Senin, 12 Januari 2015

Kepungkan Doa Penghantar Kepulangan By: Lia Zaenab Zee ================ Luka leleh di mana mana, mengiris ruang batin berdarah tak terelak. Tapi luka adalah jalan pedih ntuk meraba khilaf dan pemakluman kelemahan kita sebagai hamba Begitu banyak kesedihan Merampas airmata, harapan dan kebahagiaan Memenjara senyum, memburai jantung Tapi selama di dada bersemayam iman, luka luka akan jelma ridha yang tabah. Meneteskan alirkan doa dari tangan tangan suci yang menengadah pasrah Pada yang pasrah, semua yang bernama luka adalah sakit yang tak terasa. Telah pecah di tengah sujud malam malam penyerahan Meski airmata masih genang. Biarkanlah genang menjadi basuh balur dosa, jadi barisan kewaspadaan langkah. Pengokoh tali penyambung pada Pencipta Biarkanlah kepungan doa menghantar ruh ruh berpulang: ''Innalillahi wainna ilaihi rajiun.'' Makassar,04Januari2015 ================ Selamat Pagi, Kesyukuran Masa By: Lia Zaenab Zee ================ Selamat pagi kesyukuran Tahun putik singgahkan bibir yang tak lupa mengurai jiwa harapan, menjemput reski dengan semangat yang subur berhumus, era baru Menjadi Indonesia dalam pendulum masa, merenda asa baru dan memutuskan masa lalu yang memburuk muram, berpaling pada asa yang mekar menunggu Rindu yang batu, gebu dalam Indonesia yang jaya Mempusarakan hampa purba kebodohan berbangsa. Bongkar bangkit jiwa kesatria wujudkan cita ridha Ilahi Kita adalah bunga bunga peradaban bangsa, meletakkan kebanggaan dan ketulusan pada kelopak cita. Dalam tangkai tangkai laku luhur Menuluskan harapan lewat tanakan mimpi dan niat yang api, meski kadang nyeri menyambangi. Karena hidup tidaklah selalu, seindah sajak yang bersolek puitis ''Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' Indonesia dalam dekap detik memburu. Merebah punggung pada tatapan cinta dan bentangan langit harap: ''Sabang sampai Merauke'' Berkomat kamit dalam alir doa. Tempat berakhir di pelaminan khusnul khatimah berkalang tanah pada maut : Indonesia darah kita Makassar,03Januari2015 Note: S Nasyarah 94:5 ================ Juara2KBM-ASR Puisi LIRIS Senandika: Tepi Tahun dalam Degup Cahaya By: Lia Zaenab Zee =============== Pada semburat cahaya yang berasal dari surga. Kilat pemecah malam. Tarikh menunggu resah dalam antrian. Malam merayap senyap yang dalam, selepas cahaya Sayap malam bentang. Kuhirup hawamu dalam isak basah yang syukur. Apapun itu, kotak hati pada sudut kenangan beruahruah kisah putih dan hitam. Apapun itu 'syukur' adalah pintu sekaligus kunci dari ribuan warna hitam putih isi kotak hati. Mengemasnya dalam kenangan. Memilahnya telisik. Mengharap membengkelkan warna yang buram, mengecatnya menjadi terang. Selagi semprotan nyawa masih terpegang, mungkin ini adalah kesadaran ntuk instropeksi. Dan, aku namai basuhan ''Kebahagiaan'' Pada berai tautan rasa. Selalu ada tempat menuangkannya. Pada bait- bait puisi. Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih... Pada ulur tangan kelembutan asih, pada kuyu mata kaum papa yang berserakan di jelaga-jelaga hidup Syukur adalah kunci sekaligus pintu. Pembuka kotak pendora ''bahagia'' Begitu sederhana ''Bahagia'' Mengerek degup cahaya pada lingkar kotak hati Makassar,18Desember14' =============== “SubhanAllah”: Desember 18 By: Lia Zaenab Zee Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka. Air terus berpesta pora dalam dendang awan, tabuhan gendang guruh, kilasan cahaya kilat Cemas menggantung di pintu ruang. Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa menerbangkannya bersama waktu. Gelisah pada basah yang meninggi. Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali. Haruskah kembang berton cahaya meledak di udara angka ''15'' terjeguk dari atapatap rumah yang separoh tenggelam? Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang. Mengolam, menganakkan luka perih nelangsa nestapa ''Bencana.'' Astagafirullah.... Ampunilah kami. Cukup Banjarnegara? Meski khilaf-khilaf kami tidak saja mengolam tapi jelma samudera Bertabuh angkaangka tanggal satu persatu ... SubhanaAllah... Menuju angka 15 Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata. Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang? Rayu ''Dia!'' Bukankah ''Dia Maha yang Maha?'' Mengerahkan payung awanNya Jadi tameng segala ''bencana'' ''Kum FaYakun'' Makassar,18Desember14' ================ Tidak Ada Kepergian yang Tak Mampu Tertanggung By: Lia Zaenab Zee Pada setiap kepergian Tuhan tak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu tertanggung Selalu ada daya magis dibalik setiap kejadian Atau bisa jadi, jitakan pada kerelaan kita yang begitu betah berpeluk jenggala nafsu buruk Padahal DIA begitu setia menunggu kapanpun kita jeguk Tika hujan linangan bola kornea duka menderas Gegas kemas mencari DIA yang kerap berdebu di sudutsudut hati Merengek, merajuk mencuci muka bopeng nanah kita Menyalip doa tak punya sabar Memaksa Surga secepat-cepatnya Dia begitu Kuasa Rintik gerimis saja bisa melukis airmata dan senyum hanya sekali sapuan kuas Pun, jika luka tak bisa melebihi kuasamu Biarkanlah luka itu kau serahkan pada Sang Pengenggam Lihatlah! Betapa bodoh dan naif, Begitu betah terkecup bara nafsu Lalu lupa ... ''MengandalkanNya'' Makassar,17Desember14' =============== Menuju Almanak yang Tanggal Satu Persatu Menuju pintu lubang waktu. Tercekat linglung tarikh, Ada bagian siklus menggelisah. Adakah kecemerlangan nilai, yang termaktub di arsy. Bilangan rahasia yang rahasia... Pada gelisah yang paling haru. Pada kehangatan yang meruah syukur. Pada kepak gundah salah tuju. Pada ke-akuan yang karat. Pada pencarian bahagia yang tak mampu kudefenisi dan kubatasi. Kesemuanya, pada cemas bekal perjalanan abadi Makassar,23Desember14 =============== Sampang-Karang Kobar- Banjarnegara By: Lia ZZ Zone waspada Nyawa bercecer tak terdeteksi Jumat, lima menit sebelum Magrib Takdir dicap pada RohRoh terenggut Ke tanah kita kembali Pada tanah pula Roh dipinta Jika musibah dicobakan Daya manusia apa? Zone waspada hanya itu Lalu rapal Doadoa Rauangkan, langitkan Menghamba berTuhan Doa sapih luka paling basuh Pada ikhlas yang begitu perih meluka Bertekuklah, kaparlah TanpaNya? ''kita hanya mahkluk'' Makassar, 15 Desember 2014 ===============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar