Kamis, 15 Januari 2015
To:ASR_Fr: Lia Zaenab
''Tema: Isyarat Cinta di Lembah Metafora"
1.
Metafora Rasa:
Penyerahan Dalam Doa
By: Lia Zaenab Zee
Di peluk senja, ukiran bola
legam warna mengetuk
peraduan bianglala. Terciprat
sedikit air yang dinamai rinai. Melukiskan sempurna waktu
dan temu kita
Cahaya matahari menua di batas hari menemani senyum bulan seorang Adam. Tak perlu diksi
yang berenda melukiskan degup asing menyerbu dada
Bola retina santun dalam senyum, refleks tertunduk sopan
membungahkan penghargaan
dan kemuliaan magis yang
diulur tanpa perlu sentuhan
telapak tangan Hawa milikku
Lalu, kujadikan kau damba
dengan meneggelamkan cukup dalam pinta doa doa tak jemu.
Dan menjadi metafora: 'ingin'.
Hanya leleh dalam tubuh puisi
Karena kuyakin, doa adalah
puisi yang paling ajaib yang mewakilkan pinta. Tak pernah membutuhkan ejaan, tanda baca, atau apapun namanya
Sang Penerima?
Dia sungguh Maha Penyair. Maha Penilai dan Maha Mengetahui apa saja yang terdetak dalam hati meski hanya sedetak zarrah
Tentang dirimu dan debar asing ini. Cukup kupelihara dan kulafalkan dalam perjamuan perjamuan temu
dengan-Nya: Di bentang sajadah,
di keheningan sujud
Kuyakin dalam pasrah purna, Keagungan-Nya akan mengatur apapun yang pantas disatukan dalam Keridhaan-Nya
Dan kubutuhkan hanyalah
meng-iba doa pada
keberkahan dan izinNya:
''Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya.
Memberkati berdua, meningkatkan kualitas keturunanya. Sebagai
pembuka pintu rakhmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi
rasa aman bagi ummat.''
Makassar,05Januari2014
Note:
Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Imam Ali
==================
2.
Hujan: Saksi Sumpah Suci
Oleh: Lia Zaenab Zee
Tingkap musim tetiba di batas kemarau. Mengirimkan jala uap jelma air. Mencadai matahari, tersalut tirai awan. Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit
Kau dinamai hujan. Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi. Melukis waktu pada gigil.
Mempenakan barisan kenang.
Bahagia dan duka
Bahagia membenak. Romantis
ber-angan kehangatan perapian. Kala, hati buncah syukur dalam lisan melirih. Lambaian sayup dendang harapan tentang rumah ijab qabul. Canda cinta tersaksi malaikat dalam payung RidhaNya.
Khitbah telah akad. Tunai satu langkah menuju rengkuh lakilaki halal dunia akhirat. Kujaga tapak pertama lafal janji menuju perjuangan indah tunai Sunnah Nabi
Musim basah lumbung cinta dan butir rindu diteteskan takdir atasku. Semoga jalinan sutra asmara mewujud sebagai cinta terberkahi.
Ijab akan mendekapkan cinta kita dalam penyatuan sukma atas izinnya
Ijab qabul puisi terindah --memberi terima-kan. Merampungkan separuh agama dalam lebur buku nikah. Saat ijab terucap, rahmatnya rinai menyertainya. Menjadikan kita sejoli belahan jiwa, separuh tak bermakna seutuh menjadi kita
Mengikrarkan apa yang selalu kita namai cinta, mentasbihkan halal ciuman di kening dari laki laki
yang : 'Arsy' meng- Amininya
''Kupinang kau di pelataranNya.
Ijab Qabul dan Syahadat sebagai benang pengikat yang terulur dari Arsy. Meng-ingkrahkan halal pada Cinta.''
Kelak, andai bentang jalan kita cedera dan berbatu, merintikkan derai airmata. Kuharap doa menabahkan dan ijab sebagai tameng
Awal segala cinta dan akhir segala rindu bersamamu. Awal segala cerita dan akhir dari buku hidup. Saling memapah menuju SurgaNYA
Makassar,05Januari2015 ===================
3.
Luka Kepulangan yang
Kurampungkan Pada Doa
Oleh: Lia Zaenab Zee
Kadang kenangan menikam
dirinya dalam ingatan. Setia menenggelamkan basah pada pedih hanya sebagai penggugur rasa sakit. Dan mencintaimu kujatuhkan
dalam tangis agar tak menyisakan lolong perih
Tabah dalam luka, mengurungnya dalam rapat kelapangan, meski angin tlah mendesaukan ikhwal pulangmu
Menyeduh pinta di secawan doa, mereguk sepi di sayapsayap malam. Membuang naif ingatan akanmu
dalam lafal Dzikir, tengadah doa
Bukankah tlah kupaham? Ribuan jarak tak terukur melemparkan
pada bola api sesak. Tiada peri. Namun nalar kesadaran menghadiahkan penghujung garis sekarat. Mungkin semua arsiran rindu adalah luka sayat yang mesti tabah diterima isak. Pasrah penyerahan
Kelak, ketika kenang teramat
enggan beranjak, hanya pada-Mu
aku merampungkan keluh. Meski
tak selalu mampu sebagai penadah airmata : Keikhlasan purna
"Kita adalah milikNYA
dan hanya kepadaNYAlah kita
akan kembali."
Lalu kutemui pagi, yang selalu pandai meredam sepi kehilanganmu. Ditingkap desis didih air yang bersolek menyambut akad serbuk kopi dan leleh gula, serupa janji kafan pada sosok Cinta yang telah kembali pada pemilikNYA yang lebih merinduinya
Lalu sebuah senja melakolis yang nekat, memutar senyummu pada kepulangan camar semusim lalu. Nyeri kujeda pada lapisan selai roti yang terkunyah pahit. pada lantunan ampunan. Pengakuan ke'takberdayaan
Dan pada akhirnya, sunyi kulipat di ruh ayat ayat suci-Mu. Cabikan rindu hanyalah nyala diksi yang kumohonkan telah tuntas tenggelam pada kolam tangis Ke-ikhlasan
Menangisi Cinta beserta rindu mesti kuhentikan bersama luruh bianglala. Menyemai bahagia kusuburkan pada ruang lain. Dan ingatan akanmu kukuburkan beku
hanya sebagai masa lalu, pengingat : --Kefanaan.
Pun, jika rindu dan kenangan menghadirkan sisa ngilu di belahan dada merenggut jantung. Aku kan tegar merapikan nyeri pada
lengkung senyum rapal doa doa
Karena pentas kesedihan hanyalah elegi rahasia yang cukup disimpan di kelopak kornea mata.
Memaparkan pembacaan akan Kekuasaan-Nya, kesementaraan begitu rapuh, kita
Dan kurampungkan episode pergimu di rukuksujud panjang, rentetan rintih kepasrahan penyambung Cinta pada CintaNYA
Makassar,06 Januari 2015
===================
Note: ''....'' = Al baqarah:156
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Innalillaahi wa inna ilayhi raji'un
''Surely we belong to God and to Him shall we return''
===================
4.
Pada Lelaki yang
Menamaiku Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Lelaki yang namaku disebut Cinta.
Rindu kubuhul erat di hati paling palung. Membahasakan dengan abdi asih, meng-amini Al Fatihah di Iqra lima waktu. Selangkah ada di belakang dalam setiap : Takbir,
Tahmid dan Tasbihnya
Lelaki yang dengan Asma Allah di sebut, halal bagi segala 'kita'. Lelaki yang di pundaknya kutumpangkan harap indah menuju Surga-Nya. Lelaki yang di lengannya Ibu melepasku dengan derai airmata bahagia. Lelaki yang Ayah mengamanatkan tuk menuntunku menuju jalan Sunnah Nabi pada RidhaNya
Mempersembahkan aku istana tuk menjadi Ratu bagi kerajaannya. Menjadikan auratku, pahala yang lebur dalam segala. Degub jantungnya bahasa suci yang kupelajari tika bersandar di dadanya
Adalah jemarinya menyurat cinta di jejariku. Sebab rindu ialah ikrar mempelaimu yang kau tumpahi tuba paling suci yang Ridha. Kuingin, kala kau membaca mataku, seperti membaca kitab suci yang di dalamnya berenang kejujujuran, keikhlasan dan ketulusan, hingga membuatmu ingin tenggelam dan bermukim selamanya untuknya
Dengan itu, menjadi sirahku menuju surga menemui Fatimah
Az Zahra dalam golongan Wanita Sholeh buluh perindu Imamnya
Jalan satu satunya agar rindu ini tetap suci, adalah membasuhnya dengan doa doa pengasihan. Menjadikan indah jadi bunyi yang tercipta dari lidah lidah kepasrahan.
Melukiskan kesyukuran melalui raka'at raka'at khusyuk di hening sujud
Bukankah segala tentang cinta ini, ialah kitab suci rindu yang mesti dibaca dan dipelajari. Agar cinta menjadi semangat kasih sayang yang bercahaya dalam kegelapan dan mensyukuri bahagia yang detak di nadi tanpa perlu diucapkan
Lelakiku, kuberi ranum senyum terima kasih ntuk tlah menamaiku
; Cinta
Di mana dalam istana yang namaku adalah Cinta dengan mahkota ratu. Setiap pagi tersedia secawan rindu tersaji dua hati menjadi satu terbelit kokoh dalam takdir ijabNya, mengikatnya menjadi : Satu
'' Lelakiku
Matamu puisi, dadamu mesjid suci dan aku tulang rusuk yang IradahNYA mempertemukannya''
"Saling memiliki tanpa henti sampai nadi kehilangan detak. Dan Demi Dzat yang Suci atas Kehendaknya kita akan disatukan di Surga-Nya kelak. Aamiin.''
Makassar, 13 Januari 15
===================
Makassar, 06 Januari 15
===================
5.
Metafora Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta, di hidup yang begitu tipis
Lalu,
Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta hadir di kefitraan HATI. Jika teramat sulit menemukannya, karena kita membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau dan tak teraba
Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan ditemukan gemanya, pada segala penjuru semesta. Bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan seluas luasnya pada taburan CintaNYA
Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta, tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta
Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan
Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakar dan belenggu : nafsu
Cinta adalah air kehidupan:
'' Dan dari air kami jadikan
segala sesuatu itu hidup''1*
Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karena Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya. Maka bakarlah dada ditiap tiap detik nafas dengan : Cinta. Dia tak pernah menyesatkan, jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta'
''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2*
Makassar,07Januari2015
Note:
-Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi
-1* = QS 21:30
-2* = Ar Rumi
_______________________
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar