Kamis, 22 Januari 2015

Virra #Galeri_Diksi_Januari Damba Rasa Tersesat By: Lia Zaenab Zee __________________ Kulipat kertas penggalan tanggal, kujelma origami doa. Agar lapang melenakan damba karat yang tak kunjung tersapih. Jadikan mendung dalam suara rintih awan me-luka terbeban perigi airmata pengharapan Hanya ingin kau tahu, Ku'tak rela terus menikam jantung dirindu yang tak kunjung kau toleh. Malamku mimpi nelangsa pada getir bangunku. Memaham risau yang harus kukubur pada geliat rindu meronta, tak ingin pergi Andai kau tahu, terlanjur pesona akan-mu mengkungkung. Melonggarkannya tak semudah putaran waktu yang gasing. Sisakan luka nyeri putus harap memilikimu. Degub ini semakin tak terdefenisi mencekik purnama mempersembahkan kelam Masih, detak nadi tak usai dibekap rindu, ribuan pesan pada angin tuju hatimu yang tak pernah memberi alamat. Menghadirkan timangan gundah melabirin pedih, atas 'rasa' yang tersesat mencari letak hatimu Di sini aku menyapih tabah di takbir sujud aksara doadoa. Menengadah: '' Mohon rinduku yang tersesat menemukan jalan pulang'' Makassar,23 Januari 2015 __________________ 21 baris blum judul
Rinai Rerindu Pada Januari By: Lia Zaenab Zee ================== Januari..., bulan rintik dengan rerindu kuyup. Jarak menggulung pada gelisah yang cabik. Gigil pagi melebur dalam cangkir teh' yang tersapa sepi. Wangi hujan pernah menjatuhi tubuhmu menyisakan aroma kenang pada musimmu Mencacah musim tentang tuju bermata cula. Memberiku gundah berundak undak meneteskan basah. Januari... bagai membaca lelehmu pada kekaca bola korneaku Mengajarkan rerindu kadang begitu asing yang dimesrai. Gamang dan bara yang terkipas menetaskan nyeri. Memerih senyap serupa hujan yang berkali kali jatuh tanpa pernah mengeluh Kelak, kala musim tak lagi merinai, kukalungkan tegar pamit pada rerindu yang setia menghuni jantung. Seperti iringan hujan yang pergi di sebalik awan Makassar,08Januari2015 Rev version Mendulang Syukur By: Lia Zaenab Zee ================== Sahabat kau adalah sulamanku yang tak ingin kuselesaikan. Menemani jejari menguntai hari Bersamamu adalah riang yang kueja menjadi kata kata, dalam huruf yang tak ingin kutuliskan lengkap. Itu caraku agar kita selalu bersama mencari huruf huruf ntuk melengkapinya Bersamamu, kita belajar memaham dan menegakkan akhlak dengan lentera cinta, yang sabdanya adalah bisyarah penyejuk jiwa, syafaatnya oase semesta Ingatlah, bila suatu saat sajak yang kugoreskan buruk rupa tentangmu menelak jantungmu pada tetirahnya. Itulah cara sebaik-baik mencintaimu demi kebaikan Jika onak-onak hadir mencecap tentangmu atau tentangku kuharap doamu atasku dan doaku atasmu yang akan menabahkannya. Bukankah, kasih sayang yang telah kita titip dipersahabatan ini akan menjadi bahagia untukmu dan untukku. Lalu, dukamu akan menjadi dukaku juga Jika kau pergi menoreh jarak, izinkanlah aku menulismu dalam jejak rindu menemani kesedihanku sebelum doa keselamatan mematahkan jarak menjegukmu Sahabat hari ini, kusiapakan kesyukuran sekaligus guguran airmata atas hari jadimu ... Bukankah hari jadimu akan selalu menghitungkan penanggalan yang telah terbunuh. Kesyukuran bahwa kau telah melewatinya dengan selamat. Guguran airmata, bahwa entah di perjalanan berikutnya masihkah kau atau aku bertemu? Wallahu alam.... Tapi untuk semuanya, memelihara kesyukuran dengan hati bungah adalah jalan terbaik mewarnai kesyukuran itu bukan? Makassar,11Januari2015 Surga Itu By: Lia Zaenab Zee ================== Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa penyatuan rahmah leleh di mahligai' yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas yang penyatuan : SEJOLI Kita menetap diayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku Makassar,15Januari2015 Beralamatkan Pada Mekar Teratai By: Lia Zaenab Zee ================== Tatapan teratai Berayun puisi pada rintik hujan, gelembung butir air di dedaun, ikut mengayun merayu benak. Memahat bayang belai gelora lelaki penyair dalam jarak lautan Puisi dan teratai mengirimkan pesan mekar detak pada dada, teraba samar dipendulum yang makin zigzag Kualamatkan gelisah di dedauan teratai, menyamarkannya di rekahan undak undak kelopak. Memahatkan pada tubuh puisi menyederhanakan rentang damba pada senyum Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk degup kalbu meletakkan di ruang angan. Membatukan rasa yang tak punya jawaban. Merapikan gelisah pada defenisi paling sederhana Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetas bayang-bayang. Berkaca tegar pada teratai sabar, sederhana mekar rekah tanpa di sapa musim Makassar,08Januari2015 ================== Aroma Sandalwood-Cedar By: Lia Zaenab Zee Rangkaian rongga duri di jantung. Tak sisakan ruang senyum tempat kumenanam putik baru. Campuran aroma sandalwood cedar akan selalu mematahkan langkah berpaling pada hari 365 terulang datang kembali dan kembali. Mengusik sajak sunyi dibab bab mimpi singgah di pelataran igau Lentik jejari musim selalu menggamitnya singgah, tersentak menekuk kepalan sesal pada bayang bayang hadirmu, menyapa dan kembali menggigit, jatuhkan aroma sandelwood cedarmu di urat memori Pernah kuletakkan harap di laci ingatan. Lalu, melambai merangkak keluar menggerayang pori bermandi leleh kenangan Menguap, merayap dan bergerombol bagai mimpi mimpi terulang yang kutulis membaitkan hangat peraduan mimpi. Lalu menyelusuri jejak menyimpan coretan cerita hingga kerontong tinta goresanku, penat Pun, beranjak ku-uapkan jejak aroma sandelwood-cedarmu, airmata, kenang dan rerindu yang mesti kurampungkan menebas duri duri jantung tanpa ucapan ; "Sampai jumpa.'' Makassar,10Januari2015 Tidakkah Dada Guncang? Oleh: Lia Zaenab Zee Fajar .... Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta ''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya'' Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA.... Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh? Makassar,09Januari2015 ================== Surga Itu By: Lia Zaenab Zee Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa pengikatan rahmah leleh di mahligai 'yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas penyatuan : SEJOLI Kita menetap di ayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku :) Makassar,15Januari2015 Kelas Puisi KBM Lelaki Sempurna By: Lia Zaenab Zee ================ ''Shallallahu alaihi wa sallam" Rakhmat bagi semesta Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi Sholawat ... Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ... Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan Tersurah Kalam Atas-mu "Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*        Makassar,16Januari2015 Note: 1*QS An Anbiya:25 ================ Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee Lelaki yang bahunya Savana. Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati ''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga'' Makassar,11 Januari 2015 ================== Idrus DumaEvent Senandika: Waktu di Usia Terizin By: Lia Zaenab Zee Menyelinapkan rekah gemintang pada labuan jiwa. Ke-akuan pemaknaan tuju Bahwa, tabik dada dalam kadar yang terukur, melarungkan asa pada permukaan tanpa menenggelamkannya Usia adalah nafas yang terizin. Ke-akuan yang matahari pada lenganlengan waktu, pertarungan amuk yang paling tikam. Membekap dalam sekarat nafas. Tak memberi jeda sampai lambaian akhir pada udaranya Jika langit nafas begitu rapuh, dan senyum masih tercecap manis. Kesyukuran adalah mahligai yang mesti dijunjung sebagai penghamba. Meski dengan merangkak mencari CintaNya atas CintaNya, tertabur Apa yang mesti diagungkan? Pada akhirnya, izinnya gugur pada ketiadaan. Serupa selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar apapun dulunya ''Kita adalah milikNYA dan hanya kepadaNYAlah kita akan kembali"1* Makassar, 07 Januari 2015 Note:1* = QS 2:156 ================== Seperti Ilalang pada Padangnya By: Lia Zaenab Zee Menemukan, kebahagiaan di antara serakan belukar onak. Mengayun pucuk ilalang penyemai rindu. Ukiran belai berkah rasa membuncah dada pada gemeretak degub melengkungkan senyum, mencoretkan prasasti abadi akan meng-indah sederhana meng-aliri pembuluh Jika rindu tiba, membawa lelehan sepoi sederhana, menerobos duri pada sela belukar hati, ntuk apa memetakan jalan panjang menuju padang rembulan, yang entah Desiran rindu memaham pada apa yang tak teraba, menuluskan penerimaan, mengokohkan pilar empati. Mendekatkan cinta pada cintaNYA. Cinta begitu sederhana. Menjelma sempurna pada pelukan ulur datangnya. Rindu me-naif kala menoktahi dengan ragam warna, memberi jeda melukiskan: ''Ketaksempurnaan pada kesempurnaanya'' Rebahlah, terima bilangan semesta raya yang mesti rintik. Biarkan apa adanya. karena itulah inti 'cinta'. Seperti ilalang pada padangnya Kumenemukan ...? Makassar,08 Januari 2015 ================== ***
Dins Dekapan Kenangan Rindu By: Lia Zaenab Zee ==•••==•••==•••==•••== Pada rengkuh yang kenang, kan selalu tersisa hangat menggerayang jantung. Jadi pinangan lesap arah, kan sebuah rindu jua tetap kan basah segalanya. Sama, ketika kulukiskan namamu di garis gerimis gigil di peron sore ini. Lambai abadimu, hanyalah remah luka yang pernah darah dan daging bagi kita. Menghayut larut kini bersama tatih langkah menimbang nafas, bersama bisik mesra buncah basuhan perih yang telah lama kita pelajari, lalu Masih di sini, bangku tua peron kota. Aroma tubuhmu lekat menyeruak, kuhidu jadi bagian kantong rindu yang tak pernah usai kubau-i Kuberanjak daun gugur, senja tua yang puitis menyerup keningku pada sentuh cinta yang masih terasa, semusim lalu. Angin membisik membawa pesan ingatan akan selarik godamu akan rajuk-rajuk manjaku. Manis Kopi hangat yang masih bara, kelu di lidah dan angan rindu melayang bersama kepulannya. Hujan meningkah bersama waktu dalam segelas keadaan tanpa pasangan. Sunyi Malam beranjak kesekian, senyap mengintip pada serpih kenang yang tak perlu linang. Men-doa sepasang lengan akan pengenangan abadi cinta dan kasih sayang kuletakkan dalam bingkisan lafal Al-Fatihah. Kenangan menemani tunas asa terbasuh afwah memekar rimbun tegakkan langkah. ''Abang..., adakah Bapak dan Ibu memelukmu kini?'' Makassar,22 Januari 2015 ==•••==•••==•••==•••== KBMpoemClass,ptpi Perjalanan Mimpi Lia Zaenab Zee ============ Pada pagi Januari Tanakan mimpi jerang meng-amin bagai setapak jalan rimba tak bernama bersama kitab rahasianya Perjalanan mimpi Malam-malam merambat, mendatangi siluet dedoa tentang nyala pendaran mimpi yang bara di'ingin'. Menafakuri keheningan me-layar pinta akan bait-bait ikhtiar Tuhan, jangan biarkan atasku mengacak-acak laku hingga aku abai pada tuju ridha cita leburan mimpi-mimpi Bahwa menggapainya tidak selalu roncean rona-rona kerlip cumbuan senyum. Jika mesti wujud dalam koloni airmata. Perciklah aku Kekuatan-Mu. De-doa-ku tak pernah lari dari bibir, meng-iba tuntunan labuhan 'ingin' pada raihan mendatangiku jelma tumbuhan mimpi kecambah yang rimbun Makassar, 23Januari2015

Selasa, 20 Januari 2015

Nerin Lengan Senja Bercerita By: Lia Zaenab Zee ================ Rerindu lebur, kepak camar, derai tawa, lengan senja. Rengkuh memerangkap. Se-mati batu Sejoli Rindu. Waktu bercecer lepas, rela Senja bercerita, rinai, semburat saga. Leleh beku terbakar nadir cahaya bola matamu. Menyembur sejuta pesona sejoli, cinta terpeluk rona indah senja Lalu, rerindu menggenang tumpah menoktah jingga melanjutkan cerita 'kapar' perawan hati. Serpih cawan pecah menghantar kesakitan di bilah runcingnya. Ulu hati perih darah tergaram kenangan Senja melanjut rinai. Elegi senandung camar. Angin musim membisik lirih ; haru biru lara bersamanya. Mengabur pandangan dicumbu airmata. Kenangan berpesta pora menabuh gendang asa luluh lantak. Buraian mimpi rupa belati tikam. Tercabik jantung Terbunuh kenangan pun mimpi. Aku-kamu tak kan pernah jadi 'Kita'. Rinai senja tlah jelma gugusan jarum karat beracun. Menjatuhkan nada-nada sepi. Meng-iring perjamuan nelangsa Bergegas, kupelajari sebentuk cinta senja yang tangguh. Membiarkan camar menyimpan jejak memori. Melepas jerat senyummu. Mencampak nuansa belukar indah rasa. Menyapih ribuan tusukan jarum, luka Bercerita: senja yang sumringah. Riang cakrawala memerah saga. Reronce senyum, menenun tabah. Memungut remah serpih jantung. Kenangan rindu jelma luang penerimaan. 'Tegar-Pasrah-Arif' Makassar,19Januari2015 ================
Cerpen Dins Mix Genre: Romantic-Comedy- Religy Si Ustaz Versi Mr.Bean Oleh: Lia Zaenab Zee =============== ''Huss... huss!.'' '' Apa'an sih.'' Kataku sebel, menepis tangan Dita. Sudah nyolek, pake huss pula ..., plus bibir manyun gitu. Lengkap sudah angka minus untuk nilai etika dan sopan. He'e. Siapa juga yang peduli sama si' etika dan mpok sopan ya. ''Husss! ... Husss!? Emang ayam appaa ...!?'' ''Lihat tuh idola lo!'' Bukannya menjawab, bibir bersama dagunya ikut-ikutan meruncing sekarang, diberdayakan mengisyaratkan arah. Aku menoleh ... Jlebbb!. Dan .... Bersirobok pandang .... Entah, nafasku tiba-tiba sesak. Ada yang tahu, kenapa ya? Faisal Si' Ustaz plus dosen muda Jurusan, yang sering aku olok-olok bersama Dita. Sahabat yang mbelingnya duabelas-duabelas denganku. Saingan pokoknya hikks. Alasannya sederhana banget. Kalau mau lebih kebangetan lagi, itu namanya cari masalah. Hanya Karena celana Si' Ustaz selalu menggantung tidak sesuai ukuran mode yang biasa tayang di Tivi-tivi. Pokoknya gak -fasionabel'lah kata anak-anak muda zaman sekarang. ''Aneh keluaran LN, tapi penampakannya lebih parah dari Si Kabayan. Eh ... saingan Mr. Bean, mestinya.'' Cemoh Dita suatu kali ''Kikiki ... Tapi yang ini 'cakepnya' parah kan, Dit? Sahutku ngakak menggodanya. Dan melototlah Dita dengan manisnya, hehe .... Tapi, entah, belakangan. Tanpa sengaja bayangan si Ustaz suka muncul tiba-tiba saja di kepala. Tidak sopan pula 'gak permisi soalnya'. Kemudian, persoalan besar, karena gensi sekali sebenarnya, harus curhat ke Dita. Alhasil .... Aku jadi uring-uringan sendiri, tiap bibir runcing Dita yang ngakunya sexy, mulai beraksi mengolok-olok Si Dia (ciee ...,). Belakangan, alih-alih membantu Dita biar cemohannya makin 'kinclong' seperti biasanya, yang ada 'sakitnya tuh di sini (dada), kwkwkw.... Mesti berbenah, kayaknya ada yang korslet di kepala dan dada nih? Dan ''Kamu dilamar orang, Li.'' telepon dari Mama suatu hari. Tanpa pendahuluan, tanpa judul, dan tanpa basa-basi pula. Brukk, kejedot gagang telepon. Untung saja permen yang sedianya tadi aku emut, belum sempat aku buka. Kalau, iya, hikkss? ''Cakep gak? Segera! segera!, mom.'' Jawabku norak. ''Nih anak!, Mama serius ini. Gimana menurutmu? Tentu saja kalau kamu setuju, Kami akan atur pertemuanmu dengan Si Calon itu.'' Hukkk! Keselek liur sekarang .... ''Tapi kan aku, baru juga semester awal. Ntarrr... bla... bla....'' Cerocosku pannjaaang. Singkat cerita, Kabayan eits ... Si' Mr.Bean versi Ustaz Faisal jadi halal buatku sekarang. Beliau anak teman Papa. Dan tentu saja ini jauuuh ..., dari kisah yang menyerupai 'St.Nurbaya' yang pakai dipaksa-paksa. Aku menerimanya dengan sukarela. Pakai Cinta, pakai bangga pula. Juga termasuk paket di dalamnya, cinta dengan celana-celananya yang kurang meteran. Pula, aku dengan sukarela mengganti hijab 'penuh gaya' yang selama ini kuakrabi dengan hijab 'syari'i' alias jilbab besar yang menutup seluruh badan. Meminjam istilah Power Ranger 'Berubah'. Ya seperti itulah adanya. Hehehe .... Tentang Dita? aku hanya tersenyum semanis-manisnya. Kala melihat bola matanya menjureng plus bibir meruncing khasnya, melongo tak percaya. Menjelang keputusanku dulu, untuk menerima 'Ijab' Si Ustaz. Makassar, 20 Januari 2015 ---END--- Quote: ''Pintalah yang terbaik, yakinlah Allah pasti mendengar segala pinta.'' ~***~
9M Ramuan Rindu By: Lia Zaenab Zee ================ Senja gerimis, kuputar kenang kepulangan waktu. Tumpahan airmata genang di daun kemboja gundukan tanah merah. Melumerkan akar kenang. Rindu mencengkram tiada ampun. Senyummu yang tabah, resahku yang gigil, bersama detik waktu sisa yang tersurat buatmu. Melingkarkan pedih tak sudah. Bulan pekat di pelataran malam menyandungkan pilu penghantar kerandamu sesore tadi. Kesakitanmu telah ridha mengantarmu 'pulang'. Genggam lembut cinta mengarung dalam dedoa. Langit senja, semilir angin, Nisanmu yang bisu melarung sedih pada bisikan kepasrahan. Adikku Kamu puisi bait-bait ikhlas yang kupelajari. Tak kan pernah sempurna, karena kamu adalah ramuan doa yang tak pernah menemukan bagian yang hilang pada ramuan rinduku. Makassar, 20Januari2015 ================

Senin, 19 Januari 2015

Cerpen: Kupinang Indah Senja By: Lia Zaenab Zee =============== Jika apa yang kita impikan, Kemudian sudah 'berjibaku' untuk meraihnya. Tapi ternyata kenyataan berkata lain, alias 'gatot'. Hehehe ... pasti sakitnya tuh di sini (dada) kan? Senja kesekian di musim basah, aku akan selalu takjub pada detik-detik waktu yang Tuhan ciptakan: Cahaya saga, semburat jingga, rinai hujan, hempasan buih ombak dan akhhh ...! kumpulan kenangan yang menjingga jua di belahan hati. Petikan perjalanan jarum jam nan romantis, selasar pantai pada senja menjadi pinangan mengindahkan kisah. ''Bang, aku tak ingin berjanji bahwa hubungan ini adalah 'pengikatan' kaku. Jika aku atau Abang menuntut bahwa ini kita namai pacaran atau bahkan tunangan. Yang menahan dan memberi beban pada kita untuk menerima kemungkinanan bertemu orang lain. Aku tak berkenan ...'' ''Lalu?'' Sergah Bang Renno memotong cepat rentetan penjelasan panjangku. Kutatap Dia, sambari mengeryitkan dahi ''Maksud Abang, Abang harus gimana? keadaan memaksa seperti itu. Andai boleh, hari inipun Abang siap bertemu Ayahmu. Kan kau tau itu dik?'' ''Iya Bang, aku tau'' aku menoleh menatap Bang Renno, menarik nafas memberi senyum kecil penyakinan padanya. Lalu: ''Yang Liya maksud Bang, hanya tak ingin, karena Abang dan aku mesti menunda perkawinan karena syarat ikatan dinas Abang tak mengizinkan. Menempatkan pada peran seolah-olah kita sudah resmi saling 'mengikat.'' Terangku, selembut mungkin yang kubisa. Terselip kekhawatiran di rongga dada, Bang Renno salah menangkap maksud atau malah tersinggung dengan kata-kataku. ''Maksudmu, kamu tak ingin menunggu Abang dengan embel-embel status pacaran atau tunangan kan? hehehe ... !'' Aku mengangguk, sedikit cemas lalu tiba-tiba tawa kecil Bang Renno meletup jadi tawa terbahak-bahak. Dadaku plong. *** Aku melepas Bang Renno terbang ke kota tempat Dia ditugaskan. Sama sekali tidak ada istilah untuk hubungan kami. Murni --Tanpa Status. Hanya berbekal keyakinan. Toh, Jika Tuhan berkehendak Bang Renno memang jodohku, maka Tuhan pasti akan mengatur cincin belah rotan jadi penghias jejari kami dalam ridha-Nya, hanya 'itu'. Aku bukanlah ahli agama atau orang yang mengaku paham agama lantas dengan sok alimnya memvonis bahwa aku anti pacaran. Bukan, bukan itu. Aku hanya ingin konsisten dan taat pada apa yang kupaham bahwa itu diperintahkan Oleh-Nya, dan nurani meng-iyakannya. Aku bersyukur Bang Renno menerima baik maksud tersebut, atau entahlah, kemungkinan bisa saja Dia menerimanya karena aku bersikeras. Wallahu'alam. Berfikir positif saja. Hehehe .... Dan ''Ada yang ingin kubicarakan. Penting, dear ....'' Kata Mela, sahabat karibku (kebetulan sekantor juga) suatu saat, dengan nada serius dari ujung telepon sana. Aku tergelak geli. ''Idihh... kesambet apa'an sih, serius banget!'' Potongku gemas. ''Tidak A tidak B ko' tumben nih EYD-nya benar ya? Aneh?'' ''Serius ...! Serius ini Loy, serius banget malah.'' Teriaknya tak sabar. Paham EYD-nya kabur sudah, dan makin geli kubayangkan mulutnya saat ini pasti manyunnya sudah kemana-mana ... hihihi. ''Hmmm ... ya ya'' ''Bang Faruq, berminat sama lo, Loy?'' ''Boleh boleh, persediaan baju Kokonya masih ko', banyak malah.'' ''Ishhh ... dasarrr buntelan !!'' Teriaknya keras, gemas amat sepertinya, hehe .... ''Hahaha ... Ha ... haabiss, kamu ngomong huga gak jelas gittow Malayy.'' sahutku ngakak tak kalah kacau, ikut-ikutan alay memplesetkan namanya, seperti dia yang seenaknya memplesetkan namaku jadi ''Loy'' hihi. ''Hallah ...sebell!.'' Teriaknya lagi. Hih. Sebel beneran rupanya. ''Bang Faruq, minta tolong ke aku, katanya dia pengen 'melamar' loo. Terima gak?'' Deggghhh!. Terdiam. Sesak nafas. Bengong Bang Faruq, keluaran Universitas Al Azhar Kairo. Ustaz muda gagah yang rutin mengisi ceramah pengajian bulanan kantor kami. Yang juga praktisi IT sekaligus konsultan program IT, juga, di kantor. ''Halloow!, masih hidup kan lo?'' Lagi, suara cempreng Mala membuyarkan kebengonganku ''Yachh....'' Jawabku singkat gagap terbata *** Dan Minat eh ... niat Bang Faruq 'itu' ternyata lahan basah untuk menjadi ajang berkembangnya bakteri virus gossip, virus cemburu, atau mungkin juga virus iri hati. Apatah lagi setelah, dengan nekat Bang Faruq benar-benar datang menemui Ayah dan Mama. Aku serba salah. Meski tak pernah ada jejak janji. Hati ini milik Bang Renno. Lalu bagaimana dengan pesan agama tentang; 'Lamaran seorang laki-laki sholeh, tidak boleh diabaikan, agar tak meninggalkan fitnah'. Seperti yang Ayah dan Mama telah panjang lebar nasehatkan padaku. Berapa hari setelah pertemuan Bang Faruq dengan mereka. Bang Renno? Ini baru jalan tahun pertama. Dari aturan dua tahun ikatan dinasnya sebelum keluar izin diperbolehkan menikah. Maka, berenanglah aku dalam dilema (hi, dangdut amat). Sementara virus gossip di kantor berkembang biak tak tercegah. Entah asal virusnya dari mana. Namanya juga gossip kan? Tambah pusing, karena aku capek plus uring-uringan dimintai keterangan oleh orang-orang kantor yang mendadak berubah jadi wartawan gossip dadakan hehehe ... 'aih'. Seakan-akan aku ini selebrity. Apa benar aku sudah berubah jadi selebrity ya? Setidaknya seleb kantor ini? (sambil ketok kepala, biar batoknya kembali normal, hikk). Karena ternyata oh ternyata .... Si' Faruq itu adalah kandidat manajer salah satu bidang keahliannya di kantor, plus keahlian IT-nya juga diraih di LN. Ckckckck ... ilmu agamanya paten ilmu dunianya juga paten. Jadi jangan heran kalau Ayah dan Mama menasehatiku panjang dan lebar dan berbau-bau memihak pula, tidak salah kan? Lebih tidak heran lagi kalau lamarannya ke aku menimbulkan kontroversi hati bagi yang lain. Khususnya jomblowati kantor. Hehehe .... *** Sore ini, senja semakin dingin. Musim sedang gemar-gemarnya membuka kran airnya. Melimpahi bumi dengan kuyub di mana-mana. Aku masih termangu-mangu diselasar tembok yang di bangun sepanjang bibir pantai, beton pembatas yang letaknya kira-kira satu setengah meter dari permukaan air. Yang pondasinya berfungsi sebagai penahan hempasan ombak, bagian atasnya sebagai tempat duduk pengunjung yang ingin menikmati panorama pinggir laut. Hempasan ombak di bawah sana masih setia menyapa telingaku. Di seberang jalan, kursi-kursi taman satu persatu ditinggalkan penyinggahnya. Adzan Magrib berkumandang. Remang mulai mengaburkan pandangan, sebentar lagi gelap merambat memeluk penglihatan. Dalam rapat jaket, aku beranjak ke jalan setapak menuju mesjid yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri saat ini. *** Tiga bulan lalu, aku datang menghadiri resepsi perkawinan Bang Renno. Mempelai cantiknya bernama Indri. Putri Atasannya. Perasaaku saat itu? Jangan ditanya. 'Nano-nano'. Bang Faruq? Memilih melanjutkan Program Magisternya di LN kembali. Tak berselang lama setelah aku menolak lamarannya dulu. Terluka? Defenisinya telah aku buang jauh-jauh dari hatiku. Dua pilihan dengan jalan dan kisah masing-masing. Kesimpulannya, dua-duanya bukan jodohku, selesai. Tuhan itu Maha Rahasia. *** Gelap merambat, gigil makin menusuk. Rintik sesorean tadi menjelma hujan yang deras. Menemani perjalanan pulang dari menjeguk senja. Butiran airnya menampar-nampar kaca jendela mobilku. Mengalunkan irama melodi syahdu mengusik otak kananku berimajinasi, diksi indah berloncatan yeahh ...., ' puisi!', Pass. akan jadi kado spesial untuk calon mempelaiku, 'sweet idea'. Besok pagi cuti sekaligus ritual pingitan dimulai, yang dengan senang hati akan kulakoni. Empat hari ke depan. Seorang lelaki yang terbaik menurut-Nya akan menjadi 'halal' bagiku. Insya Allah, aamiin. Tuhan itu sungguh Maha Rahasia bukan? Makassar, 20January2015 -TAMMAT- :) ================== Quote: ''Allah akan mempersatukan 'apapun' yang berserak menurut IradahNya, akan sebaliknya akan memberaikan 'apapun' yang memang tak tertulis takdir penyatuan untuknya'' ==================

Kamis, 15 Januari 2015

Rinai Rerindu Pada Januari By: Lia Zaenab Zee ================== Januari..., bulan rintik dengan rerindu kuyup. Jarak menggulung pada gelisah yang cabik. Gigil pagi melebur dalam cangkir teh' yang tersapa sepi. Wangi hujan pernah menjatuhi tubuhmu menyisakan aroma kenang pada musimmu Mencacah musim tentang tuju bermata cula. Memberiku gundah berundak undak meneteskan basah. Januari... bagai membaca lelehmu pada kekaca bola korneaku Mengajarkan rerindu kadang begitu asing yang dimesrai. Gamang dan bara yang terkipas menetaskan nyeri. Memerih senyap serupa hujan yang berkali kali jatuh tanpa pernah mengeluh Kelak, kala musim tak lagi merinai, kukalungkan tegar pamit pada rerindu yang setia menghuni jantung. Seperti iringan hujan yang pergi di sebalik awan Makassar,08Januari2015 Rev version Mendulang Syukur By: Lia Zaenab Zee ================== Sahabat kau adalah sulamanku yang tak ingin kuselesaikan. Menemani jejari menguntai hari Bersamamu adalah riang yang kueja menjadi kata kata, dalam huruf yang tak ingin kutuliskan lengkap. Itu caraku agar kita selalu bersama mencari huruf huruf ntuk melengkapinya Bersamamu, kita belajar memaham dan menegakkan akhlak dengan lentera cinta, yang sabdanya adalah bisyarah penyejuk jiwa, syafaatnya oase semesta Ingatlah, bila suatu saat sajak yang kugoreskan buruk rupa tentangmu menelak jantungmu pada tetirahnya. Itulah cara sebaik-baik mencintaimu demi kebaikan Jika onak-onak hadir mencecap tentangmu atau tentangku kuharap doamu atasku dan doaku atasmu yang akan menabahkannya. Bukankah, kasih sayang yang telah kita titip dipersahabatan ini akan menjadi bahagia untukmu dan untukku. Lalu, dukamu akan menjadi dukaku juga Jika kau pergi menoreh jarak, izinkanlah aku menulismu dalam jejak rindu menemani kesedihanku sebelum doa keselamatan mematahkan jarak menjegukmu Sahabat hari ini, kusiapakan kesyukuran sekaligus guguran airmata atas hari jadimu ... Bukankah hari jadimu akan selalu menghitungkan penanggalan yang telah terbunuh. Kesyukuran bahwa kau telah melewatinya dengan selamat. Guguran airmata, bahwa entah di perjalanan berikutnya masihkah kau atau aku bertemu? Wallahu alam.... Tapi untuk semuanya, memelihara kesyukuran dengan hati bungah adalah jalan terbaik mewarnai kesyukuran itu bukan? Makassar,11Januari2015 Surga Itu By: Lia Zaenab Zee ================== Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa penyatuan rahmah leleh di mahligai' yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas yang penyatuan : SEJOLI Kita menetap diayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku Makassar,15Januari2015 Beralamatkan Pada Mekar Teratai By: Lia Zaenab Zee ================== Tatapan teratai Berayun puisi pada rintik hujan, gelembung butir air di dedaun, ikut mengayun merayu benak. Memahat bayang belai gelora lelaki penyair dalam jarak lautan Puisi dan teratai mengirimkan pesan mekar detak pada dada, teraba samar dipendulum yang makin zigzag Kualamatkan gelisah di dedauan teratai, menyamarkannya di rekahan undak undak kelopak. Memahatkan pada tubuh puisi menyederhanakan rentang damba pada senyum Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk degup kalbu meletakkan di ruang angan. Membatukan rasa yang tak punya jawaban. Merapikan gelisah pada defenisi paling sederhana Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetas bayang-bayang. Berkaca tegar pada teratai sabar, sederhana mekar rekah tanpa di sapa musim Makassar,08Januari2015 ================== Aroma Sandalwood-Cedar By: Lia Zaenab Zee Rangkaian rongga duri di jantung. Tak sisakan ruang senyum tempat kumenanam putik baru. Campuran aroma sandalwood cedar akan selalu mematahkan langkah berpaling pada hari 365 terulang datang kembali dan kembali. Mengusik sajak sunyi dibab bab mimpi singgah di pelataran igau Lentik jejari musim selalu menggamitnya singgah, tersentak menekuk kepalan sesal pada bayang bayang hadirmu, menyapa dan kembali menggigit, jatuhkan aroma sandelwood cedarmu di urat memori Pernah kuletakkan harap di laci ingatan. Lalu, melambai merangkak keluar menggerayang pori bermandi leleh kenangan Menguap, merayap dan bergerombol bagai mimpi mimpi terulang yang kutulis membaitkan hangat peraduan mimpi. Lalu menyelusuri jejak menyimpan coretan cerita hingga kerontong tinta goresanku, penat Pun, beranjak ku-uapkan jejak aroma sandelwood-cedarmu, airmata, kenang dan rerindu yang mesti kurampungkan menebas duri duri jantung tanpa ucapan ; "Sampai jumpa.'' Makassar,10Januari2015 Tidakkah Dada Guncang? Oleh: Lia Zaenab Zee Fajar .... Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta ''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya'' Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA.... Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh? Makassar,09Januari2015 ================== Surga Itu By: Lia Zaenab Zee Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa pengikatan rahmah leleh di mahligai 'yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas penyatuan : SEJOLI Kita menetap di ayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku :) Makassar,15Januari2015 Kelas Puisi KBM Lelaki Sempurna By: Lia Zaenab Zee ================ ''Shallallahu alaihi wa sallam" Rakhmat bagi semesta Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi Sholawat ... Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ... Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan Tersurah Kalam Atas-mu "Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*        Makassar,16Januari2015 Note: 1*QS An Anbiya:25 ================ Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee Lelaki yang bahunya Savana. Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati ''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga'' Makassar,11 Januari 2015 ================== Idrus DumaEvent Senandika: Waktu di Usia Terizin By: Lia Zaenab Zee Menyelinapkan rekah gemintang pada labuan jiwa. Ke-akuan pemaknaan tuju Bahwa, tabik dada dalam kadar yang terukur, melarungkan asa pada permukaan tanpa menenggelamkannya Usia adalah nafas yang terizin. Ke-akuan yang matahari pada lenganlengan waktu, pertarungan amuk yang paling tikam. Membekap dalam sekarat nafas. Tak memberi jeda sampai lambaian akhir pada udaranya Jika langit nafas begitu rapuh, dan senyum masih tercecap manis. Kesyukuran adalah mahligai yang mesti dijunjung sebagai penghamba. Meski dengan merangkak mencari CintaNya atas CintaNya, tertabur Apa yang mesti diagungkan? Pada akhirnya, izinnya gugur pada ketiadaan. Serupa selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar apapun dulunya ''Kita adalah milikNYA dan hanya kepadaNYAlah kita akan kembali"1* Makassar, 07 Januari 2015 Note:1* = QS 2:156 ================== Seperti Ilalang pada Padangnya By: Lia Zaenab Zee Menemukan, kebahagiaan di antara serakan belukar onak. Mengayun pucuk ilalang penyemai rindu. Ukiran belai berkah rasa membuncah dada pada gemeretak degub melengkungkan senyum, mencoretkan prasasti abadi akan meng-indah sederhana meng-aliri pembuluh Jika rindu tiba, membawa lelehan sepoi sederhana, menerobos duri pada sela belukar hati, ntuk apa memetakan jalan panjang menuju padang rembulan, yang entah Desiran rindu memaham pada apa yang tak teraba, menuluskan penerimaan, mengokohkan pilar empati. Mendekatkan cinta pada cintaNYA. Cinta begitu sederhana. Menjelma sempurna pada pelukan ulur datangnya. Rindu me-naif kala menoktahi dengan ragam warna, memberi jeda melukiskan: ''Ketaksempurnaan pada kesempurnaanya'' Rebahlah, terima bilangan semesta raya yang mesti rintik. Biarkan apa adanya. karena itulah inti 'cinta'. Seperti ilalang pada padangnya Kumenemukan ...? Makassar,08 Januari 2015 ================== ***
Hai BAKMI Writers!   KOMCIBA.    Proyek ini akan terbagi dua kategori.   A. Kategori pengurus KOMCIBA di berbagai daerah  B. Kategori member KOMCIBA/umum.    Syarat dan ketentuannya :   A. Kategori pengurus KOMCIBA. 1. Naskah berupa puisi dan cerpen. maks masing - masing 3 naskah. Insya Allah akan dipilih 2 naskah untuk masing- masing cerpen dan puisi.  2. Naskah puisi maks 1 halaman atau 25 baris (sudah termasuk judul)  3. Naskah cerpen 5-8 halaman.  4. Tema : cerpen dan puisi islami dan yang non islami yang mengangkat kearifan lokal.   5. Format naskah : TNR 12, spasi 1.5, A4, margin 3333, MS Word 2003/2007.   6. Naskah asli bukan plagiat dan tidak mengandung unsur SARA serta pornografi.  7. Semua kontributor akan mendapat satu buku terbit.   8. Tidak di pungut biaya alias gratis.   9. Naskah di kirim dalam bentuk lampiran ke email komciba@ gmail.com 10. Subjek pengiriman : Untuk cerpen : PK-Cerpen-Nama- JudulUntuk puisi : PK-Puisi-Nama-Judul 11. Event di mulai dari tanggal 15 Desember 2014- 15 Januari 2015   B. Kategori member KOMCIBA/umum. 1. Naskah puisi atau cerpen atau bisa mengirim keduanya. 2. Naskah puisi maks 1 halaman atau 25 baris(sudah termasuk judul) 3. Naskah cerpen 5-8 halaman. 4. Boleh mengirim maks 2 naskah cerpen atau puisi atau keduanya. 5. Di tulis dengan format : TNR 12, spasi 1.5, A4, margin 3333, MS Wod 2003/2007. 6. Tema : puisi dan cerpen islami dan yang non islami yang mengangkat kearifan lokal. 7. Naskah karya asli dan bukan plagiat dan tidak mengandung unsur SARA serta pornografi. 8. Tidak di pungut biaya alias gratis.9. Event di buka mulai tanggal 15 Desember 2014- 15 Januari 2015. 10. Subjek pengiriman : Untuk cerpen : MK-Cerpen-Nama-JudulUntuk puisi : MK-Puisi-Nama-Judul. 11. Jika lewat dari waktu DL, maka di anggap gugur. 12. Akan di pilih 25 naskah cerpen dan 50 naskah puisi yang akan di terbitkan. 13. Naskah cerpen dan puisi di kirim dalam bentuk lampiran ke emailkomciba@gmail.com14.   Reward untuk kategori member/ umum a.Ke 1 terbaik berupa 1 buku terbit + pulsa 50 ribu. b. Ke 2 terbaik berupa 1 buku terbit+ pulsa 25 ribu. c. Ke 3 terbaik berupa 1 buku terbit + pulsa 20 ribu. d. Untuk naskah cerpen berbahasa terrilis(cerpen yang ditulis dengan bahasa sastra) akan mendapat 1 buku terbit + pulsa 50 ribu. e. Untuk naskah puisi dengan bahasa terindah akan mendapat 1 buku terbit + pulsa 50 ribu.     Jika ada yang kurang jelas silakan bertanya pada kolom komentar. Salam Pena.Salam BAKMI. cc : Kang Id 4 Januari Bening Fajar By: Lia Zaenab Zee Fajar .... Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta ''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isinya'' Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA Sesalilah diri ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA.... Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh? Makassar,09Januari2015
Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee Lelaki yang bahunya Savana. Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati ''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga'' Makassar,11 Januari 2015
Kelas Puisi KBM Lelaki Sempurna By: Lia Zaenab Zee ================ ''Shallallahu alaihi wa sallam" Rakhmat bagi semesta Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi Sholawat ... Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ... Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan Tersurah Kalam Atas-mu "Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*        Makassar,16Januari2015 Note: 1*QS An Anbiya:25 ================
Tidakkah Dada Guncang? Oleh: Lia Zaenab Zee Fajar .... Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta ''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya'' Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA.... Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh? Makassar,09Januari2015 ================== KOMCIBA RATNA
To:ASR_Fr: Lia Zaenab ''Tema: Isyarat Cinta di Lembah Metafora" 1. Metafora Rasa: Penyerahan Dalam Doa By: Lia Zaenab Zee Di peluk senja, ukiran bola legam warna mengetuk peraduan bianglala. Terciprat sedikit air yang dinamai rinai. Melukiskan sempurna waktu dan temu kita Cahaya matahari menua di batas hari menemani senyum bulan seorang Adam. Tak perlu diksi yang berenda melukiskan degup asing menyerbu dada Bola retina santun dalam senyum, refleks tertunduk sopan membungahkan penghargaan dan kemuliaan magis yang diulur tanpa perlu sentuhan telapak tangan Hawa milikku Lalu, kujadikan kau damba dengan meneggelamkan cukup dalam pinta doa doa tak jemu. Dan menjadi metafora: 'ingin'. Hanya leleh dalam tubuh puisi Karena kuyakin, doa adalah puisi yang paling ajaib yang mewakilkan pinta. Tak pernah membutuhkan ejaan, tanda baca, atau apapun namanya Sang Penerima? Dia sungguh Maha Penyair. Maha Penilai dan Maha Mengetahui apa saja yang terdetak dalam hati meski hanya sedetak zarrah Tentang dirimu dan debar asing ini. Cukup kupelihara dan kulafalkan dalam perjamuan perjamuan temu dengan-Nya: Di bentang sajadah, di keheningan sujud Kuyakin dalam pasrah purna, Keagungan-Nya akan mengatur apapun yang pantas disatukan dalam Keridhaan-Nya Dan kubutuhkan hanyalah meng-iba doa pada keberkahan dan izinNya: ''Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya. Memberkati berdua, meningkatkan kualitas keturunanya. Sebagai pembuka pintu rakhmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi ummat.'' Makassar,05Januari2014 Note: Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Imam Ali ================== 2. Hujan: Saksi Sumpah Suci Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau. Mengirimkan jala uap jelma air. Mencadai matahari, tersalut tirai awan. Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan. Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi. Melukis waktu pada gigil. Mempenakan barisan kenang. Bahagia dan duka Bahagia membenak. Romantis ber-angan kehangatan perapian. Kala, hati buncah syukur dalam lisan melirih. Lambaian sayup dendang harapan tentang rumah ijab qabul. Canda cinta tersaksi malaikat dalam payung RidhaNya. Khitbah telah akad. Tunai satu langkah menuju rengkuh lakilaki halal dunia akhirat. Kujaga tapak pertama lafal janji menuju perjuangan indah tunai Sunnah Nabi Musim basah lumbung cinta dan butir rindu diteteskan takdir atasku. Semoga jalinan sutra asmara mewujud sebagai cinta terberkahi. Ijab akan mendekapkan cinta kita dalam penyatuan sukma atas izinnya Ijab qabul puisi terindah --memberi terima-kan. Merampungkan separuh agama dalam lebur buku nikah. Saat ijab terucap, rahmatnya rinai menyertainya. Menjadikan kita sejoli belahan jiwa, separuh tak bermakna seutuh menjadi kita Mengikrarkan apa yang selalu kita namai cinta, mentasbihkan halal ciuman di kening dari laki laki yang : 'Arsy' meng- Amininya ''Kupinang kau di pelataranNya. Ijab Qabul dan Syahadat sebagai benang pengikat yang terulur dari Arsy. Meng-ingkrahkan halal pada Cinta.'' Kelak, andai bentang jalan kita cedera dan berbatu, merintikkan derai airmata. Kuharap doa menabahkan dan ijab sebagai tameng Awal segala cinta dan akhir segala rindu bersamamu. Awal segala cerita dan akhir dari buku hidup. Saling memapah menuju SurgaNYA Makassar,05Januari2015 =================== 3. Luka Kepulangan yang Kurampungkan Pada Doa Oleh: Lia Zaenab Zee Kadang kenangan menikam dirinya dalam ingatan. Setia menenggelamkan basah pada pedih hanya sebagai penggugur rasa sakit. Dan mencintaimu kujatuhkan dalam tangis agar tak menyisakan lolong perih Tabah dalam luka, mengurungnya dalam rapat kelapangan, meski angin tlah mendesaukan ikhwal pulangmu Menyeduh pinta di secawan doa, mereguk sepi di sayapsayap malam. Membuang naif ingatan akanmu dalam lafal Dzikir, tengadah doa Bukankah tlah kupaham? Ribuan jarak tak terukur melemparkan pada bola api sesak. Tiada peri. Namun nalar kesadaran menghadiahkan penghujung garis sekarat. Mungkin semua arsiran rindu adalah luka sayat yang mesti tabah diterima isak. Pasrah penyerahan Kelak, ketika kenang teramat enggan beranjak, hanya pada-Mu aku merampungkan keluh. Meski tak selalu mampu sebagai penadah airmata : Keikhlasan purna "Kita adalah milikNYA dan hanya kepadaNYAlah kita akan kembali." Lalu kutemui pagi, yang selalu pandai meredam sepi kehilanganmu. Ditingkap desis didih air yang bersolek menyambut akad serbuk kopi dan leleh gula, serupa janji kafan pada sosok Cinta yang telah kembali pada pemilikNYA yang lebih merinduinya Lalu sebuah senja melakolis yang nekat, memutar senyummu pada kepulangan camar semusim lalu. Nyeri kujeda pada lapisan selai roti yang terkunyah pahit. pada lantunan ampunan. Pengakuan ke'takberdayaan Dan pada akhirnya, sunyi kulipat di ruh ayat ayat suci-Mu. Cabikan rindu hanyalah nyala diksi yang kumohonkan telah tuntas tenggelam pada kolam tangis Ke-ikhlasan Menangisi Cinta beserta rindu mesti kuhentikan bersama luruh bianglala. Menyemai bahagia kusuburkan pada ruang lain. Dan ingatan akanmu kukuburkan beku hanya sebagai masa lalu, pengingat : --Kefanaan. Pun, jika rindu dan kenangan menghadirkan sisa ngilu di belahan dada merenggut jantung. Aku kan tegar merapikan nyeri pada lengkung senyum rapal doa doa Karena pentas kesedihan hanyalah elegi rahasia yang cukup disimpan di kelopak kornea mata. Memaparkan pembacaan akan Kekuasaan-Nya, kesementaraan begitu rapuh, kita Dan kurampungkan episode pergimu di rukuksujud panjang, rentetan rintih kepasrahan penyambung Cinta pada CintaNYA Makassar,06 Januari 2015 =================== Note: ''....'' = Al baqarah:156 Ø¥ِÙ†َّا Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ ÙˆَØ¥ِÙ†َّا Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ رَاجِعُونَ Innalillaahi wa inna ilayhi raji'un ''Surely we belong to God and to Him shall we return'' =================== 4. Pada Lelaki yang Menamaiku Cinta By: Lia Zaenab Zee Lelaki yang namaku disebut Cinta. Rindu kubuhul erat di hati paling palung. Membahasakan dengan abdi asih, meng-amini Al Fatihah di Iqra lima waktu. Selangkah ada di belakang dalam setiap : Takbir, Tahmid dan Tasbihnya Lelaki yang dengan Asma Allah di sebut, halal bagi segala 'kita'. Lelaki yang di pundaknya kutumpangkan harap indah menuju Surga-Nya. Lelaki yang di lengannya Ibu melepasku dengan derai airmata bahagia. Lelaki yang Ayah mengamanatkan tuk menuntunku menuju jalan Sunnah Nabi pada RidhaNya Mempersembahkan aku istana tuk menjadi Ratu bagi kerajaannya. Menjadikan auratku, pahala yang lebur dalam segala. Degub jantungnya bahasa suci yang kupelajari tika bersandar di dadanya Adalah jemarinya menyurat cinta di jejariku. Sebab rindu ialah ikrar mempelaimu yang kau tumpahi tuba paling suci yang Ridha. Kuingin, kala kau membaca mataku, seperti membaca kitab suci yang di dalamnya berenang kejujujuran, keikhlasan dan ketulusan, hingga membuatmu ingin tenggelam dan bermukim selamanya untuknya Dengan itu, menjadi sirahku menuju surga menemui Fatimah Az Zahra dalam golongan Wanita Sholeh buluh perindu Imamnya Jalan satu satunya agar rindu ini tetap suci, adalah membasuhnya dengan doa doa pengasihan. Menjadikan indah jadi bunyi yang tercipta dari lidah lidah kepasrahan. Melukiskan kesyukuran melalui raka'at raka'at khusyuk di hening sujud Bukankah segala tentang cinta ini, ialah kitab suci rindu yang mesti dibaca dan dipelajari. Agar cinta menjadi semangat kasih sayang yang bercahaya dalam kegelapan dan mensyukuri bahagia yang detak di nadi tanpa perlu diucapkan Lelakiku, kuberi ranum senyum terima kasih ntuk tlah menamaiku ; Cinta Di mana dalam istana yang namaku adalah Cinta dengan mahkota ratu. Setiap pagi tersedia secawan rindu tersaji dua hati menjadi satu terbelit kokoh dalam takdir ijabNya, mengikatnya menjadi : Satu '' Lelakiku Matamu puisi, dadamu mesjid suci dan aku tulang rusuk yang IradahNYA mempertemukannya'' "Saling memiliki tanpa henti sampai nadi kehilangan detak. Dan Demi Dzat yang Suci atas Kehendaknya kita akan disatukan di Surga-Nya kelak. Aamiin.'' Makassar, 13 Januari 15 =================== Makassar, 06 Januari 15 =================== 5. Metafora Cinta By: Lia Zaenab Zee Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta, di hidup yang begitu tipis Lalu, Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta hadir di kefitraan HATI. Jika teramat sulit menemukannya, karena kita membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau dan tak teraba Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan ditemukan gemanya, pada segala penjuru semesta. Bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan seluas luasnya pada taburan CintaNYA Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta, tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakar dan belenggu : nafsu Cinta adalah air kehidupan: '' Dan dari air kami jadikan segala sesuatu itu hidup''1* Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karena Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya. Maka bakarlah dada ditiap tiap detik nafas dengan : Cinta. Dia tak pernah menyesatkan, jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta' ''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2* Makassar,07Januari2015 Note: -Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi -1* = QS 21:30 -2* = Ar Rumi _______________________

Senin, 12 Januari 2015

Refuse Ellunar no attach Renyah Kenangan Oleh: Lia Zaenab Zee Mula cinta menatap di sepasang mata lugu culun pada pendulung silam lalu Bersama puisi sederhana penyampai rasa yang gentayangan mendada Kepala tertunduk malu meredam lonjak degup menjalar jantung, ..., amboi inikah cinta? Menghantar sekotak buhul rindu berenda cinta sepasang sejoli: putih abuabu Hari kita, binar kepak lugu buncah cemerlang, selalu saling menunggu dalam debar, di gerbang sekolah ''Andai kau daun aku adalah tangkainya.'' Coretan alay penghantar tidur malammalam Cinta monyet di genggaman Indah sederhana, penambah rasa manis cecap di teh' : pagipagi Cinta yang melembutkan gemuruh guruh di musim basah, mengusap peluh di musim gerah Cinta yang dilakon tanpa perlu arahan sang sutradara Tentang punggung puisi yang penuh beban saat ini Teringat padamu, lelaki belia bersyair ringan Pemantik api rindu gelora, sepanjang usia cinta pertama : KAU--AKU Kelak, saat kita senja, puisiku yang berat kan kucampakkan, mencari kisah cecap rasa gurih, pada rasa riang merah jambu hati : AKU--KAMU Cinta yang polos, mengindah apa adanya, dalam senyum pengenangan : KITA Makassar,30Desember2014 NB: 17 Baris =================
ARIA MANDIRI EVENT Judul: Lekat Benak Musim Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau Mengirimkan jala uap jelma air Mencadai matahari, tersalut tirai awan Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi Melukis waktu pada gigil Mempenakan barisan kenang Bahagia dan duka Bahagia membenak Romantis ber-angan kehangatan perapian Berai, nyeri teraba dada kala amarah airmu tumpah meleleh nelangsa bencana Bulirmu gemerlap lugu terpapar balon lampu, rupai mata peri dalam sumringah pecinta Menyeduh senyum madu tentang indah setelah luka Juga tentang kolammu yang membungkam keriangan harum rempah dapur Mengepak derita ditempat tempat pengungsian Hujan sejuta kisah Airmata ilham di mata puisi Airmata kelopak di mata musim yang menjingga kelabu Dan gendang talumu masih hadir di atapatap Munajat meningkah di pinta yang tak mengenal musim: ''Dekap hamba selalu lekat dalam cinta'' Makassar,25Desember2014 ==================
CERMIN FAJAR 1. Menuju Almanak yang Tanggal Satu Persatu Menuju pintu lubang waktu Tercekat linglung tarikh Ada bagian siklus menggelisah Adakah kecemerlangan nilai, yang maktub di arsy Bilangan rahasia yang rahasia Pada gelisah yang haru Pada kehangatan meruah syukur Pada kepak gundah salah tuju Pada ke-akuan yang karat Pada pencarian bahagia yang tak mampu didefenisi dan terbatasi Menggunung cemas bekal perjalanan abadi Makassar,25 Desember 2014 =============== 2. Judul: Lekat Benak Musim Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau Mengirimkan jala uap jelma air Mencadai matahari, tersalut tirai awan Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi Melukis waktu pada gigil Mempenakan barisan kenang Bahagia dan duka Bahagia membenak Romantis ber-angan kehangatan perapian Berai, nyeri teraba dada kala amarah airmu tumpah meleleh nelangsa bencana Bulirmu gemerlap lugu terpapar balon lampu, rupai mata peri dalam sumringah pecinta Menyeduh senyum madu tentang indah setelah luka Juga tentang kolammu yang membungkam keriangan harum rempah dapur Mengepak derita ditempat tempat pengungsian Hujan sejuta kisah Airmata ilham di mata puisi Airmata kelopak di mata musim yang menjingga kelabu Dan gendang talumu masih hadir di atapatap Munajat meningkah di pinta yang tak mengenal musim: ''Dekap hamba selalu lekat dalam cinta'' Makassar,25Desember2014 ===================
BUDAYA FAJAR 26Des14 1. Lingkar Raihan Damai Oleh: Lia Zaenab Zee Semburat cahaya percik surga Kilat pemecah malam Tarikh menunggu resah tanggal pada antrian Malam merayap senyap selepas cahaya Sayap kelam bentang Kuhirup hawa dalam isak basah yang syukur Kelopak hati disudut kenang, beruah kisah putih dan hitam Ikhlas tertitip dipintupintu ikhtiar, kunci ribuan isi pendora hati Terkemas kenangan Memilah telisik Mengharap membengkelkan warna buram, mengecatnya menjadi terang Pada berai tautan rasa Selalu ada tempat menuang Pada tubuhtubuh puisi Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih... Selagi semprotan nyawa masih terpegang Ini adalah kesadaran ntuk instropeksi Ternamai basuhan : Kebahagiaan Di ulur tangan kelembutan asih Membagi dikuyu mata kaum papa, yang serak dijelaga hidup Mengerek degup cahaya pada lingkar raihan damai Makassar,25 Desember 2014 =============== 2. Tameng Bencana Oleh: Lia Zaenab Zee Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka Air terus berpesta pora dalam dendang awan Tabuhan gendang guruh, kilau cahaya kilat Cemas menggantung di pintu ruang Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa Menerbangkannya bersama waktu Gelisah pada basah yang meninggi Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali Haruskah kembang api berton cahaya meledak di udara angka ''15'' Terjeguk gemeretak gigil dari atapatap rumah yang separoh tenggelam? Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang Mengalir, menganakkan luka, perih nelangsa: Bencana Ampunilah kami Cukup duka yang kau wakilkan Meski khilaf-khilaf kami mengolam dan jelma samudera Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang Mengerahkan payung awanNya Jadi tameng segala ''bencana'' Makassar,25 Desember 2014 =============== 3. Tidak Ada Kepergian yang Tak Mampu Ditanggung By: Lia Zaenab Zee Pada setiap kepergian Dia tidak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu ditanggung Karena selalu ada keajaiban di balik setiap kejadian Ataukah jitakan pada kerelaan kita yang begitu betah berpeluk jenggala syahwat nafsu Padahal Tuhan selalu setia menunggu kita datang Ketika hujan airmata duka menderas Gegas kemas mencari Tuhan yang berdebu di sudut hati, Merengek menyulap doa, gegas mencari muka Memohon surga secepat-cepatnya Jika lukamu tak bisa melebihi kuasamu Biarkanlah lukamu kau serahkan bulat padaNya Lihatlah Betapa bodoh, naif Betah terkecup bebara nafsu Lupa ... ''MenggandalkanNya'' Makassar,25 Desember 2014 ===============
#Project_puisi _3 DINs Lelaki Pengapit Asa By: Lia Zaenab Zee kepak camar menyisakan serabut bulu pada akar angan. tetiba meruak cerita menggelitik hari bernas pada ketukan pintu mimpi mimpi malam lelaki, apa yang menuntunmu mampir membawa pesan camar ber-andai, di pilar goyah yang tak kau pahami? kemudian, menegakkan hari menyapih lahan batu jantung, membujuk kecup serenai hati. kubumbung pintuku mengasap seribu doa-asa pada ucapmu suatu pagi: ''Tunggu aku, di kotamu'' nada tak tertawar menghalau benak tertimbun debu musim kemarin lalu. menggenapkan senyum pada musim jelujur bentang ruah deras basah awan telah tuntas mengisap debu kemarau bersalin gigil yang makin kuyup kini. tapi perjalanan ke kotaku sayup-senyap makin tak bernama Makassar,11Januari2015 =================== #Project _Puisi_2 Juara DINS Renyah Kenangan Karya: Lia Zaenab Zee =================== Mula cinta menanar di dalam bola mata lugu culun pada pendulung silam lalu. Berselaput puisi sederhana penyampai debar resah yang gentayang dada Menyimpan buncah jengah meredam lonjak degup menjalar sudah ke jantung, ..., amboi inikah cinta? Sekotak buhul, semenda asa rindu merenda cinta sepasang sejoli: putih abuabu Binar kepak lugu menjalar buncah cemerlang, selalu saling menanti berteman debar, di gerbang sekolah ''Andai kau daun, aku adalah tangkainya.'' Ucap bibir alay menghantar tidur malam dan mimpi Cinta monyet merebak genggam. Mengindah belia, penambah rasa manis cecap di teh': pagipagi Cinta yang melembutkan gemuruh guruh di musim basah, mengusap adem, peluh keluh di musim gerah Cinta yang lakon tanpa perlu arahan sang sutradara Tentang punggung puisi yang penuh beban saat ini Benak menujumu, lelaki muda bersyair ringan Pemantik api rindu gelora, sepanjang usia cinta pertama : KAU--AKU Kelak, di perak rambut senja, bab puisi yang berat kan kucampak, mencari kisah cecap rasa gurih, pada cerita rasa renyah genggam merah jambu hati : AKU--KAMU Cinta polos, mengindah laksana titik embun perawan di daun daun cemara pada batang syair yang sedang merangkul kenangan : KITA Makassar, 08 Januari 2015 ===== Absurditas Gemuruh Langit Kepergian Masa By: Lia Zaenab Zee Pang ..., pong..., bumm ... Gemuruh dentang kisah malam. Manusia menangisi kepergian waktu dalam isak mercon api di udara. Mempertarungkan awan pada cahaya api, syahwat manusia atas nama keriangan Absurd ambigue kematian masa disyukuri dan dipuja. Kebingungan yang terprasasti abadi. Merelakan duit terbakar bersama percikan kekaguman siasia pesta kegelapan teori rekayasa nalar bernama kemoderenan Bung ..., bung ..., bumm ... Matilah satuan waktu. Rayakan ketuaan bumi dalam soraksorai Bekukan empati tentang duka di kepala, di lengan, di bahu, bahkan sampai di ujung rambut, laruh dalam bola percik-percik api melangit pekik Tuhan maskul, pangeran kegelapan merekahkan senyum sumringah merampas utuh otak pikir manusia Doa terapal senyap di pinggir langit nyala api mercon dengan hanya segilintir manusia yang menangisi kematian bilangan musim Makassar, 01Januari2015 =================== Mawar Merah dan Belati By: Lia Zaenab Zee Lelaki kesedihan, mengalir darah di jemari mawar yang berduri. Mawar yang bisu cinta yang gugur Di Bahu senja, tubuhnya merebah. Mawar merah dan belati di sisi. Lelah rindu menampung ceceran nyeri pada dada yang hampa Masih disisakan doa.... Jika mawar indah pada kumbang yang lain. Melepasnya dalam tegar yang merah, semerah kelopak yang melukiskan sakit paling sakit Diakhir semua rindu, malam menutup pada mawar berkelopak belati. Persembahan bagi sayat jantung memerah perih Kelak, hati memaklumkan jantung membaca indah mawar runcing duri yang merobek Makassar, 08Janusari2015 =================== #Project_Puisi_2 Juara DINs Merentang Pelukan Oleh: Lia Zaenab Zee Ruangku berudara gelisah, almanak menggugurkan ingatan yang tak tanggal Aku busungkan dada melawan waktu, memohon sepenuh mampu, jika ingatan akanmu memerahkan cemas sepanjang malammalamku. Aku tegak merentangkan peluk penerimaan Meski hariku sesak memekik laut harap yang tak jua bertemu muara. Dan dekapku ceceran hangat mengecup beku Akan kubiarkan rasa ini betah mengendapendap di dada, meski kutahu akan terjungkal pada tepisan pelukan Akan kueja namamu, sampai mengarat lekat di palung hati. Meski mungkin meracuni jantung Kelak, karat rasa ini akan kuprasastikan pada obituari rasa. Mati pengharapan. Rindu yang serak di belahan waktu terhimpit memecahnya dalam cerita gundah tentang rasa yang tak dicecap Tiba pagiku, tetap mentasbihkan rindu beraroma punggung lelaki penyair. Bertarung aksara melawannya, membuang sepi di batang puisi Sepi kutaburkan di peraduan panjang memeluk hening. Menjadikan aksara nyeri, penghias telaga air kelopak. Kurentang peluk penerimaan Menghimpun ribuan mimpi damba akan perlahan jelma jadi anakanak puisi. Kokoh dalam tabah ''Dia pernah hadir, hanya sebagai kisah.'' Makassar,08Januari2015 =================== Pesan Sunyi By:Lia Zaenab Zee Pesan sunyi, terkulai senyap jenak tegar. Menggerayang lembar almanak rasa yang berayun, rupai jembatan cerita yang memabuk bimbang Kupenuhi wadahku kuntum kuntum putik, mengharapkan tak kutemui ada sentuhmu di bungaku. Kuingatkan tak kan kutemui aroma baumu di kelopaknya Kesadaranku tak kenal teguh. Tika kebun bungaku tercucup kumbang rupaimu. Menetaskan liur menyambung memori pengakuan: ''Rindu tak mampu terusir'' meski duriduri batang tlah terpasang sebagai penjaga Pembaringan semakin sunyi. Saat mengulur benang kesan yang kubuang, terduga, telah pupus Menguntai tegar batukan hati Makassar,26 Desember 2014 =================== Menyapih Damai By: Lia Zaenab Zee Dalam hitungan hari Dentum penanggalan usang mati Menetas kubangan hari baru Membuncah berlariklarik doa Menawar harap Menghitung laku Membaharui kecintaan ranah berbangsa Menengok toleransi sapihan damai Mengokohkan sendi diri pada tegak yang santun Memurnikan keyakinan, dengan tidak buruk sangka Makassar,26 Desember 2014 =================== Judul: Lekat Benak Musim Oleh: Lia Zaenab Zee Tingkap musim tetiba di batas kemarau Mengirimkan jala uap jelma air Mencadai matahari, tersalut tirai awan Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit Kau dinamai hujan Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi Melukis waktu pada gigil Mempenakan barisan kenang Bahagia dan duka Bahagia membenak Romantis berangan kehangatan perapian Berai, nyeri teraba dada kala amarah airmu tumpah meleleh nelangsa bencana Bulirmu gemerlap lugu terpapar balon lampu, rupai mata peri dalam sumringah pecinta Menyeduh senyum madu tentang indah setelah luka Juga tentang kolammu yang membungkam keriangan harum rempah dapur Mengepak derita ditempat tempat pengungsian Hujan sejuta kisah Airmata ilham di mata puisi Airmata kelopak di mata musim yang memurka Dan gendang talumu masih hadir di atapatap Munajat meningkah di pinta yang tak mengenal musim: ''Dekaplah hamba lekat dalam cinta'' Makassar,25Desember2014 =================== #Project Puisi_3 Dins Melodi Puisi, Teratai dan Lelaki Penyair By: Lia Zaenab Zee Tatapan teratai Berayun senar puisi pada rintik hujan di daunmu Memahat bayang gelora lelaki penyair dalam jarak lautan Mengisi dada dalam jarak selaput Puisi yang melodi Mengirimkan pesan mekar detik pada jantung, terangkum samar di pendulum ritmik yang makin zigzag Disematkan di celah gerombol teratai, menyembunyikan direkah undak undak kelopak. Ditemukan puisi, dironce di lengan buhul rerindu damba Menderas gelisah, rerangkai diksi diksi syair meliuk bara membakar Haruskah teratai luruh dalam linu? Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Trus mengetukngetuk detak kalbu meninggalkan sunyi di ruang angan Hanya, menetaskan ilham di tubuh puisi. Memelodikan tembang lara lengan tak raih, erami mimpi menetas bayang-bayang Makassar,25Desember2014 =================== Aroma Hujan By: Lia Zaenab Zee Berdiri di bahu Desember Menapis angka yang tanggal tergeletak muram Dua Desember tlah pergi Merayap sengat janji yang ber-akhir, masih ''Nantikan aku sebelum akhir tahun'' Dan lebur janji berai tak mampu terjulang, tak kan pernah Remahkan senyap isak Hanya mampu mengaduk kenang Menghangatkannya pada kepulan asap di secangkir coklat Mematut namamu, lukis Atau, ada saat kubiarkan air kaca kornea menari bersama rintik hujan Membohongi kristal airmata menyamarkannya luruh bersama kristal hujan Pernah kusalahkan temu, Datang membungkus rindu yang rimbun 'Tika saatnya terenggut Sisakan akar rindu, membelukar liar pekat Banyak saatnya detik arif, membalut ceceran luka inci demi inci, menyeka ingatan Tapi ada saatnya senyummu nakal, susup mengendap endap di celahnya Merintik kenang, cabikan keluh nyeri memeluk Ada saatnya imajinasiku me-liar, blunder dimesin waktu Tahutahu terbangun; ''Desember dan Aroma hujan terlewat'' Makassar,24Desember2014 To Bang Tommy Ananta =================== 1. Rapal Doa dalam Derai Hujan Oleh: Lia Zaenab Zee ================ Hujan, datangmu terbawa bersama peri penghambur dingin menggoda raga dan tulang Riuh kicau angin pada musim Wartakan riang di rekah tanah Merayu debu kembali pulang Kecambah bibit sumringah Alam berbasuh, berhias dansa beriring gemulai awan Gemuruh gendang guruh Tertingkah lekuk kilat cahaya Menawarkan pelaminan pelangi selendang warnawarni, siluet lengkung keindahan Belum genap pelukan gigil pada reranting daundaun 'Tika di belahan belahan tempat yang surgawi ''Memekik retas luka dijasadjasad beku membasah dalam amuk bencana.'' Banjarnegara, Sangihe, QZ 8501... Lalu, undukan gunung yang memanas murka Dinding paku air deras Menawarkan palu godam goncang Merontokkan tanah, Terhempas lara burung besi Membuncahkan pedih kepergian Meratap rohroh terlepas Kolam kornea, Tempat menetap titipan telaga airmata, curah ... menyaingi deras luruhmu Istigfar pekik lelangit Mencari belas kasih Panglima segala Panglima Menyibak awan Arsy Kasihanilah. Ampunilah Cukupkan bentak tegurMu Kami teramat : lemah Genggamlah Bunuh ke-akuan ''Bahwa kami kuat'' Kapar Sejuk airmu RakhmatMu Engkau menguji kami dalam bara leluka nestapa Dan kristal basah bening masih bentang luruh Bersama senandung hujan syahdu Musim masih penuh berkah Tembang doa alam semesta Pintalan harap Tenunan resolusi Bercermin rima ritme isyaratNya Pada khilaf yang kelam Merobek jelaga fitrah Penciptaan-Nya, ini teguran? Muak pada dada busung kita yang naif lagi lalai Lihatlah Hanya dengan untai hujan bening yang hening Angkuh kita, lunglai rintih Begitu rapuhnya? Pesan Keagungan terang di hadapan Jungkal jumawa Beri kita kantongkantong air yang isak rintih deret tidih menidih, ... Kening sujud; ''Tobatan Nasuha'' Di derai hujan, waktu mustajab melantun doadoa Menekur pada Sunnatullah Bahwa tiap tetes hujan, berkah tasbih bersamanya ''Bukankah Hujan adalah Rakhmat? gegaslah menyadarinya." Makassar,04Januari15 ================ Pasrah Terhantam Tanah By: Lia Zaenab Zee Menyelinapkan rekah gemintang pada labuan jiwa Ke-akuan pemaknaan tuju Bahwa, tabik dada dalam kadar yang terukur, melarungkan asa pada permukaan tanpa menenggelamkannya Ke-akuan yang matahari pada lengan-lengan waktu Bahwa masa adalah pertarungan amuk yang paling tikam Membekap dalam sekarat nafas Tak memberi jeda sampai lambaian akhir pada udaranya Apa yang mesti diagungkan? Pada akhirnya, kita gugur Serupa selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar apapun dulunya Makassar,23Desember2014 =================== Edelweis Merah Jambu (Dalam Kenang) By: Lia Z Zee Mungkin cinta yang menyinggah hati, hanya uji ntuk dirinya sendiri Seberapa karat yang ditinggalkan Seberapa kata yang tertuang menuliskan sejarahnya Seberapa jauh imajinasi kita mengaitkannya dengan edelweis merah jambu terpetik, yang abadi adanya Ataukah seberapa kita memaknainya sebagai bagian tumpukan anugrah kenang, mengenangnya dengan senyum ataukah dengan temaran muram debar Dicopot dalam barisan daftar kenangan yang lain Dan semua hanya bernama --Kenangan Makassar,22Desember2014 =================== #Menang di KBM ASR Percikan Surga By: Lia Zaenab Zee Serabut urat menyambung darah, di kelahiran aku Selaput urat kasih sayang terkokoh dari percikan Surga Pahatan jemari kelembutan mengalirkan sejuk asih ternyaman yang diberkahkan pada bumi Dilengkungkan disenyum tertulus yang anak manusia pernah kenal Bahumu bentangan langit ayunan berpelangi ronarona indah, tempat mengasoh sepanjang hayat Bola matamu samudera doa Jelmakan kolam airmata bidadari, meracik pinta pintu kebaikan pada semai bibit rahim Hatimu, tempat hulu dan muara segala cinta Sambungan partikel ridha terulur di sapuan telapak kakimu Ibu Pengasih Penyanyang Tuhan Semat di dada air susumu Kumpulan ruh nafas sedekat usap aliran Surga yang tertuang dalam KitabNya Ibumu... Ibumu... Ibumu ''ANDAI, diizinkan manusia saling menyembah, maka sembahlah IBU.'' Ibumu... Ibumu... Ibumu Makassar,21Desember2014 =================== #puisi_cinta_sang_pelaut Judul: Lelaki Penabuh Angin Oleh: Lia Zaenab Zee pernah kusisakan ladang tandus tak benih pada lelaki penabuh angin bernafas layar berimba laut tak semai tak terkecup musim sisa asin laut menghunjam tanah sisakan hara sepeninggal labuhan angin humuskan tanahku, penyubur siluet ombak elang tatapmu mengenalkan mimpi asing yang terbangun senyap berkelana merimbun bayang pada lengan lelaki samudera teraroma buih lautan mengirim sinyal rasamu mengerek arah angin tepat tertuju ke kutup jantung memaksa sekarat dirindu tiada peri Makassar,20Desember2014 ===================
Metafora Cinta By: Lia Zaenab Zee Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta di hidup yang begitu tipis Lalu, Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta itu hadir di hati. Jika teramat sulit menemukannya, itu karena kita yang membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan kau temukan gemanya pada segala penjuru semesta. Dan bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan pada taburan CintaNYA Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakarlah dan belenggulah nafsu Cinta adalah air kehidupan: '' Dan dari air kami jadikan segala sesuatu itu hidup''1* Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karean Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya Maka bakarlah dada ditiaptiap detik nafas dengan: Cinta Dia tak pernah menyesatkan jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta' ''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2* Makassar,07Januari2015 Note: -Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi -1* = QS 21:30 -2* = Ar Rumi ________________________ #PuisiLiris Faa... Bahu Desember mengkerut dingin. Ribuan jarum air menikam jantungnya. Mengalirkan pesan gundah wartamu yang makin keruh Mimpi berkelana sekilas bayang, memungut rindu merintik pelan, meng-asin, perih Menguap, mengawan di kolam kornea, menganak sesal kerak pertemuaan Mencemoh janji sebatas leher. Mencekik jarak yang mematahkan waktu. Menghentikan dendang kalbu berlaras damba Makassar,20Desember2014 ________________________ Menang di DIN's Kupercayakan Rahasia Besarku By: Lia Zaenab Zee Pekat malam tua gigil yang senyap. Terengkuh lena dalam hangat pelukan. Kecambah mimpi merayap. Mengecup rekah senyum dalam ayun lembut kelonan Kau. Kecintaan terrindu. Selalu mengetuk liar batin ntuk pulang ke tubuhmu Aromamu membaui hidung begitu lekat memanja. Partikel ternyaman raga, Padu batin, pada tiaptiap arah inginku menanti kapanpun aku berlabuh Benak selalu sibuk meng-anganmu bila sekejab jauh darimu. Penghimpun setia cerita dalam kibar dan layu perjalanan Bukankah rahasia besarku ada padamu.? Kesejatianku terang di hadapamu. Rekam jejak melukis dinding mata jendelamu. Amuk laku tertayang tammat ditatapmu. Bungah hati tertulis dilantailantai ayunmu. Senyum kugesekkan riang di kisikisi angin yang berdansa goda bersamamu. Menemaniku menari di putik mekar mawar merah jambu hati Benarkah rahasia besarku telah larut disenyawamu.? Menyatu batin, saling merindu. Berpeluk hangat di pagi, siang, malam. Memasuki tubuhku rapat setia rahasia tak terbagi. Hanya padamu: ''Kamar Tidur'' Makassar, 08 Januari 2015 ________________________ Pualam Kasih Bunda (Des 16 ke 22) By: Lia Zaenab Zee Rerambah percik air, atap seng limpahan hujan suatu pagi. Aroma dapur bersekutu dingin mengelus rasa merengek lapar. Berada, di lingkaran ruang bau racik rempah memanja memelukku sepagi ini Rumah cinta, Bunda, serenade kasih dan hati menghangat Amboi... Almanak menggilas ingatan angka 22. Bun, kupastikan angka 22 tak mengenal empuk putih 'kasih' pada urat hatimu... ''Bun, Kasihmu tak perlu bilangan. Apalagi angka.'' Bermekaran, sepanjang musim. Periperi cinta mengitari tiada henti. Bersekutu malaikat kebaikan meramu mantra pujian: '' Ntuk Perempuan Berahim Asih'' Pualam kasihmu, kudekap bersama usia. Tumbuh bersama hembusan nafas, jadi detak Jantung. Kuhirup bersama kerak cinta pekat sepenuh dada, meleleh, mengaliri anakkan sungai mata .... Memilikimu, keajaiban Sajadah bentang bersama rintih rapal doa ntuk perempuan yang serat rahimnya sebagian aku Pencarian surgaku berujung di kakimu... Makassar,16 Desember 14' ________________________ Lantun Alif Ba Taa By: Lia Zaenab Zee Ada lembar usang aroma kasih yang karat Hangat meningkah benak Bahu kokoh, pijakan mula rebah memanja Lantun Alif, Baa, Taa ... Tentang usap kepala, kala membola mata mulai cerewet berkeluh Tangan penghapus anakan air kornea, dicemas bocah Ayah, aroma tua tercium Ilusi..., rerindu melayang menggerayang Kalam Ilahi menggetar ruang Suara radio senja ini ... Bertalu gemetar buhul rindu mencari namamu di jendela awan Alif Ba Ta... Suara bocahku, menyelinap rincing di suara Qori'ah Alif Ba Ta... ''Ayah, itu lafalku, berpuluh silam, lari.'' Mula denting eja di hadapmu Benak kilas ruahruah ranting waktu, bersama, silam Mengunyah kenang, derai tawa, pekik riang lelucon hari Ini aku : peri kecilmu Rapal doa, berpeluk cinta, memangut cerita kurenda rindu tertitip dikemurnian rasaku ''Tak pernah kujumpa diksi penutup'' Jika itu paragraf tentang kau, Ayah Lalu, kisah tak pernah ada akhir seperti rindu yang tumbuh di dada yang tak kenal mati Kuseka air bening cinta di bola mata Lantun Alif, baa, taa..,. harap penawar jarak Makassar, 27 Desember 2014
LOMBA CIPTA PUISI FAM_Lia Zaenab Zee_ Bangga Belukar Semat Kalbu ____ Bangga Belukar Semat Kalbu By: Lia Zaenab Zee Carut marut tatanan Budaya negatif mengakar masif Kepentingan sesaat, tersesat Tetua bangsa saling cakar, Picik tabiat terpamer terang Marwahmu terkhianat Rahim bumi cacah koyak Keserakahan amuk buta Angkuh mencabik ranahmu, serpih tersayat, estafet buruk tingkah Apapun Engkau, banggaku, milikmu Tlah darah berkalang merebut kemerdekaan, bebas Di taman makam pejuang berbaris-baris pusara mereka Berwariskan rasa patriotik, walau jadi bisu, pucat pasi saat ini Bangsa sepuja sebening airmata sesak sesal buatmu Ada, lalai abai berbangsa jadi pemanis bibir, munafik Ada, anak-anak Pertiwi kapar lapar di lumbung-lumbung padi Ada tikus-tikus besar pesta pora Sering, saripati bumi negeri diobral, sambil ngakak menghitung laba kantong sendiri Tapi. Deras bangga sulit tersisih di hati yang kadung cinta Bangsa carut marut ruweh Pemuda-pemudi bertaruh nasib dinegeri-negeri orang Kadang, hak warga negara diberlakukan basi pada mereka Kau tetaplah tak terganti Tanah air udaramu, nafas Melumat leleh kagum tak geming, tempat kembali Budaya luhur leluhur, kerak di dada Aturan budi kehidupan, pekak terlanggar. Buncah ruah decak puja tetap sulit tercerabut Ntukmu Selalu menggerayang rindu pekat Kecambah megah jiwa Bangga belukar semat kalbu Tentangmu Dentum asa 'ntuk wangikan namamu memekik buih ditiap sendisendi, didetakdetak nadi Bangsa yang tak mungkin teringkari Relief identitas kesejatian, harga diri dan jantung Luka darah, anakan perihmu tak surutkan senyum asa Kelak jaya raya berpeluk dekap Senanah apapun Engkau kini Mengombak ingin yang samudera Tertanam ditanahmu Senyum sentosa gemilang, sejahtera Indonesia Desember,15 Desember 2014
Kepungkan Doa Penghantar Kepulangan By: Lia Zaenab Zee ================ Luka leleh di mana mana, mengiris ruang batin berdarah tak terelak. Tapi luka adalah jalan pedih ntuk meraba khilaf dan pemakluman kelemahan kita sebagai hamba Begitu banyak kesedihan Merampas airmata, harapan dan kebahagiaan Memenjara senyum, memburai jantung Tapi selama di dada bersemayam iman, luka luka akan jelma ridha yang tabah. Meneteskan alirkan doa dari tangan tangan suci yang menengadah pasrah Pada yang pasrah, semua yang bernama luka adalah sakit yang tak terasa. Telah pecah di tengah sujud malam malam penyerahan Meski airmata masih genang. Biarkanlah genang menjadi basuh balur dosa, jadi barisan kewaspadaan langkah. Pengokoh tali penyambung pada Pencipta Biarkanlah kepungan doa menghantar ruh ruh berpulang: ''Innalillahi wainna ilaihi rajiun.'' Makassar,04Januari2015 ================ Selamat Pagi, Kesyukuran Masa By: Lia Zaenab Zee ================ Selamat pagi kesyukuran Tahun putik singgahkan bibir yang tak lupa mengurai jiwa harapan, menjemput reski dengan semangat yang subur berhumus, era baru Menjadi Indonesia dalam pendulum masa, merenda asa baru dan memutuskan masa lalu yang memburuk muram, berpaling pada asa yang mekar menunggu Rindu yang batu, gebu dalam Indonesia yang jaya Mempusarakan hampa purba kebodohan berbangsa. Bongkar bangkit jiwa kesatria wujudkan cita ridha Ilahi Kita adalah bunga bunga peradaban bangsa, meletakkan kebanggaan dan ketulusan pada kelopak cita. Dalam tangkai tangkai laku luhur Menuluskan harapan lewat tanakan mimpi dan niat yang api, meski kadang nyeri menyambangi. Karena hidup tidaklah selalu, seindah sajak yang bersolek puitis ''Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' Indonesia dalam dekap detik memburu. Merebah punggung pada tatapan cinta dan bentangan langit harap: ''Sabang sampai Merauke'' Berkomat kamit dalam alir doa. Tempat berakhir di pelaminan khusnul khatimah berkalang tanah pada maut : Indonesia darah kita Makassar,03Januari2015 Note: S Nasyarah 94:5 ================ Juara2KBM-ASR Puisi LIRIS Senandika: Tepi Tahun dalam Degup Cahaya By: Lia Zaenab Zee =============== Pada semburat cahaya yang berasal dari surga. Kilat pemecah malam. Tarikh menunggu resah dalam antrian. Malam merayap senyap yang dalam, selepas cahaya Sayap malam bentang. Kuhirup hawamu dalam isak basah yang syukur. Apapun itu, kotak hati pada sudut kenangan beruahruah kisah putih dan hitam. Apapun itu 'syukur' adalah pintu sekaligus kunci dari ribuan warna hitam putih isi kotak hati. Mengemasnya dalam kenangan. Memilahnya telisik. Mengharap membengkelkan warna yang buram, mengecatnya menjadi terang. Selagi semprotan nyawa masih terpegang, mungkin ini adalah kesadaran ntuk instropeksi. Dan, aku namai basuhan ''Kebahagiaan'' Pada berai tautan rasa. Selalu ada tempat menuangkannya. Pada bait- bait puisi. Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih... Pada ulur tangan kelembutan asih, pada kuyu mata kaum papa yang berserakan di jelaga-jelaga hidup Syukur adalah kunci sekaligus pintu. Pembuka kotak pendora ''bahagia'' Begitu sederhana ''Bahagia'' Mengerek degup cahaya pada lingkar kotak hati Makassar,18Desember14' =============== “SubhanAllah”: Desember 18 By: Lia Zaenab Zee Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka. Air terus berpesta pora dalam dendang awan, tabuhan gendang guruh, kilasan cahaya kilat Cemas menggantung di pintu ruang. Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa menerbangkannya bersama waktu. Gelisah pada basah yang meninggi. Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali. Haruskah kembang berton cahaya meledak di udara angka ''15'' terjeguk dari atapatap rumah yang separoh tenggelam? Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang. Mengolam, menganakkan luka perih nelangsa nestapa ''Bencana.'' Astagafirullah.... Ampunilah kami. Cukup Banjarnegara? Meski khilaf-khilaf kami tidak saja mengolam tapi jelma samudera Bertabuh angkaangka tanggal satu persatu ... SubhanaAllah... Menuju angka 15 Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata. Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang? Rayu ''Dia!'' Bukankah ''Dia Maha yang Maha?'' Mengerahkan payung awanNya Jadi tameng segala ''bencana'' ''Kum FaYakun'' Makassar,18Desember14' ================ Tidak Ada Kepergian yang Tak Mampu Tertanggung By: Lia Zaenab Zee Pada setiap kepergian Tuhan tak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu tertanggung Selalu ada daya magis dibalik setiap kejadian Atau bisa jadi, jitakan pada kerelaan kita yang begitu betah berpeluk jenggala nafsu buruk Padahal DIA begitu setia menunggu kapanpun kita jeguk Tika hujan linangan bola kornea duka menderas Gegas kemas mencari DIA yang kerap berdebu di sudutsudut hati Merengek, merajuk mencuci muka bopeng nanah kita Menyalip doa tak punya sabar Memaksa Surga secepat-cepatnya Dia begitu Kuasa Rintik gerimis saja bisa melukis airmata dan senyum hanya sekali sapuan kuas Pun, jika luka tak bisa melebihi kuasamu Biarkanlah luka itu kau serahkan pada Sang Pengenggam Lihatlah! Betapa bodoh dan naif, Begitu betah terkecup bara nafsu Lalu lupa ... ''MengandalkanNya'' Makassar,17Desember14' =============== Menuju Almanak yang Tanggal Satu Persatu Menuju pintu lubang waktu. Tercekat linglung tarikh, Ada bagian siklus menggelisah. Adakah kecemerlangan nilai, yang termaktub di arsy. Bilangan rahasia yang rahasia... Pada gelisah yang paling haru. Pada kehangatan yang meruah syukur. Pada kepak gundah salah tuju. Pada ke-akuan yang karat. Pada pencarian bahagia yang tak mampu kudefenisi dan kubatasi. Kesemuanya, pada cemas bekal perjalanan abadi Makassar,23Desember14 =============== Sampang-Karang Kobar- Banjarnegara By: Lia ZZ Zone waspada Nyawa bercecer tak terdeteksi Jumat, lima menit sebelum Magrib Takdir dicap pada RohRoh terenggut Ke tanah kita kembali Pada tanah pula Roh dipinta Jika musibah dicobakan Daya manusia apa? Zone waspada hanya itu Lalu rapal Doadoa Rauangkan, langitkan Menghamba berTuhan Doa sapih luka paling basuh Pada ikhlas yang begitu perih meluka Bertekuklah, kaparlah TanpaNya? ''kita hanya mahkluk'' Makassar, 15 Desember 2014 ===============