan cara menghamba Akad bermaterai. Inkrah Hangat rindurasa jelma gulungan api amuk Memanggang resah gulana Abukan putik putik harap Khianat ikrar terpeluk realita ... Leluka menganga tertikam tiada ampun Membiru lebam perih darah Elegi kisah tangis rentet Campakan ruah rasa, ruah asa, ruah pekik doa Cinta larik kokoh berpayung gigil Robohkan palung sapih rindu Realita ... Putus harap, patah janji, remuk redam Simpuh berkolam airmata Bagi penghianat ingat pulang Aku sungguh tak punya muka Menyeruput kepingan kepingan puzel khilaf menjelaga Dosa Malu tak usaiusai ... Bilangan seluruh indera tergerayang sesak sesal Kalut, gugu sengal lelah Terkapar di hadap-Mu Aku tak ada sisa Pekat, tersalut dosa jelaga ; puing Realita cinta 99 Kesombongan, pongah, angkuh ego ... Sel sel tubuh purna sujud menghamba Tak'kan mampu wakili kata ampun : Sesak sesal dera mendera Realita cintaku Potongan serpih lalai fatal Kekerdilan. Ketidaksempurnaan Bopeng cacat penuh nanah Sempurna, hanya milik-Mu 'Al Asma Al Husna' Aku tak ada nilai bagi Ampunan-Mu Keagung-Mu Tak akan pernah mampu Aku ukur, diukur, terukur Menghamba kening lekat Sujud ampun rintih -- Kapar pasrah. Makassar,30 November 2014 ----------------------------- Fes puisi cinta
Sepenuh Cinta By: Lia Zaenab Zee Kuapung awang batas jenggala. Ruweh hari mengerak noktah detak waktu. Kadang tersentak cemas, lalu kemudian tenggelam sibuk pada kefanaan Engkau sedekat urat leher. Yang tak pernah purna kuraih dalam nafas. Selalu ada abai yang halang. Pada ego yang pongah. Pada ke-akuan yang sombong Paling gegas keluh untuk luka yang seupil. Paling pelupa pada semesta kasih-Mu. Paling kritis pada rasa keadilan dalam takaran nalarku yang lebih sering bodoh. Engkau sedekat urat leher Engkau! Dzat sepenuh Cinta Aku kapar ampun sujud Mampukanlah aku sambut-Mu Sepenuh Cinta Makassar,30Desember2014
Lelaki Berambut Perak ... (Pada Tatap Cinta) By: Lia Zaenab Zee Tatap cintamu lekat di sini (dada) Usapmu belai termanis di memori Kala aku mencium tanganmu, restu pergiku. Bola kacamu selalu membasah senyap. Signal tegar yang kau wartakan buatku, untuk meredam kecemasan jarak yang akan terjadi. Selalu begitu Bapak, Lebaran Adha kemarin terakhir. Kutercekak dalam haru. Rambutmu semakin perak. Kerutmu makin lekuk lelehi seluruh ragamu. Namun suaramu makin jadi buluh perindu. terngiang ngiang jadi bekal rantau kini Bapak, CintaRindu ini tak pernah selesai. Sama yang hatiku baca tiap kali kau menatapku. Bapak, Basah Kelopakku Makassar, 4Desember2014
GALERI PUISI PEDAS 080 - Senin, 1 Desember 2014 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Peramu Suluh Kecil Negeri tercinta berkarat sekarat karam dengan benci yang racun. Mahir mencari-cari borok luka sesama. Candu mengawang mentereng pada emas, kursi, kuasa. Mencabik amuk pada semua yang rintang Budi nalar dipanggang rasa benci telanjang, ramuan saling fitnah dicap halal kepentingan golongan. Mabuk ambisi sempoyangan toreh legam sejarah Anakanak zaman. Dilapalhapalkan keserakahan. Timbangan martabat diketuk palu dengan pundi pundi uang. Kepintaran dilacurkan makar di majelis majelis ilmu Negeri terisak dalam raungan pinta: Jadilah sebaikbaik peran. Jadilah manusia positif. Penyimpan asa dan mimpimimpi yang dijaga sepenuh jujur dalam kantongkantong dan kamarkamar kebenaran. Jadilah suluh yang kecil. Kala bongkahan percikan terang jelma bola api menghanguskan senyum Tuhan Ranah Pertiwi Indonesia gemah ripa loh jenawe Biarkanlah Tuhan tersenyum tulus. Jadilah peramunya sebelum 'Dia' sebenarbenar menjadi bosan Makassar,1Desember2014
Desember 3: Talu Hujan Pagi By: Lia Zaenab Zee Tikaman hujan bertaruh ribut di sini. Memelodikan dendang bertalutalu. Dentum air hinggap membingkai jendela kekaca. Terasa dingin di poripori. Lalu pesona hangat di dada bayang senyummu menyelinap bersamanya Selalu begitu. Mengingatmu bersama hujan rerupa ingatan gigil yang romantis. Kala gigil menggigit kulit ke tulang. Lalu, Tibatiba saja dada menghangat tanpa permisi Aha... Ini hanya kilas balik. Saat waktu berbaik hati mempertemukan kita dalam pelukan hujan bukan.? Ataukah hujan adalah bagian episode romantis yang diciptakan untuk kita.? Atau bisa jadi, hanya episode penutup 'sad ending' saat hangat jadi bara lalu berbalik jadi beku. Inikah episode kita Fi.? Karena mengingatmu, dadaku selalu berkhianat pada beku Makassar,03Desember2014
Makassar.... Senja yang kabut Almanak 2 Desember menggelap Pada degup dimembran ingatan. Segores bayang sekotak kenang. Lindas cercah warna yang tak pernah bisa senyawa.... Lelah yang tak bisa mengusir angan tentang getaran dada bila namamu hadir Aku lelah pada temu yang tak pernah tuntas terlisan. Ribuan kekata yang tak pernah padu. Padahal kita tahu di dada 'memerah hangat' adanya. *~*~liazee•••
SebaikBaik Peran By : Lia Zaenab Zee Anakanak zaman. Dilapalhapalkan keserakahan. Timbangan martabat diketuk palu dengan pundi pundi uang. Kepintaran dilacurkan di majelismajelis ilmu. Budi nalar dipanggang rasa benci telanjang, ramuan saling fitnah dicap halal kepentingan golongan. Mabuk ambisi sempoyangan toreh legam sejarah Wakil rakyat terlambat menjadi anak taman kanak-kanak. Kalap pada pelesir luar negeri. Membagi hak rakyat dengan kacamata kuda. Penguasa sibuk menghitung tabungan. Tertawa memprediksi kemewahan hidup tujuh turunan. Mencemoh hukum yang banci Negeri berkarat sekarat dengan benci yang racun. Mahir mencari-cari borok luka sesama. Candu mengawang mentereng pada emas, kursi, kuasa. Mencabik amuk pada semua yang rintang Negeri terisak dalam raungan: Jadilah sebaikbaik peran. Jadilah manusia positif. Penyimpan asa dan mimpimimpi yang dijaga sepenuh jujur dalam kantong kantong kebeneran Jadilah suluh yang kecil. Kala bongkahan percikan terang jelma bola api menghanguskan senyum Tuhan ranah pertiwi Indonesia gemah ripah loh jinawi Biarkanlah Tuhan tersenyum tulus. Jadilah peramunya sebelum 'Dia' benarbenar menjadi bosan Makassar,8Desember2014
Judul: Desember Pemapah harap dan Cinta Oleh: Lia Zaenab Zee Lumat hari, tiba pada bulanmu. Ujung pelabuhan almanak sebelum lambai akhir tahun. Kenangmu selalu reronce sejuk pada basah semesta. Rekahan bungabunga. Tarian daun pada reranting Serenade harapjanji yang ruah. Harap pada penutup yang anggun. Dan resolusi janji pada senyum yang lebih menawan setelahmu Desember yang cantik di bulan mematang. Bulan yang memapah ingatan akan tasbih cinta Tuhan yang disemat di hati perempuan berahim kehidupan ''Ibu.'' Bulan yang penuh angan damba sekaligus cemas. Damba bahwa kita masih menemukannya dalam karunia sehat dan bahagia . Cemas bahwa nomor antrian kita semakin dekat untuk masuk di rumah abadi Desember sejuk yang limpah. Biarkanlah sejukmu lelehi mayapada semai damai. Biarkanlah gigilmu mendekatkan kami pada pencarian hangat di malammalam panjang di tepitepi sajadah yang bentang Desember pemapah harap yang cinta. Pengisi rapal doa. Buncah harap, janji dan syukur Makassar,03Desember2014 -------------------------------- UjiPuisiKBM
»Desember 5: Demi masa Mencacah kita pada potongan potongan kisah Berlombalah mengaromai 'masa' dalam potongan memadu syar'i Karena 'masa' tak pernah memberi kesempatan untuk mengulang hanya sekali. Sudah itu mati Jangan merugi. 'LiazeeMakassaR051214'
Desember 5: Menghitung masa By: Lia Zaenab Zee Kita pernah mengawang di bulan. Pernah terperesok di cekuk paling kubang. Memekik harap pecahkan batu membatu. Mencelupkan angan warna warni dan menggantungnya bersama gemintang Dari semua, hitunglah 'masa'. Eksak yang paling tidak eksakta. Hanya sekali dan kita terlambai pergi. Hitunglahlah 'masa'. Bukanakah dia tak pernah mampu memberi dispensasi.? Dia adalah kekejaman yang purna. Hitung 'kan 'masa' sebelum kau menangis pada vonisnya yang beku. Makassar,05desember2014
Harusnya Dinding Hujan Milik Kita By: Lia Zaenab Zee Hujan mendinding di tempias jendela. Bumbungkan dingin goda pancari hangat. Kopi. Kuhirup dan jembatan picu memori. Kamu Hangat yang api. Seperti itulah. Mungkin hangat terlampau kipas ubah api jadi membara. Kita gerah dan memilih jalan berpucuk dua Jika aku boleh memilih. Hatiku kan kupersembahkan pada hujan. Yang bisa menyiramku telak bila membola api Ataukah kamu yang menemukan samudera yang bisa melayarkan amukmu pada cita gapai gemintang tanpa perlu picu apiku bara Tapi pada akhirnya. Kita tak boleh memilih bukan. Hati adalah pemilik dirinya sendiri. Air atau api sekalipun Dan kita berpeluk didalamnya. Gosong. Tetap terkungkung di dalamnya. Sambil merapal doa, mimpi asa. Bahwa suatu saat apimu dan apiku bisa padu tidak menghanguskan. Lalu memetik hujan untuk peraduan kita. Makassar,5November2014
Perempuan Rahim dan Lelaki Matahariku By: Lia Zaenab Zee Perempuan Rahim Mengingatmu beruahruah rindu. Purna samudera bening. Kenang kristal retina derai basah yang paling cinta. Tapak belai jejarimu memerah mekar tak mengenal musim di rumah kalbu Pelukanmu, bara api hangat abadi diharibaan rasa. Mama ... mengucapmu jampi yang paling mantra. Karena serabut rahimmu asal dari asalku Lelaki Matahari Lelaki yang pernah meletakkan matahari di tanganku. Menepuk pundak memaksa terbang. Lelaki yang diamdiam menangis untukku dalam doanya Lelaki pertama yang darinya kudapatkan bahu ntuk bersandar. Lelaki pertama yang mengenalkanku usap sayang. Lelaki pertama yang sanggup melakukan apa saja demi senyumku. Lelaki pertama yang mau menerima apapun kekuranganku Papa .... Darahmu mengalir di darahku Makassar,8Desember2014
Kisah Degup Tersetia By: Lia Zaenab Zee Negeri gemah ripah loh jinawi Kisah degup tersetia Di dada rekat pekat menjejala Semat mengalir nadi bungah Semayam atasmu kebanggaan Penuh rekah cinta getar rindu Kuimpi peluk cita akan sebuah ranah Tempat pulang damai terbelai Tanah asal darah semai sapih Bersama jutaan detak nafas rakyat Indonesia tumpah darahku Bentang beraneka tetap satu Engkau, resap bangga termegah Dicipta Tuhan kala tersenyum Bermentari ramah, berbumi hangat Tabiat toleransi gotong royong Kebersamaan padu laku kesatuan Tanah rahim subur Laut ragam kekayaan Bentara bumantara biru awan Takjub indah gemintang Suhu tropis eksotis permai Membanggakanmu,rerupa damba, tak pernah punya bait akhir dipujian kami Membangunmu rupa untaian, tak kan pernah selesai dironce Menjaga keutuhanmu patriotik laku berbangsa, mesti! Memajukanmu dipenguasaan iptek mengglobal, mumpuni, harus! Sentosamu bahagia paling palung Luka leguh kesakitanmu bagian rasa terperih girih kami Bopeng, carutbaret dan nanahmu Kumpulan elegi ego, serakah, dabik dada Dusta khianat jelaga anakanak bangsa Maafkan Negeriku rahim segala rahim hidup Masih ada lelupa lalai berbakti Masih saja ada anak anak durhaka dera cederai ragamu Maafkan Akan kusapih bungah kutularkan generasi putik dogma uzur magis Minda kesemestian: “'Bersatu teguh, cerai kita berai!“ akassar, 6 Desember 2014 Fam
Perempuan Rahim dan Lelaki Matahariku By: Lia Zaenab Zee Perempuan Rahim Mengingatmu beruahruah rindu. Purna samudera bening. Kenang kristal retina derai basah yang paling cinta. Tapak belai jejarimu memerah mekar tak mengenal musim di rumah kalbu Pelukanmu, bara api hangat abadi diharibaan rasa. Mama ... mengucapmu jampi yang paling mantra. Karena serabut rahimmu asal dari asalku Lelaki Matahari Lelaki yang pernah meletakkan matahari di tanganku. Menepuk pundak memaksa terbang. Lelaki yang diamdiam menangis untukku dalam doanya Lelaki pertama yang darinya kudapatkan bahu ntuk bersandar. Lelaki pertama yang mengenalkanku usap sayang. Lelaki pertama yang sanggup melakukan apa saja demi senyumku. Lelaki pertama yang mau menerima apapun kekuranganku Papa .... Darahmu mengalir di darahku Makassar,8Desember2014 Oksana.

Senin, 17 November 2014

«»»» Kelam batin yang mengerak batu di hati begitu suka diabadikan. Memuliakan dosa menghamba pada setiap yang punya duit tak perduli setan sekalipun. Makassar,1 November 2014 Makassar,17 November 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~==~=~ Senja hujan tubir tahun. Kelana bayang laku jejak cipta. Mengesap pikir, mengintip nalar. Adakah kisah basuh kalbu kubang pengertian, kesabaran, kedewasaan kesyukuran.? Liazee... =~=~=~=~=~=~=~=~==~=~ Rona hari ... Rintik air rupa rinai benang sulam bidadari. Perlahan terulur makin cepat kala rinai mendinding kaca cristal deras. Nafas muda membaris basah di tubirkelim aspal. Pekik gelora senyawa alunan kidung hujan ' BBM haram naik!'' Tanah basah, mata basah. Penguasa entah.... =~=~=~=~=~=~=~=~==~=~ ---171114 Note: Nov mulai memunggungi debu... Menyapih air lahirkan hujan.
Lima Hitungan Huruf_ Lia Zaenab Zee =~=~=~=~=~=~=~=~=~= Sebait seduh cicip temu Didentang rekah sela hari Berbagi candagoda, diriang tak berbeban. Berlarian kejar asa muda Berbuncah tawa senyum. Tak mesti cerita romantic Tammat fiksi terbaca Kini ada jala rasa Menganga siap mendekapku Menjeratku dalam gelisah Melodi senandung petikan Hati bersyair asmaradana Tarian indah dilamun kisah Duahati berlumur memerah jambu Inikah rindu ...? Makna rasa berimbun indah tuk lima hitungan huruf. Bawa lenaku pada mimpi semerbak taman bunga. Bak yang terkaca pada filmfilm India? Jantung bahana debar Kala nekat menanyakan tasbih riil atas nama rindu : Padamu Benarkah ini Rindu? Makassar, 31 Oktober 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~=~= Blog, naeza faldan
#30HariNonStopMenulisPuisi-12 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul:Lelaki Tua dan Jukungnya Keringat asin laut terperangkap di ceruk lipatan kerut keningnya. Dinihari se-tong ikanikan pasar diturunkan dari Jokung. Temaran, kala terang belum ada Riuh renda orangorang laut Menimbang hasil menakar lelah Makin riuh kala bisikbisik anyar Solar masuk di ranah bincang yang memanas. Lelaki tua, terusik ingsut Dibenaknya sesak bayang rengek anak dan keluh istri Solar naik belitan hidup cekik Kerutnya makin berlipat keruh Di sana, jokungnya bercanda ombak Tak mau tahu takdirnya esok Negeri ini untuk siapa? Jika kami mesti berkalang tanah Saat masih ada nafas Makassar,16 November 2014 15 Baris
Goresan Jelang 22 Des.... Ibu Puisi dalam diksi yang tiada pernah kering dituang. Dituliskan dalam cerita adalah ending yang tak pernah sempurna, selalu kurang. Dilukiskan dalam gambar adalah warna yang selalu tidak cemerlang seperti warnamu. Mengenang kelembutan belainya adalah rasa hangat yang tak pernah bisa diukur. Ketulusan yang tak ada ujung. Dan Ibu adalah Emak yang tak pernah menutup ulur dekapnya menunggu aku pulang... Liaze16Nov14MakassaR »» Ibu itu bagiku adalah koki terhebat buatku. Aroma dapurnya adalah candu rindu yang telah bersenyawa sesak dalam darahku. Selalu mengusik dan menggerayangi ingatanku. Untuk menemukan jalan pulang. Membaui kembali aroma dapur cintamu Ibu, seperti kilas lakon ingatan tentang omelan sayangmu, kala aku lupa mencuci tangan sebelum makan. Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta »» Ibu itu bagiku adalah kado rupa ketulusan cinta yang tiada satupun yang bisa menandinginya, abadi. Tangan dan pelukannya terhangat dari semua yang pernah kukenal. Pangkuannya tempat yang paling damai untuk melabuhkan semua baret-baret luka hidup. Dan anehnya, airmatanya adalah cristal terindah untuk apapun yang membuatnya bahagia karenaku. Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta »» Ibu itu muara ilmu hidup, cinta, kasih sayang dan belaian. Seluruh gerak geriknya adalah cinta buatku, tak perduli Ibu memarahiku sekalipun.Mengalirkan airmata sedihnya karena ulah burukku, adalah dera yang teramat sakit buatku. Karena aku paham jika aku menyakitinya maka surgakupun hilang. Bukankah surga ada di telapak kakinya.? »» Ibu itu adalah potongan cinta abadi yang dikirim Tuhan ke bumi. Rahim dan selsel darahnya telah ditakdirkan sebagai tempat semai dan tumbuh ummat manusia. Karenanya, Ibu adalah kehidupan itu sendiri. Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta Ibu itu adalah wanita yang hebat buat saya, dalam keadaan apapun dia berusaha berjuang demi anaknya,meskipun nyawa taruhannya...Di depanku dia selalu berusaha tersenyum meski hatinya sedang duka.ibu segalanya untukku. Adi Alamsyah, 31 tahun, Bekasi, wiraswasta ( Dhafitha Nizza Nur Azizah, Nuraeni Ibrahim, Ivon Inna, Ulya Fathiya, Husnu Fitrah ) »» Ibu itu mata air doa. Ridhanya adalah semai ridha Tuhan. Di rahim dan kasihnya, damai dunia di pelihara dan dirawat. Beliau adalah pemilik cinta teragung setelah cinta Tuhan. Dihadapannya aku adalah bocah abadi pendamba usapan belainya. Kuyakin cintamu padaku adalah kisah yang tak mengenal akhir. Lia Sainab Asbar, 30 tahun, Makassar, Karyawan Swasta ««»» -------------------------------- Losari, Hujan Pagi By: Lia Zaenab Zee Deret November awal Lekuk losari hujan pagi Kenang kisah berhari lalu ... Peluk hangat lindap ronce alun Dideraiderai ta' pangut beban Hati memerah jambu dekap Melangu terpekik asing Cederai pagi dan senyum Selalu tertinggal sekedik ingatan .... Tentang sosok beraroma puisi Tentang baitbait yang namaku disebut.... Tentang pagi dan iring hujan Tentang pagibuta dan lambaian akhir. Makassar,09 November 2014 -------------------------------
Galeri Pedas 076 Mahkota Tercampak By: Lia Zaenab Zee ------------------------------ Langit mengguruiku keras Bumi menyertainya himpit Nafas tercucup sepahit kina Terlongo lisan,nerveku stag, selsel jenak hampir semaput. Takdirku berujung ketukan- palu, aromai udara legam galau pedih terpojok lingu. Pusara diukir sebelum ajal mengecup ruh. Pujapuji mahkota berai menenun kain kapan,untai sesal susul menyusul. Air kelopakku ruah tak terhingga, pangeran kecilku menatap dengan bola mata bening senyum kaca. Menghunjamkan mata panah paling perih tepat di jantung Tetaplah putih Nak! isakku. Jalajala tak bebas telah mendekap kini, tercerabut akar kehidupan sosial. Jauh riuh, jauh tawacanda Derita mengintai detikku Waktu dalam keangkuhan Menjadi sahabat dalam sekam kerangkengku. Pusaraku angsur tercacah, semai bersama ikhlas yang tabah. Aku kembali mempelajari cara tersenyum. Kelim ujung sajadah saksi setia ..., doadoa melangit, mengular, Tuhan ada dan maha bermata. Aku manusia dan bersalah, Tuhan ada dan Pengampun aku tahu itu. Makassar,02 November 2014 -------------------------------- 19 Baris Note; tercucup = terkecap nerve = syaraf stag = terhenti sementara kelim = pinggir -------------------------------- GALERI PUISI PEDAS 076 - Senin, 03 November 2014 Nama asli:Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee -------------------------------
Losari, Hujan Pagi By: Lia Zaenab Zee Deret November awal Lekuk losari hujan pagi Kenang kisah berabad lalu ... Peluk hangat lindap ronce alun Dideraiderai ta' pangut beban Hati memerah jambu dekap Melangu terpekik asing Cederai pagi dan senyum Selalu tertinggal sekedik ingatan .... Tentang sosok beraroma puisi Tentang baitbait yang namaku disebut.... Tentang pagi dan iring hujan Tentang pagibuta lambaian akhir Makassar,09 November 2014 --------------------------------
#30HariNonStopMenulisPuisi-14 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Pahlawan hidup ---» Berkisah tentang engah yang tak ada akhir, tentang pahlawan purna laki perempuan Membelah gelapterang, panas dingin, ragam musim hari raih bintang yang tak usaiusai, langkah yang tak pernah surut meski sedepa Lakiperempuan uban hias kerut, asin peluh, menyeruak ke pelosok lekuk negeri, senafas asa. Tunastunas bangsa, punggung tempat bersandar Lakiperempuan dikepal amanah Dileleran keringatnya citabangsa, dirangkaisemai dalam buaian Lakiperempuan, mesti rekam jejak suri tauladan, mereka handayani*1 Lekaki: Ayah, Bapak, Papa, Abah, Abi, ....Perempuan: Emak, Mama, Bunda, Simbok, .... Pahlawan tanpa alutsista*2 Pahlawan kehidupan 'Candradimuka'*3 Dikeringat, otak, lisan dan pundak, ranahtanah negeri dipertaruhkan. Pahlawan tanpa tanda jasa Bungah haru airmata bangga Prestasi anakanaknya Takzim*4 untukmu : BapakEmak Makassar,09 November 2014 -------------------------------- Note: (16 Baris) Handayani*1 = dorongan moral dan semangat. Alutsista*2 = Alat utama sistem pertahanan (singk) Candradimuka*3=Penggemblengan supaya kuat, terlatih, dan tangkas Takzim*4= Salam hormat -------------------------------#30HariNonStopMenulisPuisi-13 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Fulus Satu Fulus, bentuk Tuhan baru Tempat kelam merenda kamulfase Jelma syurga anakanak imajinasi Gagah berhias seragam pasukan pangeran kegelapan Berani ilusi sakaw Tanpa batas kerajaanmu Ritus jampijampi sepujapuji Baunya doping lena tuannya Setan serupa penjilat sibuk meniup nafas riang tutupi cemoh pada Tuan besar yang nyandu. Lupa darah dan tulang menjelaga Nurani dikebiri persembahan Derap waktu tercabik lalai Memutar giling tak terkendali Fulus kutukan tanpa mantra dirawat neraka sapih semu nikmat Kantong hati berdarah pekat dosa Makassar,16 November 2014 Fulus II Fulus bisa digengam dalam ulur rekah syurga bertuan asih. Dijaga bidadari pada bahubahu amanah. Fulus menjaja diri disurgasurga dunia dalam dekap anakanak borok bertopeng kemolekan Fulus bertasbih sepi di mesjid dan majelismajelis suci, ritus bidadari berlisan kesyukuran dalam lapang jiwa. #30HariNonStopMenulisPuisi-11 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Kenangan Jingga ----- Kisah purna lelakon hati Temu dikelim detikdetak manis Menyusup semburat kalbu rona merah jambu. Kecup angan gemintang Bersenyawa rindu bersanding sayang belai. Kenang sehabis rindu Memerah luka palung hati Membiru tapak dipintu hariku Angan punggung lebam Pekik nelangsa membekap Kenangan jingga meluah .... Kenang sehabis kenang Kerap masih dera cedera Lantunkan kidung gulana patah Terpekur meraba kerakkerak kelam Gemerincing gema tawamu, masih Memunggut serpih jiwa berai Ikhlas kenangan jingga, enyah Makassar,15 November 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~=~= #30HariNonStopMenulisPuisi-10 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Fa, Rindumu Asing Sepotong bulan mengembara Secuil rindu tersiur aneh Di lakon tak bernama Lisan tak serasi Mata tak gemintang Sepotong mimpi malam ini Gerayangi lelap Sesaki reranting jiwa Terelus garing kesiap Lalu terjatuh acuh asing Sepotong sajak pagi ini Kularut dalam cangkir teh'pagi Menari sosok dalam adukan Terpercik, rindu kembali asing Sepotong nama di benak Meliuk kilas surut rupamu Fa ... Asin rasaku asing bagimu? Makassar,14 November 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~=~= #30HariNonStopMenulisPuisi-9 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Lelaki Kecil Pemapah Hidup Lelaki kecil dekil nanap nelangsa Gerobak reyot bisu sepi hari ini Peluhnya tak mampu tukar lembar Sultan Mahmud Badaruddin. Terbeli beras seliter kwalitas terendah, cuma itu. Lelaki kecil gosong matahari Menyusur kelimkelim TPA, pagi buta. Terpetik doa harap berbuncah-buncah. Nasi berteman secuil ikan bumbu pedas tertukar kali ini. Liurnya menganak Lelaki kecil pemapah hidup Ibunya sakitsakitan, menunggu Nanar tatap berkacakaca di pintu berenda plastik sesorean ini. Anak gadis kecilnya mengigau Demam tinggi Apakah malam ini obat deman generik bisa tertebus? Makassar,13 November 2014 -------------------------------- 15 Baris 30HariNonStopMenulisPuisi-8 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Sangga Langit » Meniti di ranah sebentang kemahaluasan . Peluk niat sekencang rapat Abai pada torehan pelik tak aromai wangi. Biarkan senyum susup sepalung jiwa. Basuhi borok kerak nyawa. Cintai cinta dengan cinta Cintai syukur dengan syukur Lindapkan torehan laku piala Buat pajangan ditaman sangga Beraikan kelam pikir Ceraikan ngilungilu kalbu Hapus noktah lisan pekat Langkah berkostum jelaga Apikkan sahaja sangga* langit Bingkai pintu renda putih suci Isi keranda tertunggu damai Izin tertabir di pintu pintu langit Makassar,12 November 2014 -------------------------------- Sangga* = Gubuk sederhana ------------------------------- #30HariNonStopMenulisPuisi-7 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Bahagialah (Mengisi Kemerdekaan) Jika semuanya tampak mendung kelam dan menakutkan. Bukankah matahari besok pasti terbit. Sepekat apapun awan halanginya. Jika di matamu, otakmu, nalarmu Negeri ini begitu carut marut. Lihatlah seorang anak SMP memenangkan kompetisi ilmiah Internasional. Jika ada Wakil Rakyat yang mau muntah melihat Seorang Menteri blusukan. Belajarlah bahwa kadang iri bisa membutakan pikir, orangorang pintar sekalipun. Jika otak kita sesaki dengan semua yang burukburuk. Jangan tanyakan kenapa halhal yang baik enggan singgah, bukan? Jika kamu mau bahagia Bahagialah .... Makassar,11 November 2014 -------------------------------- #30HariNonStopMenulisPuisi-6 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Gadis Kecil Kehidupan Temu sebayang pantul jendela kekaca Bangirmu, bola indah tatap kuyumu. Legam kulitmu, manis! Kakikakimu, cetakan urat langkah retak dekil. Mengais sedepa remah riski Dibentara suram hidup Selasar jalan, rumahmu Jadi Bapak dan Emakmu Gadis kecil kehidupan Nafasmu pekat juang Airmatamu buhul benang cinta Tertaut dikenasih Tuhan Kasih sayang Tuhan tersemat dilisanlisan bumbung pinta ; Gadis kecil kehidupan Pencari cinta? Tangan asih terulur buatnya Sungguh! raihan Cinta-Nya Makassar,10 November 2014 -------------------------------- #30HariNonStopMenulisPuisi-5 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Sahabat, Tersemat Dimemoar Apik Berlari peluh merayu matahari Bermimpi disenyumi senja Menggoda hujan bersanding pelangi. Disiang remahremah gerah hari Demi cukup bekal citacita kita Tak terukur kenang detik waktu Kala godaan lahir, ciut mata Letih meliur pada mi instant, Terlezat diusiausia liar lapar kita, dulu .... Terbiasa pada gizi porsi seada-adanya,kita. Bertarung bercumbu huruf. Bergulingan kerlip lentera. Mengecup kedutan mata. Sisakan lingkar hitam lebam. Demi raihan jubah toga. Dahaga, lapar, lesu, longo termaklum. Disemat dinasib yang sama Kenang laku padu tawa cupu kita, saat itu. Kusemat dimemoar yang apik, Sahabat .... Makassar, 09 November 2014 ======================== 18 Baris #30HariNonStopMenulisPuisi-2 Nama asli: Lia Sainab Asbar Nama pena: Lia Zaenab Zee Judul: Shuhada Al Aqsa' =~=~==~=~=~=~=~=~=~= Airmata menganakpinak Lagi, di bumi Al Aqsa Airmata basuhi sejarah Tempat Tuhan menitip, rencana dan tekateki.Darah MartirSyuhada tertasbih sejak kala. Robek saja ruhruh suci Persoalan detik saja,hanya Malaikat sejak azali merindu Jasad berbalut memerah DihadapanNya, termulia Luka darah adalah renjana Surga.Takut adalah semat- Nya terjaga.Senyumlah sampai ajal dimaklumkan. Itu cukup Al Aqsa muram darah syuhada.Dalam warta Tuhan Maha Segalanya Tidak hanya dalam warta 30HariNonStopMenulisPuisi-1 Rekah Rindu By: Lia Zaenab Zee =~=~=~=~=~=~=~=~=~= Selarik cicip temu pandang Diremahremah rekah hari Berbagi seduh kisah, diriang tak berbeban. Bertaut tawa lakoni nafas Tak mesti cerita romantic Tammat fiksi terbaca Kini hadir jalar rasa riel Melumer siap aliriku Menjeratku di kubangan resah temu. Inikah rindu ...? Melodi bunga senandung jiwa Hati bersyair asmaradana Tarian indah dilamun angan Bibir getar bisik damba Jantung bahana gemdamriuh Tasbih riil atas nama rindu : Padamu Makassar,05 November 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~=~=
Kpkers Khanis S Jealously By: Lia Zaenab Zee ~~=~=~~~=~~=~~~=~~ Kekaca bola kelopakku Redam pekik gundah Tak jua mampu padamkan Debar sengat rasa gores, perih Bibirkan semburat juta diksi Urat uratku teralir noktah rindu Padamu..., kamu tau I'm jealous Lalu kenapa memercik api gundah pandanganku.? Seutas benang merah Makin memerah Kumohon jangan jerang dijelaga Tak sanggup aku menyiram bara yang selalu terkipas. Karena ..., telah kupetik seluruh ragam pendar merah jambu. Debar kelembutan kasih Seluruh keridhaan, Untukmu Makassar, 15 November 2014 ~~=~=~~~=~~=~~~=~~ #EventPuisiKBM Dinding Ilmu By: Lia Zaenab Zee ~~=~=~~~=~~=~~~=~~ Kala buncah asaku laruh gelisah Cita yang kerap bangunkan lelap Tentang sebuah passion Sua ruang melabuhkan mimpi Tempat kuciduk resah kehausan Kudapat sebuh dinding KBM Tertulis lajurlajur berkah ilmu Gelisah asingku terijabah Setitik demi setitik Tapak demi tapak Makassar,14 November 2014 ~~=~=~~~=~~=~~~=~~
RINDU ABADI INDONESIA By: Lia Zee ====== ======= === Sumpah Pemuda Pekik bahana genggam gendam gelora Setia bertumpah darah, bertanah air Satu bangsa satu bahasa, satu teguh patriotik jiwa Satu sumpah berIndonesia Rela berkalang tanah, di ranah-mu. BerIndonesia harga nafas Meski, kadang ruweh jalan, kadang lalai cinta, kadang rimbunego berbangsa kadang dan kadang .... Sungguh, sari rindu cinta Menganak abadi harap, tempat tulang darah kami lahir semai dan gugur. Indonesiaku Tumpah asa, tumpah mimpi Tergores luka, untai buruk anak bangsa Jelmaan cela tingkah noda diharibaanmu Sungguh! buruk noda laku tak mampu renggut aliran kasih, rinduCinta didada kami. Indonesia Abadi Rindu buatmu Cinta akan slalu tersemat diselsel darah Tersimpul didetak nadi. ====== ======= === Makassar, 13 Oktober 2014 ====== ======= === Note: Tdk teranulir disalah satu Lomba : Event 'Sumpah Pemuda'14 krn tdk dlm bentuk Atacch dekik full ====== ======= ===
#PuisiMingguanDuDek8 Judul: Kembang Kayu Si Isapmadu Nama Penulis: Lia Zaenab Zee Sore saga rupa manis leleh sari madu Di hati temaran sepi giris tak usai Saat impian tertaut meragu tarik ulur ikrar Jembatan kayu setapak kenang Reranting rona kembang kayu Orange, merah lonceng lambai kemayu goda. Cericit cit cit Isapmadu* .... Detik beku sesaat rerasa surga Ritme melodi alun hangat Kesiap tetesi gerah kalbu pelan buai Cit cit Isapmadu terus lelagu .... Wangi kembang kayu perawan senyum rekah seserahan sari. Baretbaret lara sirna citcitcit Kembang kayu Menabur madu aroma wangi Isapmadu temu pujadamba bersari madu. Serenade rindu tertasbih Dadaku serapat lapang Pahat rupa kembang kayu Bertekuk dikecupan Si Isapmadu Menanti seserahan akad diri Lisan doapinta tiada putus ; Ikhlas agung penyerahan Makassar,06 November 2014 =~=~==~=~=~=~=~=~=~=~ #PuisiMingguanDuDek7 Judul:Rahim Bumi Hidup Nama Penulis:Lia Zaenab Zee Tetap semai dirahim bumi Retak senyawa partikelnya kesakitan yang luka,tanah Pada baitbait damba basuh Pada musim yang seri Semai kehidupan Dirahim bumi yang kerak kegerahan pilu meradang ranahmu. Dan hidup tetaplah kehidupan.Meski lakonnya tertabur hadang lukaluka. Janji teguh semai kokoh Dalam taburan kering dahaga Rupa laku tegar. Dibadai gemerincing gigil derita Kuncup putikmu berkah Mengirimkan pesan asa --Untuk tetap hidup Makassar, 07 November 2014 ------------------------------------ #PuisiMingguanDudek6 Judul:Uban Pelangi Oleh: Lia Zaenab Zee =~=~=~=~=~=~=~=~= Terjenak lamun batas usia Gelembung kisah meruak Bersenyawa udara kuhirup Cerita seluruh jejak kenang Uban pelangi wartainya Rekam jalur likaklikuk terpendar, mempeta mengerak atau berpaling Kitab nafas tercetak luruh diuban pelangi Dikenang dihamburan gelembung-gelambung deret Terkaca senyum airmata Biasan warnawarni Kesemestian pikir, belajar Uban pelangi Keragaman Kesementaraan Pengantar pada keabadian Makassar,02 November 2014 =
1.Terbit di pedas 30 hari Januari Kenangan Jingga By: Lia Zaenab Zee Kisah purna lelakon hati Temu dikelim awal tahun manis Menyusuri semburat kalbu merah jambu kecup angan gemintang. Bersenyawa rindu bersanding sayang belai. Januari sehabis rindu Memerah luka palung hati Membiru tapak dipintu harimu Angan punggung lebam Pekik nelangsa membekap Kenangan jingga meluah .... Januari pergi Kerap kenang dera cedera Lantunkan kidung gulana patah Terpekur meraba kerakkerak kelam Gemerincing gema tawamu, masih Memunggut serpih jiwa berai Ikhlas kenangan jingga, enyah Makassar, 14 November 2014 2. Fa, Bulan Basah By: Lia Zaenab Zee Bidadari menyulam awan Membingkai rupa hari abuabu Mencandai matahari dalam tabuh lesung guruh. Cristal air luruh mendinding Gigilku kubagi gelas teh' jasmine Kafe memoar Januari Menyelimuti reka bayang uapuap hangat tatapmu berharihari lalu. Di sini menggigit gigilku Fa... Makassar, 14 November 2014