Senin, 12 Januari 2015
Metafora Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta di hidup yang begitu tipis
Lalu,
Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta itu hadir di
hati. Jika teramat sulit menemukannya, itu karena kita yang membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau
Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan kau temukan gemanya pada segala penjuru semesta. Dan bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan pada taburan CintaNYA
Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta
Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan
Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakarlah dan belenggulah nafsu
Cinta adalah air kehidupan:
'' Dan dari air kami jadikan segala sesuatu itu hidup''1*
Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karean Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya
Maka bakarlah dada ditiaptiap detik nafas dengan: Cinta
Dia tak pernah menyesatkan jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta'
''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2*
Makassar,07Januari2015
Note:
-Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi
-1* = QS 21:30
-2* = Ar Rumi
________________________
#PuisiLiris
Faa...
Bahu Desember mengkerut
dingin. Ribuan jarum air
menikam jantungnya.
Mengalirkan pesan gundah wartamu yang makin keruh
Mimpi berkelana sekilas
bayang, memungut rindu
merintik pelan, meng-asin,
perih
Menguap, mengawan di kolam kornea, menganak sesal kerak pertemuaan
Mencemoh janji sebatas leher. Mencekik jarak yang
mematahkan waktu.
Menghentikan dendang kalbu
berlaras damba
Makassar,20Desember2014
________________________
Menang di DIN's
Kupercayakan Rahasia
Besarku
By: Lia Zaenab Zee
Pekat malam tua gigil yang
senyap. Terengkuh lena
dalam hangat pelukan.
Kecambah mimpi merayap. Mengecup rekah senyum
dalam ayun lembut kelonan
Kau. Kecintaan terrindu.
Selalu mengetuk liar batin
ntuk pulang ke tubuhmu
Aromamu membaui hidung
begitu lekat memanja.
Partikel ternyaman raga,
Padu batin, pada tiaptiap
arah inginku menanti
kapanpun aku berlabuh
Benak selalu sibuk
meng-anganmu bila sekejab
jauh darimu. Penghimpun
setia cerita dalam kibar
dan layu perjalanan
Bukankah rahasia besarku
ada padamu.? Kesejatianku
terang di hadapamu. Rekam
jejak melukis dinding mata jendelamu. Amuk laku
tertayang tammat ditatapmu. Bungah hati tertulis
dilantailantai ayunmu.
Senyum kugesekkan riang
di kisikisi angin yang
berdansa goda bersamamu. Menemaniku menari
di putik mekar mawar
merah jambu hati
Benarkah rahasia besarku
telah larut disenyawamu.?
Menyatu batin, saling
merindu. Berpeluk hangat
di pagi, siang, malam.
Memasuki tubuhku rapat
setia rahasia tak terbagi.
Hanya padamu:
''Kamar Tidur''
Makassar, 08 Januari 2015
________________________
Pualam Kasih Bunda
(Des 16 ke 22)
By: Lia Zaenab Zee
Rerambah percik air, atap seng limpahan hujan suatu pagi.
Aroma dapur bersekutu dingin mengelus rasa merengek lapar. Berada, di lingkaran ruang bau racik rempah memanja
memelukku sepagi ini
Rumah cinta, Bunda, serenade
kasih dan hati menghangat
Amboi...
Almanak menggilas ingatan angka 22. Bun, kupastikan angka 22 tak mengenal empuk putih 'kasih' pada urat hatimu...
''Bun, Kasihmu tak perlu bilangan. Apalagi angka.''
Bermekaran, sepanjang musim. Periperi cinta mengitari tiada henti. Bersekutu malaikat kebaikan meramu mantra pujian:
'' Ntuk Perempuan Berahim Asih''
Pualam kasihmu, kudekap
bersama usia. Tumbuh bersama hembusan nafas, jadi detak
Jantung. Kuhirup bersama
kerak cinta pekat sepenuh dada, meleleh, mengaliri anakkan
sungai mata ....
Memilikimu, keajaiban
Sajadah bentang bersama rintih
rapal doa ntuk perempuan yang serat rahimnya sebagian aku
Pencarian surgaku berujung di kakimu...
Makassar,16 Desember 14'
________________________
Lantun Alif Ba Taa
By: Lia Zaenab Zee
Ada lembar usang aroma
kasih yang karat
Hangat meningkah benak
Bahu kokoh, pijakan mula
rebah memanja
Lantun Alif, Baa, Taa ...
Tentang usap kepala, kala
membola mata mulai
cerewet berkeluh
Tangan penghapus anakan
air kornea, dicemas bocah
Ayah, aroma tua tercium
Ilusi..., rerindu melayang menggerayang
Kalam Ilahi menggetar ruang
Suara radio senja ini ...
Bertalu gemetar buhul
rindu mencari namamu
di jendela awan
Alif Ba Ta...
Suara bocahku, menyelinap
rincing di suara Qori'ah
Alif Ba Ta...
''Ayah, itu lafalku, berpuluh
silam, lari.''
Mula denting eja di hadapmu
Benak kilas ruahruah ranting
waktu, bersama, silam
Mengunyah kenang,
derai tawa, pekik riang
lelucon hari
Ini aku : peri kecilmu
Rapal doa, berpeluk cinta,
memangut cerita kurenda
rindu tertitip dikemurnian
rasaku
''Tak pernah kujumpa
diksi penutup''
Jika itu paragraf tentang
kau, Ayah
Lalu, kisah tak pernah
ada akhir seperti rindu
yang tumbuh di dada
yang tak kenal mati
Kuseka air bening cinta
di bola mata
Lantun Alif, baa, taa..,.
harap penawar jarak
Makassar, 27 Desember 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar