Senin, 19 Januari 2015

Cerpen: Kupinang Indah Senja By: Lia Zaenab Zee =============== Jika apa yang kita impikan, Kemudian sudah 'berjibaku' untuk meraihnya. Tapi ternyata kenyataan berkata lain, alias 'gatot'. Hehehe ... pasti sakitnya tuh di sini (dada) kan? Senja kesekian di musim basah, aku akan selalu takjub pada detik-detik waktu yang Tuhan ciptakan: Cahaya saga, semburat jingga, rinai hujan, hempasan buih ombak dan akhhh ...! kumpulan kenangan yang menjingga jua di belahan hati. Petikan perjalanan jarum jam nan romantis, selasar pantai pada senja menjadi pinangan mengindahkan kisah. ''Bang, aku tak ingin berjanji bahwa hubungan ini adalah 'pengikatan' kaku. Jika aku atau Abang menuntut bahwa ini kita namai pacaran atau bahkan tunangan. Yang menahan dan memberi beban pada kita untuk menerima kemungkinanan bertemu orang lain. Aku tak berkenan ...'' ''Lalu?'' Sergah Bang Renno memotong cepat rentetan penjelasan panjangku. Kutatap Dia, sambari mengeryitkan dahi ''Maksud Abang, Abang harus gimana? keadaan memaksa seperti itu. Andai boleh, hari inipun Abang siap bertemu Ayahmu. Kan kau tau itu dik?'' ''Iya Bang, aku tau'' aku menoleh menatap Bang Renno, menarik nafas memberi senyum kecil penyakinan padanya. Lalu: ''Yang Liya maksud Bang, hanya tak ingin, karena Abang dan aku mesti menunda perkawinan karena syarat ikatan dinas Abang tak mengizinkan. Menempatkan pada peran seolah-olah kita sudah resmi saling 'mengikat.'' Terangku, selembut mungkin yang kubisa. Terselip kekhawatiran di rongga dada, Bang Renno salah menangkap maksud atau malah tersinggung dengan kata-kataku. ''Maksudmu, kamu tak ingin menunggu Abang dengan embel-embel status pacaran atau tunangan kan? hehehe ... !'' Aku mengangguk, sedikit cemas lalu tiba-tiba tawa kecil Bang Renno meletup jadi tawa terbahak-bahak. Dadaku plong. *** Aku melepas Bang Renno terbang ke kota tempat Dia ditugaskan. Sama sekali tidak ada istilah untuk hubungan kami. Murni --Tanpa Status. Hanya berbekal keyakinan. Toh, Jika Tuhan berkehendak Bang Renno memang jodohku, maka Tuhan pasti akan mengatur cincin belah rotan jadi penghias jejari kami dalam ridha-Nya, hanya 'itu'. Aku bukanlah ahli agama atau orang yang mengaku paham agama lantas dengan sok alimnya memvonis bahwa aku anti pacaran. Bukan, bukan itu. Aku hanya ingin konsisten dan taat pada apa yang kupaham bahwa itu diperintahkan Oleh-Nya, dan nurani meng-iyakannya. Aku bersyukur Bang Renno menerima baik maksud tersebut, atau entahlah, kemungkinan bisa saja Dia menerimanya karena aku bersikeras. Wallahu'alam. Berfikir positif saja. Hehehe .... Dan ''Ada yang ingin kubicarakan. Penting, dear ....'' Kata Mela, sahabat karibku (kebetulan sekantor juga) suatu saat, dengan nada serius dari ujung telepon sana. Aku tergelak geli. ''Idihh... kesambet apa'an sih, serius banget!'' Potongku gemas. ''Tidak A tidak B ko' tumben nih EYD-nya benar ya? Aneh?'' ''Serius ...! Serius ini Loy, serius banget malah.'' Teriaknya tak sabar. Paham EYD-nya kabur sudah, dan makin geli kubayangkan mulutnya saat ini pasti manyunnya sudah kemana-mana ... hihihi. ''Hmmm ... ya ya'' ''Bang Faruq, berminat sama lo, Loy?'' ''Boleh boleh, persediaan baju Kokonya masih ko', banyak malah.'' ''Ishhh ... dasarrr buntelan !!'' Teriaknya keras, gemas amat sepertinya, hehe .... ''Hahaha ... Ha ... haabiss, kamu ngomong huga gak jelas gittow Malayy.'' sahutku ngakak tak kalah kacau, ikut-ikutan alay memplesetkan namanya, seperti dia yang seenaknya memplesetkan namaku jadi ''Loy'' hihi. ''Hallah ...sebell!.'' Teriaknya lagi. Hih. Sebel beneran rupanya. ''Bang Faruq, minta tolong ke aku, katanya dia pengen 'melamar' loo. Terima gak?'' Deggghhh!. Terdiam. Sesak nafas. Bengong Bang Faruq, keluaran Universitas Al Azhar Kairo. Ustaz muda gagah yang rutin mengisi ceramah pengajian bulanan kantor kami. Yang juga praktisi IT sekaligus konsultan program IT, juga, di kantor. ''Halloow!, masih hidup kan lo?'' Lagi, suara cempreng Mala membuyarkan kebengonganku ''Yachh....'' Jawabku singkat gagap terbata *** Dan Minat eh ... niat Bang Faruq 'itu' ternyata lahan basah untuk menjadi ajang berkembangnya bakteri virus gossip, virus cemburu, atau mungkin juga virus iri hati. Apatah lagi setelah, dengan nekat Bang Faruq benar-benar datang menemui Ayah dan Mama. Aku serba salah. Meski tak pernah ada jejak janji. Hati ini milik Bang Renno. Lalu bagaimana dengan pesan agama tentang; 'Lamaran seorang laki-laki sholeh, tidak boleh diabaikan, agar tak meninggalkan fitnah'. Seperti yang Ayah dan Mama telah panjang lebar nasehatkan padaku. Berapa hari setelah pertemuan Bang Faruq dengan mereka. Bang Renno? Ini baru jalan tahun pertama. Dari aturan dua tahun ikatan dinasnya sebelum keluar izin diperbolehkan menikah. Maka, berenanglah aku dalam dilema (hi, dangdut amat). Sementara virus gossip di kantor berkembang biak tak tercegah. Entah asal virusnya dari mana. Namanya juga gossip kan? Tambah pusing, karena aku capek plus uring-uringan dimintai keterangan oleh orang-orang kantor yang mendadak berubah jadi wartawan gossip dadakan hehehe ... 'aih'. Seakan-akan aku ini selebrity. Apa benar aku sudah berubah jadi selebrity ya? Setidaknya seleb kantor ini? (sambil ketok kepala, biar batoknya kembali normal, hikk). Karena ternyata oh ternyata .... Si' Faruq itu adalah kandidat manajer salah satu bidang keahliannya di kantor, plus keahlian IT-nya juga diraih di LN. Ckckckck ... ilmu agamanya paten ilmu dunianya juga paten. Jadi jangan heran kalau Ayah dan Mama menasehatiku panjang dan lebar dan berbau-bau memihak pula, tidak salah kan? Lebih tidak heran lagi kalau lamarannya ke aku menimbulkan kontroversi hati bagi yang lain. Khususnya jomblowati kantor. Hehehe .... *** Sore ini, senja semakin dingin. Musim sedang gemar-gemarnya membuka kran airnya. Melimpahi bumi dengan kuyub di mana-mana. Aku masih termangu-mangu diselasar tembok yang di bangun sepanjang bibir pantai, beton pembatas yang letaknya kira-kira satu setengah meter dari permukaan air. Yang pondasinya berfungsi sebagai penahan hempasan ombak, bagian atasnya sebagai tempat duduk pengunjung yang ingin menikmati panorama pinggir laut. Hempasan ombak di bawah sana masih setia menyapa telingaku. Di seberang jalan, kursi-kursi taman satu persatu ditinggalkan penyinggahnya. Adzan Magrib berkumandang. Remang mulai mengaburkan pandangan, sebentar lagi gelap merambat memeluk penglihatan. Dalam rapat jaket, aku beranjak ke jalan setapak menuju mesjid yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri saat ini. *** Tiga bulan lalu, aku datang menghadiri resepsi perkawinan Bang Renno. Mempelai cantiknya bernama Indri. Putri Atasannya. Perasaaku saat itu? Jangan ditanya. 'Nano-nano'. Bang Faruq? Memilih melanjutkan Program Magisternya di LN kembali. Tak berselang lama setelah aku menolak lamarannya dulu. Terluka? Defenisinya telah aku buang jauh-jauh dari hatiku. Dua pilihan dengan jalan dan kisah masing-masing. Kesimpulannya, dua-duanya bukan jodohku, selesai. Tuhan itu Maha Rahasia. *** Gelap merambat, gigil makin menusuk. Rintik sesorean tadi menjelma hujan yang deras. Menemani perjalanan pulang dari menjeguk senja. Butiran airnya menampar-nampar kaca jendela mobilku. Mengalunkan irama melodi syahdu mengusik otak kananku berimajinasi, diksi indah berloncatan yeahh ...., ' puisi!', Pass. akan jadi kado spesial untuk calon mempelaiku, 'sweet idea'. Besok pagi cuti sekaligus ritual pingitan dimulai, yang dengan senang hati akan kulakoni. Empat hari ke depan. Seorang lelaki yang terbaik menurut-Nya akan menjadi 'halal' bagiku. Insya Allah, aamiin. Tuhan itu sungguh Maha Rahasia bukan? Makassar, 20January2015 -TAMMAT- :) ================== Quote: ''Allah akan mempersatukan 'apapun' yang berserak menurut IradahNya, akan sebaliknya akan memberaikan 'apapun' yang memang tak tertulis takdir penyatuan untuknya'' ==================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar