Kamis, 22 Januari 2015

Rinai Rerindu Pada Januari By: Lia Zaenab Zee ================== Januari..., bulan rintik dengan rerindu kuyup. Jarak menggulung pada gelisah yang cabik. Gigil pagi melebur dalam cangkir teh' yang tersapa sepi. Wangi hujan pernah menjatuhi tubuhmu menyisakan aroma kenang pada musimmu Mencacah musim tentang tuju bermata cula. Memberiku gundah berundak undak meneteskan basah. Januari... bagai membaca lelehmu pada kekaca bola korneaku Mengajarkan rerindu kadang begitu asing yang dimesrai. Gamang dan bara yang terkipas menetaskan nyeri. Memerih senyap serupa hujan yang berkali kali jatuh tanpa pernah mengeluh Kelak, kala musim tak lagi merinai, kukalungkan tegar pamit pada rerindu yang setia menghuni jantung. Seperti iringan hujan yang pergi di sebalik awan Makassar,08Januari2015 Rev version Mendulang Syukur By: Lia Zaenab Zee ================== Sahabat kau adalah sulamanku yang tak ingin kuselesaikan. Menemani jejari menguntai hari Bersamamu adalah riang yang kueja menjadi kata kata, dalam huruf yang tak ingin kutuliskan lengkap. Itu caraku agar kita selalu bersama mencari huruf huruf ntuk melengkapinya Bersamamu, kita belajar memaham dan menegakkan akhlak dengan lentera cinta, yang sabdanya adalah bisyarah penyejuk jiwa, syafaatnya oase semesta Ingatlah, bila suatu saat sajak yang kugoreskan buruk rupa tentangmu menelak jantungmu pada tetirahnya. Itulah cara sebaik-baik mencintaimu demi kebaikan Jika onak-onak hadir mencecap tentangmu atau tentangku kuharap doamu atasku dan doaku atasmu yang akan menabahkannya. Bukankah, kasih sayang yang telah kita titip dipersahabatan ini akan menjadi bahagia untukmu dan untukku. Lalu, dukamu akan menjadi dukaku juga Jika kau pergi menoreh jarak, izinkanlah aku menulismu dalam jejak rindu menemani kesedihanku sebelum doa keselamatan mematahkan jarak menjegukmu Sahabat hari ini, kusiapakan kesyukuran sekaligus guguran airmata atas hari jadimu ... Bukankah hari jadimu akan selalu menghitungkan penanggalan yang telah terbunuh. Kesyukuran bahwa kau telah melewatinya dengan selamat. Guguran airmata, bahwa entah di perjalanan berikutnya masihkah kau atau aku bertemu? Wallahu alam.... Tapi untuk semuanya, memelihara kesyukuran dengan hati bungah adalah jalan terbaik mewarnai kesyukuran itu bukan? Makassar,11Januari2015 Surga Itu By: Lia Zaenab Zee ================== Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa penyatuan rahmah leleh di mahligai' yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas yang penyatuan : SEJOLI Kita menetap diayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku Makassar,15Januari2015 Beralamatkan Pada Mekar Teratai By: Lia Zaenab Zee ================== Tatapan teratai Berayun puisi pada rintik hujan, gelembung butir air di dedaun, ikut mengayun merayu benak. Memahat bayang belai gelora lelaki penyair dalam jarak lautan Puisi dan teratai mengirimkan pesan mekar detak pada dada, teraba samar dipendulum yang makin zigzag Kualamatkan gelisah di dedauan teratai, menyamarkannya di rekahan undak undak kelopak. Memahatkan pada tubuh puisi menyederhanakan rentang damba pada senyum Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk degup kalbu meletakkan di ruang angan. Membatukan rasa yang tak punya jawaban. Merapikan gelisah pada defenisi paling sederhana Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetas bayang-bayang. Berkaca tegar pada teratai sabar, sederhana mekar rekah tanpa di sapa musim Makassar,08Januari2015 ================== Aroma Sandalwood-Cedar By: Lia Zaenab Zee Rangkaian rongga duri di jantung. Tak sisakan ruang senyum tempat kumenanam putik baru. Campuran aroma sandalwood cedar akan selalu mematahkan langkah berpaling pada hari 365 terulang datang kembali dan kembali. Mengusik sajak sunyi dibab bab mimpi singgah di pelataran igau Lentik jejari musim selalu menggamitnya singgah, tersentak menekuk kepalan sesal pada bayang bayang hadirmu, menyapa dan kembali menggigit, jatuhkan aroma sandelwood cedarmu di urat memori Pernah kuletakkan harap di laci ingatan. Lalu, melambai merangkak keluar menggerayang pori bermandi leleh kenangan Menguap, merayap dan bergerombol bagai mimpi mimpi terulang yang kutulis membaitkan hangat peraduan mimpi. Lalu menyelusuri jejak menyimpan coretan cerita hingga kerontong tinta goresanku, penat Pun, beranjak ku-uapkan jejak aroma sandelwood-cedarmu, airmata, kenang dan rerindu yang mesti kurampungkan menebas duri duri jantung tanpa ucapan ; "Sampai jumpa.'' Makassar,10Januari2015 Tidakkah Dada Guncang? Oleh: Lia Zaenab Zee Fajar .... Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta ''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya'' Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA.... Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh? Makassar,09Januari2015 ================== Surga Itu By: Lia Zaenab Zee Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa pengikatan rahmah leleh di mahligai 'yakin'. Sutra benang merah terpintal usai Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan, indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas penyatuan : SEJOLI Kita menetap di ayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku :) Makassar,15Januari2015 Kelas Puisi KBM Lelaki Sempurna By: Lia Zaenab Zee ================ ''Shallallahu alaihi wa sallam" Rakhmat bagi semesta Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi Sholawat ... Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ... Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan Tersurah Kalam Atas-mu "Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*        Makassar,16Januari2015 Note: 1*QS An Anbiya:25 ================ Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee Lelaki yang bahunya Savana. Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati ''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga'' Makassar,11 Januari 2015 ================== Idrus DumaEvent Senandika: Waktu di Usia Terizin By: Lia Zaenab Zee Menyelinapkan rekah gemintang pada labuan jiwa. Ke-akuan pemaknaan tuju Bahwa, tabik dada dalam kadar yang terukur, melarungkan asa pada permukaan tanpa menenggelamkannya Usia adalah nafas yang terizin. Ke-akuan yang matahari pada lenganlengan waktu, pertarungan amuk yang paling tikam. Membekap dalam sekarat nafas. Tak memberi jeda sampai lambaian akhir pada udaranya Jika langit nafas begitu rapuh, dan senyum masih tercecap manis. Kesyukuran adalah mahligai yang mesti dijunjung sebagai penghamba. Meski dengan merangkak mencari CintaNya atas CintaNya, tertabur Apa yang mesti diagungkan? Pada akhirnya, izinnya gugur pada ketiadaan. Serupa selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar apapun dulunya ''Kita adalah milikNYA dan hanya kepadaNYAlah kita akan kembali"1* Makassar, 07 Januari 2015 Note:1* = QS 2:156 ================== Seperti Ilalang pada Padangnya By: Lia Zaenab Zee Menemukan, kebahagiaan di antara serakan belukar onak. Mengayun pucuk ilalang penyemai rindu. Ukiran belai berkah rasa membuncah dada pada gemeretak degub melengkungkan senyum, mencoretkan prasasti abadi akan meng-indah sederhana meng-aliri pembuluh Jika rindu tiba, membawa lelehan sepoi sederhana, menerobos duri pada sela belukar hati, ntuk apa memetakan jalan panjang menuju padang rembulan, yang entah Desiran rindu memaham pada apa yang tak teraba, menuluskan penerimaan, mengokohkan pilar empati. Mendekatkan cinta pada cintaNYA. Cinta begitu sederhana. Menjelma sempurna pada pelukan ulur datangnya. Rindu me-naif kala menoktahi dengan ragam warna, memberi jeda melukiskan: ''Ketaksempurnaan pada kesempurnaanya'' Rebahlah, terima bilangan semesta raya yang mesti rintik. Biarkan apa adanya. karena itulah inti 'cinta'. Seperti ilalang pada padangnya Kumenemukan ...? Makassar,08 Januari 2015 ================== ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar