Kamis, 22 Januari 2015
Virra
#Galeri_Diksi_Januari
Damba Rasa Tersesat
By: Lia Zaenab Zee
__________________
Kulipat kertas penggalan tanggal, kujelma origami doa. Agar lapang melenakan damba karat yang tak kunjung tersapih. Jadikan mendung dalam suara rintih awan me-luka terbeban perigi airmata pengharapan
Hanya ingin kau tahu, Ku'tak rela terus menikam jantung dirindu yang tak kunjung kau toleh. Malamku mimpi nelangsa pada getir bangunku. Memaham risau yang harus kukubur pada geliat rindu meronta, tak ingin pergi
Andai kau tahu, terlanjur pesona akan-mu mengkungkung. Melonggarkannya tak semudah putaran waktu yang gasing. Sisakan luka nyeri putus harap memilikimu. Degub ini semakin tak terdefenisi mencekik purnama mempersembahkan kelam
Masih, detak nadi tak usai dibekap rindu, ribuan pesan pada angin tuju hatimu yang tak pernah memberi alamat. Menghadirkan timangan gundah melabirin pedih, atas 'rasa' yang tersesat mencari letak hatimu
Di sini aku menyapih tabah di takbir sujud aksara doadoa. Menengadah: '' Mohon rinduku yang tersesat menemukan jalan pulang''
Makassar,23 Januari 2015
__________________
21 baris blum judul
Rinai Rerindu Pada Januari
By: Lia Zaenab Zee
==================
Januari..., bulan rintik dengan rerindu kuyup. Jarak menggulung pada gelisah yang cabik. Gigil pagi melebur dalam cangkir teh' yang tersapa sepi. Wangi hujan pernah menjatuhi tubuhmu menyisakan aroma kenang pada musimmu
Mencacah musim tentang tuju bermata cula. Memberiku gundah berundak undak meneteskan basah.
Januari... bagai membaca lelehmu pada kekaca bola korneaku
Mengajarkan rerindu kadang begitu asing yang dimesrai. Gamang dan bara yang terkipas menetaskan nyeri. Memerih senyap serupa hujan yang berkali kali jatuh tanpa pernah mengeluh
Kelak, kala musim tak lagi merinai, kukalungkan tegar pamit pada rerindu yang setia menghuni jantung. Seperti iringan hujan yang pergi di sebalik awan
Makassar,08Januari2015
Rev version
Mendulang Syukur
By: Lia Zaenab Zee
==================
Sahabat kau adalah sulamanku yang tak ingin kuselesaikan. Menemani jejari menguntai hari
Bersamamu adalah riang yang kueja menjadi kata kata, dalam huruf yang tak ingin kutuliskan lengkap. Itu caraku agar kita selalu bersama mencari huruf huruf ntuk melengkapinya
Bersamamu, kita belajar memaham dan menegakkan akhlak dengan lentera cinta, yang sabdanya adalah bisyarah penyejuk jiwa, syafaatnya oase semesta
Ingatlah, bila suatu saat sajak yang kugoreskan buruk rupa tentangmu menelak jantungmu pada tetirahnya. Itulah cara sebaik-baik mencintaimu demi kebaikan
Jika onak-onak hadir mencecap tentangmu atau tentangku kuharap doamu atasku dan doaku atasmu yang akan menabahkannya. Bukankah, kasih sayang yang telah kita titip dipersahabatan ini akan menjadi bahagia untukmu dan untukku. Lalu, dukamu akan menjadi dukaku juga
Jika kau pergi menoreh jarak, izinkanlah aku menulismu dalam jejak rindu menemani kesedihanku sebelum doa keselamatan mematahkan jarak menjegukmu
Sahabat hari ini, kusiapakan kesyukuran sekaligus guguran airmata atas hari jadimu ...
Bukankah hari jadimu akan selalu menghitungkan penanggalan yang telah terbunuh. Kesyukuran bahwa kau telah melewatinya dengan selamat. Guguran airmata, bahwa entah di perjalanan berikutnya masihkah kau atau aku bertemu?
Wallahu alam....
Tapi untuk semuanya, memelihara kesyukuran dengan hati bungah adalah jalan terbaik mewarnai kesyukuran itu bukan?
Makassar,11Januari2015
Surga Itu
By: Lia Zaenab Zee
==================
Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa penyatuan rahmah leleh di mahligai' yakin'. Sutra benang merah terpintal usai
Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya
Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan,
indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG
Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan
; INKRAH IJABAH
Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas yang penyatuan : SEJOLI
Kita menetap diayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN
Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku
Makassar,15Januari2015
Beralamatkan
Pada Mekar Teratai
By: Lia Zaenab Zee
==================
Tatapan teratai
Berayun puisi pada rintik hujan, gelembung butir air di dedaun,
ikut mengayun merayu benak. Memahat bayang belai gelora lelaki penyair dalam jarak lautan
Puisi dan teratai mengirimkan pesan mekar detak pada dada, teraba samar dipendulum yang makin zigzag
Kualamatkan gelisah di dedauan teratai, menyamarkannya di rekahan undak undak kelopak. Memahatkan pada tubuh puisi menyederhanakan rentang damba pada senyum
Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk degup kalbu meletakkan di ruang angan. Membatukan rasa yang tak punya jawaban. Merapikan gelisah pada defenisi paling sederhana
Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetas bayang-bayang. Berkaca tegar pada teratai sabar, sederhana mekar rekah tanpa di sapa musim
Makassar,08Januari2015
==================
Aroma Sandalwood-Cedar
By: Lia Zaenab Zee
Rangkaian rongga duri di jantung. Tak sisakan ruang senyum tempat kumenanam putik baru. Campuran
aroma sandalwood cedar akan selalu mematahkan langkah berpaling pada hari 365 terulang datang kembali dan kembali. Mengusik sajak sunyi dibab bab mimpi singgah di pelataran igau
Lentik jejari musim selalu menggamitnya singgah, tersentak menekuk kepalan sesal pada bayang bayang hadirmu, menyapa dan kembali menggigit, jatuhkan aroma sandelwood cedarmu di urat memori
Pernah kuletakkan harap di laci ingatan. Lalu, melambai merangkak keluar menggerayang pori bermandi leleh kenangan
Menguap, merayap dan bergerombol bagai mimpi mimpi terulang yang kutulis membaitkan hangat peraduan mimpi. Lalu menyelusuri jejak menyimpan coretan cerita hingga kerontong tinta goresanku, penat
Pun, beranjak ku-uapkan jejak aroma sandelwood-cedarmu, airmata, kenang dan rerindu yang mesti kurampungkan menebas duri duri jantung tanpa ucapan ;
"Sampai jumpa.''
Makassar,10Januari2015
Tidakkah Dada Guncang?
Oleh: Lia Zaenab Zee
Fajar ....
Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta
''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya''
Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA
Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA....
Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan
Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan
Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh?
Makassar,09Januari2015
==================
Surga Itu
By: Lia Zaenab Zee
Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa pengikatan rahmah leleh di mahligai 'yakin'. Sutra benang merah terpintal usai
Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya
Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan,
indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG
Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH
Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas penyatuan : SEJOLI
Kita menetap di ayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN
Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku
:)
Makassar,15Januari2015
Kelas Puisi KBM
Lelaki Sempurna
By: Lia Zaenab Zee
================
''Shallallahu alaihi wa sallam"
Rakhmat bagi semesta
Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu
beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat
Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah
Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi
Sholawat ...
Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ...
Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin
Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini
kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat
Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul
Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU
Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan
Tersurah Kalam Atas-mu
"Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu
Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*
Makassar,16Januari2015
Note:
1*QS An Anbiya:25
================
Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee
Lelaki yang bahunya Savana.
Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu
Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia
Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan
Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku
Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA
Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati
''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga''
Makassar,11 Januari 2015
==================
Idrus DumaEvent
Senandika:
Waktu di Usia Terizin
By: Lia Zaenab Zee
Menyelinapkan rekah
gemintang pada labuan
jiwa. Ke-akuan
pemaknaan tuju
Bahwa, tabik dada dalam
kadar yang terukur,
melarungkan asa pada
permukaan tanpa
menenggelamkannya
Usia adalah nafas yang
terizin. Ke-akuan yang
matahari pada lenganlengan
waktu, pertarungan amuk
yang paling tikam.
Membekap dalam sekarat
nafas. Tak memberi jeda
sampai lambaian akhir
pada udaranya
Jika langit nafas begitu
rapuh, dan senyum masih
tercecap manis. Kesyukuran
adalah mahligai yang
mesti dijunjung sebagai
penghamba. Meski dengan merangkak mencari
CintaNya atas
CintaNya, tertabur
Apa yang mesti diagungkan?
Pada akhirnya, izinnya gugur
pada ketiadaan. Serupa
selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar
apapun dulunya
''Kita adalah milikNYA
dan hanya kepadaNYAlah
kita akan kembali"1*
Makassar, 07 Januari 2015
Note:1* = QS 2:156
==================
Seperti Ilalang pada
Padangnya
By: Lia Zaenab Zee
Menemukan,
kebahagiaan di antara
serakan belukar onak.
Mengayun pucuk ilalang
penyemai rindu. Ukiran
belai berkah rasa membuncah
dada pada gemeretak degub
melengkungkan senyum, mencoretkan prasasti abadi
akan meng-indah
sederhana meng-aliri
pembuluh
Jika rindu tiba, membawa
lelehan sepoi sederhana,
menerobos duri pada sela
belukar hati, ntuk apa
memetakan jalan panjang
menuju padang rembulan,
yang entah
Desiran rindu memaham
pada apa yang tak teraba,
menuluskan penerimaan,
mengokohkan pilar empati.
Mendekatkan cinta pada
cintaNYA.
Cinta begitu sederhana.
Menjelma sempurna pada
pelukan ulur datangnya.
Rindu me-naif kala
menoktahi dengan ragam
warna, memberi jeda
melukiskan:
''Ketaksempurnaan
pada kesempurnaanya''
Rebahlah, terima bilangan
semesta raya yang mesti
rintik. Biarkan apa adanya.
karena itulah inti 'cinta'.
Seperti ilalang pada
padangnya
Kumenemukan ...?
Makassar,08 Januari 2015
==================
***
Dins
Dekapan Kenangan Rindu
By: Lia Zaenab Zee
==•••==•••==•••==•••==
Pada rengkuh yang kenang, kan selalu tersisa hangat menggerayang jantung. Jadi pinangan lesap arah, kan sebuah rindu jua tetap kan basah segalanya. Sama, ketika kulukiskan namamu di garis gerimis gigil di peron sore ini.
Lambai abadimu, hanyalah remah luka yang pernah darah dan daging bagi kita. Menghayut larut kini bersama tatih langkah menimbang nafas, bersama bisik mesra buncah basuhan perih yang telah lama kita pelajari, lalu
Masih di sini, bangku tua peron kota. Aroma tubuhmu lekat menyeruak, kuhidu jadi bagian kantong rindu yang tak pernah usai kubau-i
Kuberanjak daun gugur, senja tua yang puitis menyerup keningku pada sentuh cinta yang masih terasa, semusim lalu. Angin membisik membawa pesan ingatan akan selarik godamu akan rajuk-rajuk manjaku. Manis
Kopi hangat yang masih bara, kelu di lidah dan angan rindu melayang bersama kepulannya. Hujan meningkah bersama waktu dalam segelas keadaan tanpa pasangan. Sunyi
Malam beranjak kesekian, senyap mengintip pada serpih kenang yang tak perlu linang. Men-doa sepasang lengan akan pengenangan abadi cinta dan kasih sayang kuletakkan dalam bingkisan lafal Al-Fatihah.
Kenangan menemani tunas asa terbasuh afwah memekar
rimbun tegakkan langkah.
''Abang..., adakah Bapak dan Ibu memelukmu kini?''
Makassar,22 Januari 2015
==•••==•••==•••==•••==
KBMpoemClass,ptpi
Perjalanan Mimpi
Lia Zaenab Zee
============
Pada pagi Januari
Tanakan mimpi jerang meng-amin bagai setapak jalan rimba tak bernama bersama kitab rahasianya
Perjalanan mimpi
Malam-malam merambat, mendatangi siluet dedoa tentang nyala pendaran mimpi yang bara di'ingin'. Menafakuri keheningan me-layar pinta akan bait-bait ikhtiar
Tuhan, jangan biarkan atasku mengacak-acak laku hingga aku abai pada tuju ridha cita leburan mimpi-mimpi
Bahwa menggapainya tidak selalu roncean rona-rona kerlip cumbuan senyum. Jika mesti wujud dalam koloni airmata. Perciklah aku Kekuatan-Mu.
De-doa-ku tak pernah lari dari bibir, meng-iba tuntunan labuhan 'ingin' pada raihan mendatangiku jelma tumbuhan mimpi kecambah yang rimbun
Makassar, 23Januari2015
Selasa, 20 Januari 2015
Nerin
Lengan Senja Bercerita
By: Lia Zaenab Zee
================
Rerindu lebur, kepak camar, derai tawa, lengan senja. Rengkuh memerangkap. Se-mati batu Sejoli Rindu. Waktu bercecer lepas, rela
Senja bercerita, rinai, semburat saga. Leleh beku terbakar nadir cahaya bola matamu. Menyembur sejuta pesona sejoli, cinta terpeluk rona indah senja
Lalu, rerindu menggenang tumpah menoktah jingga melanjutkan cerita 'kapar' perawan hati. Serpih cawan pecah menghantar kesakitan di bilah runcingnya. Ulu hati perih darah tergaram kenangan
Senja melanjut rinai. Elegi senandung camar. Angin musim membisik lirih ; haru biru lara bersamanya. Mengabur pandangan dicumbu airmata. Kenangan berpesta pora menabuh gendang asa luluh lantak. Buraian mimpi rupa belati tikam. Tercabik jantung
Terbunuh kenangan pun mimpi. Aku-kamu tak kan pernah jadi 'Kita'. Rinai senja tlah jelma gugusan jarum karat beracun. Menjatuhkan nada-nada sepi. Meng-iring perjamuan nelangsa
Bergegas, kupelajari sebentuk cinta senja yang tangguh. Membiarkan camar menyimpan jejak memori. Melepas jerat senyummu. Mencampak nuansa belukar indah rasa. Menyapih ribuan tusukan jarum, luka
Bercerita: senja yang sumringah. Riang cakrawala memerah saga. Reronce senyum, menenun tabah. Memungut remah serpih jantung. Kenangan rindu jelma luang penerimaan. 'Tegar-Pasrah-Arif'
Makassar,19Januari2015
================
Cerpen Dins
Mix Genre: Romantic-Comedy- Religy
Si Ustaz Versi Mr.Bean
Oleh: Lia Zaenab Zee
===============
''Huss... huss!.''
'' Apa'an sih.'' Kataku sebel, menepis tangan Dita. Sudah nyolek, pake huss pula ..., plus bibir manyun gitu. Lengkap sudah angka
minus untuk nilai etika dan sopan. He'e. Siapa juga yang peduli sama si' etika dan mpok sopan ya.
''Husss! ... Husss!? Emang ayam appaa ...!?''
''Lihat tuh idola lo!'' Bukannya menjawab, bibir bersama dagunya ikut-ikutan meruncing sekarang, diberdayakan mengisyaratkan arah. Aku menoleh ... Jlebbb!. Dan ....
Bersirobok pandang .... Entah, nafasku tiba-tiba sesak. Ada yang tahu, kenapa ya?
Faisal Si' Ustaz plus dosen muda Jurusan, yang sering aku olok-olok bersama Dita. Sahabat yang mbelingnya duabelas-duabelas denganku. Saingan pokoknya hikks.
Alasannya sederhana banget. Kalau mau lebih kebangetan lagi, itu namanya cari masalah. Hanya Karena celana Si' Ustaz selalu menggantung tidak sesuai ukuran mode yang biasa tayang di Tivi-tivi. Pokoknya gak -fasionabel'lah kata anak-anak muda zaman sekarang.
''Aneh keluaran LN, tapi penampakannya lebih parah dari Si Kabayan. Eh ... saingan Mr. Bean, mestinya.'' Cemoh Dita suatu kali
''Kikiki ... Tapi yang ini 'cakepnya' parah kan, Dit? Sahutku ngakak menggodanya. Dan melototlah Dita dengan manisnya, hehe ....
Tapi, entah, belakangan. Tanpa sengaja bayangan si Ustaz suka muncul tiba-tiba saja di kepala. Tidak sopan pula 'gak permisi soalnya'. Kemudian, persoalan besar, karena gensi sekali sebenarnya, harus curhat ke Dita. Alhasil .... Aku jadi uring-uringan sendiri, tiap bibir runcing Dita yang ngakunya sexy, mulai beraksi mengolok-olok Si Dia (ciee ...,).
Belakangan, alih-alih membantu Dita biar cemohannya makin 'kinclong' seperti biasanya, yang ada 'sakitnya tuh di sini (dada), kwkwkw....
Mesti berbenah, kayaknya ada yang korslet di kepala dan dada nih?
Dan
''Kamu dilamar orang, Li.'' telepon dari Mama suatu hari. Tanpa pendahuluan, tanpa judul, dan tanpa basa-basi pula.
Brukk, kejedot gagang telepon.
Untung saja permen yang sedianya tadi aku emut, belum sempat aku buka. Kalau, iya, hikkss?
''Cakep gak? Segera! segera!, mom.'' Jawabku norak.
''Nih anak!, Mama serius ini. Gimana menurutmu? Tentu saja kalau kamu setuju, Kami akan atur pertemuanmu dengan Si Calon itu.''
Hukkk! Keselek liur sekarang ....
''Tapi kan aku, baru juga semester awal. Ntarrr... bla... bla....''
Cerocosku pannjaaang.
Singkat cerita, Kabayan eits ... Si' Mr.Bean versi Ustaz Faisal jadi halal buatku sekarang. Beliau anak teman Papa. Dan tentu saja ini jauuuh ..., dari kisah yang menyerupai 'St.Nurbaya' yang pakai dipaksa-paksa. Aku menerimanya dengan sukarela. Pakai Cinta, pakai bangga pula. Juga termasuk paket di dalamnya, cinta dengan celana-celananya yang kurang meteran.
Pula, aku dengan sukarela mengganti hijab 'penuh gaya' yang selama ini kuakrabi dengan hijab 'syari'i' alias jilbab besar yang menutup seluruh badan. Meminjam istilah Power Ranger 'Berubah'. Ya seperti itulah adanya. Hehehe ....
Tentang Dita? aku hanya tersenyum semanis-manisnya. Kala melihat bola matanya menjureng plus bibir meruncing khasnya, melongo tak percaya. Menjelang keputusanku dulu, untuk menerima 'Ijab' Si Ustaz.
Makassar, 20 Januari 2015
---END---
Quote:
''Pintalah yang terbaik, yakinlah Allah pasti mendengar segala pinta.''
~***~
9M
Ramuan Rindu
By: Lia Zaenab Zee
================
Senja gerimis, kuputar kenang kepulangan waktu. Tumpahan airmata genang di daun kemboja gundukan tanah merah. Melumerkan akar kenang. Rindu mencengkram tiada ampun.
Senyummu yang tabah, resahku yang gigil, bersama detik waktu sisa yang tersurat buatmu. Melingkarkan pedih tak sudah. Bulan pekat di pelataran malam menyandungkan pilu penghantar kerandamu sesore tadi. Kesakitanmu telah ridha mengantarmu 'pulang'.
Genggam lembut cinta mengarung dalam dedoa. Langit senja, semilir angin, Nisanmu yang bisu melarung sedih pada bisikan kepasrahan.
Adikku
Kamu puisi bait-bait ikhlas yang kupelajari. Tak kan pernah sempurna, karena kamu adalah ramuan doa yang tak pernah menemukan bagian yang hilang pada ramuan rinduku.
Makassar, 20Januari2015
================
Senin, 19 Januari 2015
Cerpen:
Kupinang Indah Senja
By: Lia Zaenab Zee
===============
Jika apa yang kita impikan, Kemudian sudah 'berjibaku' untuk meraihnya. Tapi ternyata kenyataan berkata lain, alias 'gatot'. Hehehe ... pasti sakitnya tuh di sini (dada) kan?
Senja kesekian di musim basah, aku akan selalu takjub pada detik-detik waktu yang Tuhan ciptakan: Cahaya saga, semburat jingga, rinai hujan, hempasan buih ombak dan akhhh ...! kumpulan kenangan yang menjingga jua di belahan hati. Petikan perjalanan jarum jam nan romantis, selasar pantai pada senja menjadi pinangan mengindahkan kisah.
''Bang, aku tak ingin berjanji bahwa hubungan ini adalah 'pengikatan' kaku. Jika aku atau Abang menuntut bahwa ini kita namai pacaran atau bahkan tunangan. Yang menahan dan memberi beban pada kita untuk menerima kemungkinanan bertemu orang lain. Aku tak berkenan ...''
''Lalu?'' Sergah Bang Renno memotong cepat rentetan penjelasan panjangku. Kutatap Dia, sambari mengeryitkan dahi
''Maksud Abang, Abang harus gimana? keadaan memaksa seperti itu. Andai boleh, hari inipun Abang siap bertemu Ayahmu. Kan kau tau itu dik?''
''Iya Bang, aku tau'' aku menoleh menatap Bang Renno, menarik nafas memberi senyum kecil penyakinan padanya.
Lalu:
''Yang Liya maksud Bang, hanya tak ingin, karena Abang dan aku mesti menunda perkawinan karena syarat ikatan dinas Abang tak mengizinkan. Menempatkan pada peran seolah-olah kita sudah resmi saling 'mengikat.'' Terangku, selembut mungkin yang kubisa. Terselip kekhawatiran di rongga dada, Bang Renno salah menangkap maksud atau malah tersinggung dengan kata-kataku.
''Maksudmu, kamu tak ingin menunggu Abang dengan embel-embel status pacaran atau tunangan kan? hehehe ... !''
Aku mengangguk, sedikit cemas lalu tiba-tiba tawa kecil Bang Renno meletup jadi tawa terbahak-bahak. Dadaku plong.
***
Aku melepas Bang Renno terbang ke kota tempat Dia ditugaskan. Sama sekali tidak ada istilah untuk hubungan kami. Murni --Tanpa Status. Hanya berbekal keyakinan. Toh, Jika Tuhan berkehendak Bang Renno memang jodohku, maka Tuhan pasti akan mengatur cincin belah rotan jadi penghias jejari kami dalam ridha-Nya, hanya 'itu'. Aku bukanlah ahli agama atau orang yang mengaku paham agama lantas dengan sok alimnya memvonis bahwa aku anti pacaran. Bukan, bukan itu. Aku hanya ingin konsisten dan taat pada apa yang kupaham bahwa itu diperintahkan Oleh-Nya, dan nurani meng-iyakannya. Aku bersyukur Bang Renno menerima baik maksud tersebut, atau entahlah, kemungkinan bisa saja Dia menerimanya karena aku bersikeras. Wallahu'alam. Berfikir positif saja. Hehehe ....
Dan
''Ada yang ingin kubicarakan. Penting, dear ....'' Kata Mela, sahabat karibku (kebetulan sekantor juga) suatu saat, dengan nada serius dari ujung telepon sana. Aku tergelak geli.
''Idihh... kesambet apa'an sih, serius banget!'' Potongku gemas. ''Tidak A tidak B ko' tumben nih EYD-nya benar ya? Aneh?''
''Serius ...! Serius ini Loy, serius banget malah.'' Teriaknya tak sabar. Paham EYD-nya kabur sudah, dan makin geli kubayangkan mulutnya saat ini pasti manyunnya sudah kemana-mana ... hihihi.
''Hmmm ... ya ya''
''Bang Faruq, berminat sama lo, Loy?''
''Boleh boleh, persediaan baju Kokonya masih ko', banyak malah.''
''Ishhh ... dasarrr buntelan !!'' Teriaknya keras, gemas amat sepertinya, hehe ....
''Hahaha ... Ha ... haabiss, kamu ngomong huga gak jelas gittow Malayy.'' sahutku ngakak tak kalah kacau, ikut-ikutan alay memplesetkan namanya, seperti dia yang seenaknya memplesetkan namaku jadi ''Loy'' hihi.
''Hallah ...sebell!.'' Teriaknya lagi. Hih. Sebel beneran rupanya.
''Bang Faruq, minta tolong ke aku, katanya dia pengen 'melamar' loo. Terima gak?''
Deggghhh!. Terdiam. Sesak nafas. Bengong
Bang Faruq, keluaran Universitas Al Azhar Kairo. Ustaz muda gagah yang rutin mengisi ceramah pengajian bulanan kantor kami. Yang juga praktisi IT sekaligus konsultan program IT, juga, di kantor.
''Halloow!, masih hidup kan lo?''
Lagi, suara cempreng Mala membuyarkan kebengonganku
''Yachh....'' Jawabku singkat gagap terbata
***
Dan
Minat eh ... niat Bang Faruq 'itu' ternyata lahan basah untuk menjadi ajang berkembangnya bakteri virus gossip, virus cemburu, atau mungkin juga virus iri hati. Apatah lagi setelah, dengan nekat Bang Faruq benar-benar datang menemui Ayah dan Mama.
Aku serba salah. Meski tak pernah ada jejak janji. Hati ini milik Bang Renno. Lalu bagaimana dengan pesan agama tentang;
'Lamaran seorang laki-laki sholeh, tidak boleh diabaikan, agar tak meninggalkan fitnah'.
Seperti yang Ayah dan Mama telah panjang lebar nasehatkan padaku. Berapa hari setelah pertemuan Bang Faruq dengan mereka.
Bang Renno? Ini baru jalan tahun pertama. Dari aturan dua tahun ikatan dinasnya sebelum keluar izin diperbolehkan menikah. Maka, berenanglah aku dalam dilema (hi, dangdut amat).
Sementara virus gossip di kantor berkembang biak tak tercegah. Entah asal virusnya dari mana. Namanya juga gossip kan? Tambah pusing, karena aku capek plus uring-uringan dimintai keterangan oleh orang-orang kantor yang mendadak berubah jadi wartawan gossip dadakan hehehe ... 'aih'. Seakan-akan aku ini selebrity. Apa benar aku sudah berubah jadi selebrity ya? Setidaknya seleb kantor ini? (sambil ketok kepala, biar batoknya kembali normal, hikk).
Karena ternyata oh ternyata ....
Si' Faruq itu adalah kandidat manajer salah satu bidang keahliannya di kantor, plus keahlian IT-nya juga diraih di LN. Ckckckck ... ilmu agamanya paten ilmu dunianya juga paten. Jadi jangan heran kalau Ayah dan Mama menasehatiku panjang dan lebar dan berbau-bau memihak pula, tidak salah kan? Lebih tidak heran lagi kalau lamarannya ke aku menimbulkan kontroversi hati bagi yang lain. Khususnya jomblowati kantor. Hehehe ....
***
Sore ini, senja semakin dingin. Musim sedang gemar-gemarnya membuka kran airnya. Melimpahi bumi dengan kuyub di mana-mana.
Aku masih termangu-mangu diselasar tembok yang di bangun sepanjang bibir pantai, beton pembatas yang letaknya kira-kira satu setengah meter dari permukaan air. Yang pondasinya berfungsi sebagai penahan hempasan ombak, bagian atasnya sebagai tempat duduk pengunjung yang ingin menikmati panorama pinggir laut.
Hempasan ombak di bawah sana masih setia menyapa telingaku. Di seberang jalan, kursi-kursi taman satu persatu ditinggalkan penyinggahnya. Adzan Magrib berkumandang. Remang mulai mengaburkan pandangan, sebentar lagi gelap merambat memeluk penglihatan. Dalam rapat jaket, aku beranjak ke jalan setapak menuju mesjid yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri saat ini.
***
Tiga bulan lalu, aku datang menghadiri resepsi perkawinan Bang Renno. Mempelai cantiknya bernama Indri. Putri Atasannya. Perasaaku saat itu? Jangan ditanya. 'Nano-nano'.
Bang Faruq? Memilih melanjutkan Program Magisternya di LN kembali. Tak berselang lama setelah aku menolak lamarannya dulu.
Terluka? Defenisinya telah aku buang jauh-jauh dari hatiku. Dua pilihan dengan jalan dan kisah masing-masing. Kesimpulannya, dua-duanya bukan jodohku, selesai. Tuhan itu Maha Rahasia.
***
Gelap merambat, gigil makin menusuk. Rintik sesorean tadi menjelma hujan yang deras. Menemani perjalanan pulang dari menjeguk senja. Butiran airnya menampar-nampar kaca jendela mobilku. Mengalunkan irama melodi syahdu mengusik otak kananku berimajinasi, diksi indah berloncatan yeahh ...., ' puisi!', Pass. akan jadi kado spesial untuk calon mempelaiku, 'sweet idea'.
Besok pagi cuti sekaligus ritual pingitan dimulai, yang dengan senang hati akan kulakoni. Empat hari ke depan. Seorang lelaki yang terbaik menurut-Nya akan menjadi 'halal' bagiku. Insya Allah, aamiin. Tuhan itu sungguh Maha Rahasia bukan?
Makassar, 20January2015
-TAMMAT- :)
==================
Quote:
''Allah akan mempersatukan 'apapun' yang berserak menurut IradahNya, akan sebaliknya akan memberaikan 'apapun' yang memang tak tertulis takdir penyatuan untuknya''
==================
Kamis, 15 Januari 2015
Rinai Rerindu Pada Januari
By: Lia Zaenab Zee
==================
Januari..., bulan rintik dengan rerindu kuyup. Jarak menggulung pada gelisah yang cabik. Gigil pagi melebur dalam cangkir teh' yang tersapa sepi. Wangi hujan pernah menjatuhi tubuhmu menyisakan aroma kenang pada musimmu
Mencacah musim tentang tuju bermata cula. Memberiku gundah berundak undak meneteskan basah.
Januari... bagai membaca lelehmu pada kekaca bola korneaku
Mengajarkan rerindu kadang begitu asing yang dimesrai. Gamang dan bara yang terkipas menetaskan nyeri. Memerih senyap serupa hujan yang berkali kali jatuh tanpa pernah mengeluh
Kelak, kala musim tak lagi merinai, kukalungkan tegar pamit pada rerindu yang setia menghuni jantung. Seperti iringan hujan yang pergi di sebalik awan
Makassar,08Januari2015
Rev version
Mendulang Syukur
By: Lia Zaenab Zee
==================
Sahabat kau adalah sulamanku yang tak ingin kuselesaikan. Menemani jejari menguntai hari
Bersamamu adalah riang yang kueja menjadi kata kata, dalam huruf yang tak ingin kutuliskan lengkap. Itu caraku agar kita selalu bersama mencari huruf huruf ntuk melengkapinya
Bersamamu, kita belajar memaham dan menegakkan akhlak dengan lentera cinta, yang sabdanya adalah bisyarah penyejuk jiwa, syafaatnya oase semesta
Ingatlah, bila suatu saat sajak yang kugoreskan buruk rupa tentangmu menelak jantungmu pada tetirahnya. Itulah cara sebaik-baik mencintaimu demi kebaikan
Jika onak-onak hadir mencecap tentangmu atau tentangku kuharap doamu atasku dan doaku atasmu yang akan menabahkannya. Bukankah, kasih sayang yang telah kita titip dipersahabatan ini akan menjadi bahagia untukmu dan untukku. Lalu, dukamu akan menjadi dukaku juga
Jika kau pergi menoreh jarak, izinkanlah aku menulismu dalam jejak rindu menemani kesedihanku sebelum doa keselamatan mematahkan jarak menjegukmu
Sahabat hari ini, kusiapakan kesyukuran sekaligus guguran airmata atas hari jadimu ...
Bukankah hari jadimu akan selalu menghitungkan penanggalan yang telah terbunuh. Kesyukuran bahwa kau telah melewatinya dengan selamat. Guguran airmata, bahwa entah di perjalanan berikutnya masihkah kau atau aku bertemu?
Wallahu alam....
Tapi untuk semuanya, memelihara kesyukuran dengan hati bungah adalah jalan terbaik mewarnai kesyukuran itu bukan?
Makassar,11Januari2015
Surga Itu
By: Lia Zaenab Zee
==================
Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa penyatuan rahmah leleh di mahligai' yakin'. Sutra benang merah terpintal usai
Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya
Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan,
indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG
Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan
; INKRAH IJABAH
Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas yang penyatuan : SEJOLI
Kita menetap diayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN
Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku
Makassar,15Januari2015
Beralamatkan
Pada Mekar Teratai
By: Lia Zaenab Zee
==================
Tatapan teratai
Berayun puisi pada rintik hujan, gelembung butir air di dedaun,
ikut mengayun merayu benak. Memahat bayang belai gelora lelaki penyair dalam jarak lautan
Puisi dan teratai mengirimkan pesan mekar detak pada dada, teraba samar dipendulum yang makin zigzag
Kualamatkan gelisah di dedauan teratai, menyamarkannya di rekahan undak undak kelopak. Memahatkan pada tubuh puisi menyederhanakan rentang damba pada senyum
Teratai, puisi, lelaki berlidah syair. Mengetukngetuk degup kalbu meletakkan di ruang angan. Membatukan rasa yang tak punya jawaban. Merapikan gelisah pada defenisi paling sederhana
Menetaskan ilham di tubuh puisi. Mengeram mimpi menetas bayang-bayang. Berkaca tegar pada teratai sabar, sederhana mekar rekah tanpa di sapa musim
Makassar,08Januari2015
==================
Aroma Sandalwood-Cedar
By: Lia Zaenab Zee
Rangkaian rongga duri di jantung. Tak sisakan ruang senyum tempat kumenanam putik baru. Campuran
aroma sandalwood cedar akan selalu mematahkan langkah berpaling pada hari 365 terulang datang kembali dan kembali. Mengusik sajak sunyi dibab bab mimpi singgah di pelataran igau
Lentik jejari musim selalu menggamitnya singgah, tersentak menekuk kepalan sesal pada bayang bayang hadirmu, menyapa dan kembali menggigit, jatuhkan aroma sandelwood cedarmu di urat memori
Pernah kuletakkan harap di laci ingatan. Lalu, melambai merangkak keluar menggerayang pori bermandi leleh kenangan
Menguap, merayap dan bergerombol bagai mimpi mimpi terulang yang kutulis membaitkan hangat peraduan mimpi. Lalu menyelusuri jejak menyimpan coretan cerita hingga kerontong tinta goresanku, penat
Pun, beranjak ku-uapkan jejak aroma sandelwood-cedarmu, airmata, kenang dan rerindu yang mesti kurampungkan menebas duri duri jantung tanpa ucapan ;
"Sampai jumpa.''
Makassar,10Januari2015
Tidakkah Dada Guncang?
Oleh: Lia Zaenab Zee
Fajar ....
Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta
''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya''
Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA
Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA....
Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan
Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan
Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh?
Makassar,09Januari2015
==================
Surga Itu
By: Lia Zaenab Zee
Syair indah gemeretak rasa paling kalbu, menyeruak batin terekam syahdu. Cericit burung dara persembahan pagi berkah, menyergap ruas kasih mempetakan sayang. Mengulur senyawa pengikatan rahmah leleh di mahligai 'yakin'. Sutra benang merah terpintal usai
Aku Hawa ntuk takdir Adam. Lewat gores inkrahNYA pada sematan kerat hati memerah hangat. Aromamu menggenanginya
Kala rahasia rasa, Tuhan jatuhkan pada jantung. Membiaskan rona pelangi yang tak dapat dihentikan,
indahnya. Ribuan binar menjadi kupukupu menggerayang nadi membara gelora. Titipan Rahman Rahim Tuhan, menyisip hati pada sematan cinta : KASIH SAYANG
Cinta yang merindu memerah tua, makin debar menunggu malam penuh damba. Menanti geliat pelukan berkah sayang pada rengkuh kasih. Janji direstu semesta memeluk peng-Aamiinan ; INKRAH IJABAH
Lantas bersulang menegakkan pilar kokoh peneduh rumah cinta mendindingi kasih mematutnya sayang. Mempuisikan rembulan selembut Nur asih rasa yang kita prasastikan dideraian darah dan nafas penyatuan : SEJOLI
Kita menetap di ayunan buhul tali kasih yang tergenggam pada cinta yang melipur segalanya kita ; LAHIR BATIN
Surga itu adalah aku untuk-mu dan kamu untuk-ku
:)
Makassar,15Januari2015
Kelas Puisi KBM
Lelaki Sempurna
By: Lia Zaenab Zee
================
''Shallallahu alaihi wa sallam"
Rakhmat bagi semesta
Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu
beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat
Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah
Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi
Sholawat ...
Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ...
Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin
Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini
kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat
Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul
Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU
Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan
Tersurah Kalam Atas-mu
"Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu
Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*
Makassar,16Januari2015
Note:
1*QS An Anbiya:25
================
Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee
Lelaki yang bahunya Savana.
Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu
Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia
Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan
Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku
Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA
Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati
''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga''
Makassar,11 Januari 2015
==================
Idrus DumaEvent
Senandika:
Waktu di Usia Terizin
By: Lia Zaenab Zee
Menyelinapkan rekah
gemintang pada labuan
jiwa. Ke-akuan
pemaknaan tuju
Bahwa, tabik dada dalam
kadar yang terukur,
melarungkan asa pada
permukaan tanpa
menenggelamkannya
Usia adalah nafas yang
terizin. Ke-akuan yang
matahari pada lenganlengan
waktu, pertarungan amuk
yang paling tikam.
Membekap dalam sekarat
nafas. Tak memberi jeda
sampai lambaian akhir
pada udaranya
Jika langit nafas begitu
rapuh, dan senyum masih
tercecap manis. Kesyukuran
adalah mahligai yang
mesti dijunjung sebagai
penghamba. Meski dengan merangkak mencari
CintaNya atas
CintaNya, tertabur
Apa yang mesti diagungkan?
Pada akhirnya, izinnya gugur
pada ketiadaan. Serupa
selembar daun yang pasrah terhantam tanah, sekibar
apapun dulunya
''Kita adalah milikNYA
dan hanya kepadaNYAlah
kita akan kembali"1*
Makassar, 07 Januari 2015
Note:1* = QS 2:156
==================
Seperti Ilalang pada
Padangnya
By: Lia Zaenab Zee
Menemukan,
kebahagiaan di antara
serakan belukar onak.
Mengayun pucuk ilalang
penyemai rindu. Ukiran
belai berkah rasa membuncah
dada pada gemeretak degub
melengkungkan senyum, mencoretkan prasasti abadi
akan meng-indah
sederhana meng-aliri
pembuluh
Jika rindu tiba, membawa
lelehan sepoi sederhana,
menerobos duri pada sela
belukar hati, ntuk apa
memetakan jalan panjang
menuju padang rembulan,
yang entah
Desiran rindu memaham
pada apa yang tak teraba,
menuluskan penerimaan,
mengokohkan pilar empati.
Mendekatkan cinta pada
cintaNYA.
Cinta begitu sederhana.
Menjelma sempurna pada
pelukan ulur datangnya.
Rindu me-naif kala
menoktahi dengan ragam
warna, memberi jeda
melukiskan:
''Ketaksempurnaan
pada kesempurnaanya''
Rebahlah, terima bilangan
semesta raya yang mesti
rintik. Biarkan apa adanya.
karena itulah inti 'cinta'.
Seperti ilalang pada
padangnya
Kumenemukan ...?
Makassar,08 Januari 2015
==================
***
Hai BAKMI Writers!
KOMCIBA.
Proyek ini akan terbagi dua kategori.
A. Kategori pengurus KOMCIBA di berbagai daerah
B. Kategori member KOMCIBA/umum.
Syarat dan ketentuannya :
A. Kategori pengurus KOMCIBA.
1. Naskah berupa puisi dan cerpen. maks masing - masing 3 naskah. Insya Allah akan dipilih 2 naskah untuk masing- masing cerpen dan puisi.
2. Naskah puisi maks 1 halaman atau 25 baris (sudah termasuk judul)
3. Naskah cerpen 5-8 halaman.
4. Tema : cerpen dan puisi islami dan yang non islami yang mengangkat kearifan lokal.
5. Format naskah : TNR 12, spasi 1.5, A4, margin 3333, MS Word 2003/2007.
6. Naskah asli bukan plagiat dan tidak mengandung unsur SARA serta pornografi.
7. Semua kontributor akan mendapat satu buku terbit.
8. Tidak di pungut biaya alias gratis.
9. Naskah di kirim dalam bentuk lampiran ke email komciba@ gmail.com
10. Subjek pengiriman : Untuk cerpen : PK-Cerpen-Nama- JudulUntuk puisi : PK-Puisi-Nama-Judul
11. Event di mulai dari tanggal 15 Desember 2014- 15 Januari 2015
B. Kategori member KOMCIBA/umum.
1. Naskah puisi atau cerpen atau bisa mengirim keduanya.
2. Naskah puisi maks 1 halaman atau 25 baris(sudah termasuk judul)
3. Naskah cerpen 5-8 halaman.
4. Boleh mengirim maks 2 naskah cerpen atau puisi atau keduanya.
5. Di tulis dengan format : TNR 12, spasi 1.5, A4, margin 3333, MS Wod 2003/2007.
6. Tema : puisi dan cerpen islami dan yang non islami yang mengangkat kearifan lokal.
7. Naskah karya asli dan bukan plagiat dan tidak mengandung unsur SARA serta pornografi.
8. Tidak di pungut biaya alias gratis.9. Event di buka mulai tanggal 15 Desember 2014- 15 Januari 2015.
10. Subjek pengiriman : Untuk cerpen : MK-Cerpen-Nama-JudulUntuk puisi : MK-Puisi-Nama-Judul.
11. Jika lewat dari waktu DL, maka di anggap gugur.
12. Akan di pilih 25 naskah cerpen dan 50 naskah puisi yang akan di terbitkan.
13. Naskah cerpen dan puisi di kirim dalam bentuk lampiran ke emailkomciba@gmail.com14.
Reward untuk kategori member/ umum
a.Ke 1 terbaik berupa 1 buku terbit + pulsa 50 ribu.
b. Ke 2 terbaik berupa 1 buku terbit+ pulsa 25 ribu.
c. Ke 3 terbaik berupa 1 buku terbit + pulsa 20 ribu.
d. Untuk naskah cerpen berbahasa terrilis(cerpen yang ditulis dengan bahasa sastra) akan mendapat 1 buku terbit + pulsa 50 ribu.
e. Untuk naskah puisi dengan bahasa terindah akan mendapat 1 buku terbit + pulsa 50 ribu.
Jika ada yang kurang jelas silakan bertanya pada kolom komentar.
Salam Pena.Salam BAKMI.
cc : Kang Id
4 Januari
Bening Fajar
By: Lia Zaenab Zee
Fajar ....
Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta
''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isinya''
Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA
Sesalilah diri ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA....
Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan
Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan
Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh?
Makassar,09Januari2015
Lelaki: Bahu Savana Sulur Ridhaku By: Lia Zaenab Zee
Lelaki yang bahunya Savana.
Mengulur sulur ridha di ronce melati ikrar. Kasih sayang kupintal -pinta jadi kembang di antara batang ilalang hijau punggungmu. Jadi bunga menyempil indah mewangi di antara belantara ragammu
Kurangkum rindu. Membiarkan ruah membentara hijau. Menghumus pada cita sepanjang tuju bahagia
Kutitip percaya, kau lelaki dengan selapang Savana tempat menyemaikan tunas gemerincing tawa buah hati ridha Cinta dalam pelukan hantaran esok panjang kita, masa depan
Pun. Savana terpanggang belukar duri-duri meranggas dan beraian bara batu padas. Akan selalu sisakan ilalang salur batang yang menyemai benih dipandangan tegarku
Megah harap, bahumu yang savana kesiuh rindu, dirajai asih, gemerisik musim kan saling papah. Saling jaga, tuk takdir yang diridhai atas NamaNYA
Di kelim punggung savanamu tak kan jemu membaca waktu, meng-eja mohon padaNya. Melupakan gores kerut yang memuramkan cahaya keindahan kasat mata. Cukup, kita saling menemukan pijar kejora yang makin meng-obor pada kasih sayang sejati
''Lelakiku, pada bahumu yang lapang savana, isinkan kutemukan sulur Ridha jalanku menuju Surga''
Makassar,11 Januari 2015
Kelas Puisi KBM
Lelaki Sempurna
By: Lia Zaenab Zee
================
''Shallallahu alaihi wa sallam"
Rakhmat bagi semesta
Sepasang airmata dan keheningan senyawa didoa khusyuk. Sebab rindu pun Nabi. Kurangkul pada hikmat sabda-mu. Terhidu
beranda hari tentang kecintaan ummat yang tak mampu tertampung, puji Sholawat
Tabir puja, bersemayam abadi damba, titah Lelaki Mulia laku Sempurna. Wakil Tuhan terIjabah
Cinta Atas-mu, buhul segala buhul lebur sholawat dalam kerinduan Junjungan. Haribaan rasa buncah, melekat, memahat karat tak mengenal sunyi pada kekaguman yang tak kan surut tepi
Sholawat ...
Berdialog tentang rindu pada Lelaki Sempurna, Mencacah urat urat nadi, leleh lantun mutiara kisah suci. Menjadi berkah ter-Amin. menjeguk takjub dilafal-lafal PUJA-PUJI ...
Suluh penerang ummat. Jiwamu juang karunia kebaikan agung. Junjungan yang tak kan pernah cukup, pujian Bagi-mu. Kemuliaan cahaya-mu wakil cahayaNYA, menyesap kalbu membaurkan rindu, melesat jantung mengekal di mata batin
Lelaki peng-ayun damba. Rindu ini
kekaguman, tak kan pernah habis lelah dijatuhi cinta-i. Lafal nama-mu keselamatan Rakhmat seluruh semesta. Bertahta keutamaan dalam syarat ijabah pengabulan doa. Mulia syafaaat
Rindu kami, rindu kami, Rindu kami pada-mu Ya Rasul
Sungguh! Tak pernah selesai dikejar ; CINTA-RINDU
Engkau, Rasul penutup segala Kenabian, Tiada Tuhan Selain-NYA dan Muhammad adalah Utusan
Tersurah Kalam Atas-mu
"Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu
Muhammad, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, maka ikhlaskanlah ibadah hanya untuk-Nya.''1*
Makassar,16Januari2015
Note:
1*QS An Anbiya:25
================
Tidakkah Dada Guncang?
Oleh: Lia Zaenab Zee
Fajar ....
Selaput pemisah takdir malam menuju pagi. Tika Rabb bertitah dalam waktu gemerlap. Saat berkah nan Agung dipercik ke semesta
''Dua rakaat Fajar lebih indah dari dunia dan segala isi-nya''
Gemetar dalam tetirahnya. Kemuliaan diulur pada kelim akhir malam sebelum seruan Agung Adzan Shubuh kumandang. Kala embun-embun perawan dedaunan diijab kemuliaan waktu. Kala tiap serabut bumi menekuk takzim pada QadhaNYA
Sesalilah diri 'ntuk tak hadir pada jamuan walimahnya AgungNYA. Buncahlah harapan para penakluk penakluk gigil, gegas menemui panggilan semesta pada kalamNYA....
Rakaat Sunnat Fajar: Keutamaan
Rakaat wajib Shubuh: Kemuliaan
Tidakkah dada guncang menTakbirkan detik detik Fajar memeluk Shubuh?
Makassar,09Januari2015
==================
KOMCIBA RATNA
To:ASR_Fr: Lia Zaenab
''Tema: Isyarat Cinta di Lembah Metafora"
1.
Metafora Rasa:
Penyerahan Dalam Doa
By: Lia Zaenab Zee
Di peluk senja, ukiran bola
legam warna mengetuk
peraduan bianglala. Terciprat
sedikit air yang dinamai rinai. Melukiskan sempurna waktu
dan temu kita
Cahaya matahari menua di batas hari menemani senyum bulan seorang Adam. Tak perlu diksi
yang berenda melukiskan degup asing menyerbu dada
Bola retina santun dalam senyum, refleks tertunduk sopan
membungahkan penghargaan
dan kemuliaan magis yang
diulur tanpa perlu sentuhan
telapak tangan Hawa milikku
Lalu, kujadikan kau damba
dengan meneggelamkan cukup dalam pinta doa doa tak jemu.
Dan menjadi metafora: 'ingin'.
Hanya leleh dalam tubuh puisi
Karena kuyakin, doa adalah
puisi yang paling ajaib yang mewakilkan pinta. Tak pernah membutuhkan ejaan, tanda baca, atau apapun namanya
Sang Penerima?
Dia sungguh Maha Penyair. Maha Penilai dan Maha Mengetahui apa saja yang terdetak dalam hati meski hanya sedetak zarrah
Tentang dirimu dan debar asing ini. Cukup kupelihara dan kulafalkan dalam perjamuan perjamuan temu
dengan-Nya: Di bentang sajadah,
di keheningan sujud
Kuyakin dalam pasrah purna, Keagungan-Nya akan mengatur apapun yang pantas disatukan dalam Keridhaan-Nya
Dan kubutuhkan hanyalah
meng-iba doa pada
keberkahan dan izinNya:
''Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya.
Memberkati berdua, meningkatkan kualitas keturunanya. Sebagai
pembuka pintu rakhmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi
rasa aman bagi ummat.''
Makassar,05Januari2014
Note:
Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Imam Ali
==================
2.
Hujan: Saksi Sumpah Suci
Oleh: Lia Zaenab Zee
Tingkap musim tetiba di batas kemarau. Mengirimkan jala uap jelma air. Mencadai matahari, tersalut tirai awan. Memercik sejuk, membasah dalam luruh tetirah langit
Kau dinamai hujan. Menjeguk, tersipu gerah berjinjit pergi. Melukis waktu pada gigil.
Mempenakan barisan kenang.
Bahagia dan duka
Bahagia membenak. Romantis
ber-angan kehangatan perapian. Kala, hati buncah syukur dalam lisan melirih. Lambaian sayup dendang harapan tentang rumah ijab qabul. Canda cinta tersaksi malaikat dalam payung RidhaNya.
Khitbah telah akad. Tunai satu langkah menuju rengkuh lakilaki halal dunia akhirat. Kujaga tapak pertama lafal janji menuju perjuangan indah tunai Sunnah Nabi
Musim basah lumbung cinta dan butir rindu diteteskan takdir atasku. Semoga jalinan sutra asmara mewujud sebagai cinta terberkahi.
Ijab akan mendekapkan cinta kita dalam penyatuan sukma atas izinnya
Ijab qabul puisi terindah --memberi terima-kan. Merampungkan separuh agama dalam lebur buku nikah. Saat ijab terucap, rahmatnya rinai menyertainya. Menjadikan kita sejoli belahan jiwa, separuh tak bermakna seutuh menjadi kita
Mengikrarkan apa yang selalu kita namai cinta, mentasbihkan halal ciuman di kening dari laki laki
yang : 'Arsy' meng- Amininya
''Kupinang kau di pelataranNya.
Ijab Qabul dan Syahadat sebagai benang pengikat yang terulur dari Arsy. Meng-ingkrahkan halal pada Cinta.''
Kelak, andai bentang jalan kita cedera dan berbatu, merintikkan derai airmata. Kuharap doa menabahkan dan ijab sebagai tameng
Awal segala cinta dan akhir segala rindu bersamamu. Awal segala cerita dan akhir dari buku hidup. Saling memapah menuju SurgaNYA
Makassar,05Januari2015 ===================
3.
Luka Kepulangan yang
Kurampungkan Pada Doa
Oleh: Lia Zaenab Zee
Kadang kenangan menikam
dirinya dalam ingatan. Setia menenggelamkan basah pada pedih hanya sebagai penggugur rasa sakit. Dan mencintaimu kujatuhkan
dalam tangis agar tak menyisakan lolong perih
Tabah dalam luka, mengurungnya dalam rapat kelapangan, meski angin tlah mendesaukan ikhwal pulangmu
Menyeduh pinta di secawan doa, mereguk sepi di sayapsayap malam. Membuang naif ingatan akanmu
dalam lafal Dzikir, tengadah doa
Bukankah tlah kupaham? Ribuan jarak tak terukur melemparkan
pada bola api sesak. Tiada peri. Namun nalar kesadaran menghadiahkan penghujung garis sekarat. Mungkin semua arsiran rindu adalah luka sayat yang mesti tabah diterima isak. Pasrah penyerahan
Kelak, ketika kenang teramat
enggan beranjak, hanya pada-Mu
aku merampungkan keluh. Meski
tak selalu mampu sebagai penadah airmata : Keikhlasan purna
"Kita adalah milikNYA
dan hanya kepadaNYAlah kita
akan kembali."
Lalu kutemui pagi, yang selalu pandai meredam sepi kehilanganmu. Ditingkap desis didih air yang bersolek menyambut akad serbuk kopi dan leleh gula, serupa janji kafan pada sosok Cinta yang telah kembali pada pemilikNYA yang lebih merinduinya
Lalu sebuah senja melakolis yang nekat, memutar senyummu pada kepulangan camar semusim lalu. Nyeri kujeda pada lapisan selai roti yang terkunyah pahit. pada lantunan ampunan. Pengakuan ke'takberdayaan
Dan pada akhirnya, sunyi kulipat di ruh ayat ayat suci-Mu. Cabikan rindu hanyalah nyala diksi yang kumohonkan telah tuntas tenggelam pada kolam tangis Ke-ikhlasan
Menangisi Cinta beserta rindu mesti kuhentikan bersama luruh bianglala. Menyemai bahagia kusuburkan pada ruang lain. Dan ingatan akanmu kukuburkan beku
hanya sebagai masa lalu, pengingat : --Kefanaan.
Pun, jika rindu dan kenangan menghadirkan sisa ngilu di belahan dada merenggut jantung. Aku kan tegar merapikan nyeri pada
lengkung senyum rapal doa doa
Karena pentas kesedihan hanyalah elegi rahasia yang cukup disimpan di kelopak kornea mata.
Memaparkan pembacaan akan Kekuasaan-Nya, kesementaraan begitu rapuh, kita
Dan kurampungkan episode pergimu di rukuksujud panjang, rentetan rintih kepasrahan penyambung Cinta pada CintaNYA
Makassar,06 Januari 2015
===================
Note: ''....'' = Al baqarah:156
Ø¥ِÙ†َّا Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ ÙˆَØ¥ِÙ†َّا Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ رَاجِعُونَ
Innalillaahi wa inna ilayhi raji'un
''Surely we belong to God and to Him shall we return''
===================
4.
Pada Lelaki yang
Menamaiku Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Lelaki yang namaku disebut Cinta.
Rindu kubuhul erat di hati paling palung. Membahasakan dengan abdi asih, meng-amini Al Fatihah di Iqra lima waktu. Selangkah ada di belakang dalam setiap : Takbir,
Tahmid dan Tasbihnya
Lelaki yang dengan Asma Allah di sebut, halal bagi segala 'kita'. Lelaki yang di pundaknya kutumpangkan harap indah menuju Surga-Nya. Lelaki yang di lengannya Ibu melepasku dengan derai airmata bahagia. Lelaki yang Ayah mengamanatkan tuk menuntunku menuju jalan Sunnah Nabi pada RidhaNya
Mempersembahkan aku istana tuk menjadi Ratu bagi kerajaannya. Menjadikan auratku, pahala yang lebur dalam segala. Degub jantungnya bahasa suci yang kupelajari tika bersandar di dadanya
Adalah jemarinya menyurat cinta di jejariku. Sebab rindu ialah ikrar mempelaimu yang kau tumpahi tuba paling suci yang Ridha. Kuingin, kala kau membaca mataku, seperti membaca kitab suci yang di dalamnya berenang kejujujuran, keikhlasan dan ketulusan, hingga membuatmu ingin tenggelam dan bermukim selamanya untuknya
Dengan itu, menjadi sirahku menuju surga menemui Fatimah
Az Zahra dalam golongan Wanita Sholeh buluh perindu Imamnya
Jalan satu satunya agar rindu ini tetap suci, adalah membasuhnya dengan doa doa pengasihan. Menjadikan indah jadi bunyi yang tercipta dari lidah lidah kepasrahan.
Melukiskan kesyukuran melalui raka'at raka'at khusyuk di hening sujud
Bukankah segala tentang cinta ini, ialah kitab suci rindu yang mesti dibaca dan dipelajari. Agar cinta menjadi semangat kasih sayang yang bercahaya dalam kegelapan dan mensyukuri bahagia yang detak di nadi tanpa perlu diucapkan
Lelakiku, kuberi ranum senyum terima kasih ntuk tlah menamaiku
; Cinta
Di mana dalam istana yang namaku adalah Cinta dengan mahkota ratu. Setiap pagi tersedia secawan rindu tersaji dua hati menjadi satu terbelit kokoh dalam takdir ijabNya, mengikatnya menjadi : Satu
'' Lelakiku
Matamu puisi, dadamu mesjid suci dan aku tulang rusuk yang IradahNYA mempertemukannya''
"Saling memiliki tanpa henti sampai nadi kehilangan detak. Dan Demi Dzat yang Suci atas Kehendaknya kita akan disatukan di Surga-Nya kelak. Aamiin.''
Makassar, 13 Januari 15
===================
Makassar, 06 Januari 15
===================
5.
Metafora Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta, di hidup yang begitu tipis
Lalu,
Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta hadir di kefitraan HATI. Jika teramat sulit menemukannya, karena kita membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau dan tak teraba
Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan ditemukan gemanya, pada segala penjuru semesta. Bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan seluas luasnya pada taburan CintaNYA
Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta, tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta
Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan
Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakar dan belenggu : nafsu
Cinta adalah air kehidupan:
'' Dan dari air kami jadikan
segala sesuatu itu hidup''1*
Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karena Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya. Maka bakarlah dada ditiap tiap detik nafas dengan : Cinta. Dia tak pernah menyesatkan, jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta'
''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2*
Makassar,07Januari2015
Note:
-Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi
-1* = QS 21:30
-2* = Ar Rumi
_______________________
Senin, 12 Januari 2015
Refuse Ellunar no attach
Renyah Kenangan
Oleh: Lia Zaenab Zee
Mula cinta menatap
di sepasang mata lugu
culun pada pendulung
silam lalu
Bersama puisi sederhana penyampai rasa yang
gentayangan mendada
Kepala tertunduk malu
meredam lonjak degup
menjalar jantung,
..., amboi inikah cinta?
Menghantar sekotak buhul
rindu berenda cinta sepasang
sejoli: putih abuabu
Hari kita, binar kepak lugu
buncah cemerlang, selalu
saling menunggu dalam debar,
di gerbang sekolah
''Andai kau daun aku
adalah tangkainya.''
Coretan alay penghantar
tidur malammalam
Cinta monyet di genggaman
Indah sederhana, penambah
rasa manis cecap di teh'
: pagipagi
Cinta yang melembutkan
gemuruh guruh di musim
basah, mengusap peluh
di musim gerah
Cinta yang dilakon tanpa
perlu arahan sang sutradara
Tentang punggung puisi
yang penuh beban saat ini
Teringat padamu, lelaki
belia bersyair ringan
Pemantik api rindu gelora, sepanjang usia cinta pertama
: KAU--AKU
Kelak, saat kita senja,
puisiku yang berat kan kucampakkan, mencari
kisah cecap rasa gurih,
pada rasa riang merah
jambu hati
: AKU--KAMU
Cinta yang polos,
mengindah apa adanya,
dalam senyum pengenangan
: KITA
Makassar,30Desember2014
NB: 17 Baris
=================
ARIA MANDIRI EVENT
Judul: Lekat Benak Musim
Oleh: Lia Zaenab Zee
Tingkap musim tetiba
di batas kemarau
Mengirimkan jala uap
jelma air
Mencadai matahari,
tersalut tirai awan
Memercik sejuk, membasah
dalam luruh tetirah langit
Kau dinamai hujan
Menjeguk, tersipu gerah
berjinjit pergi
Melukis waktu pada gigil
Mempenakan barisan kenang
Bahagia dan duka
Bahagia membenak
Romantis ber-angan
kehangatan perapian
Berai, nyeri teraba dada
kala amarah airmu tumpah
meleleh nelangsa bencana
Bulirmu gemerlap lugu
terpapar balon lampu, rupai
mata peri dalam sumringah
pecinta
Menyeduh senyum madu
tentang indah setelah luka
Juga tentang kolammu
yang membungkam keriangan
harum rempah dapur
Mengepak derita ditempat
tempat pengungsian
Hujan sejuta kisah
Airmata ilham di mata puisi
Airmata kelopak di mata
musim yang menjingga
kelabu
Dan gendang talumu masih
hadir di atapatap
Munajat meningkah di pinta
yang tak mengenal musim:
''Dekap hamba selalu lekat
dalam cinta''
Makassar,25Desember2014
==================
CERMIN FAJAR
1.
Menuju Almanak yang
Tanggal Satu Persatu
Menuju pintu lubang waktu
Tercekat linglung tarikh
Ada bagian siklus menggelisah
Adakah kecemerlangan nilai,
yang maktub di arsy
Bilangan rahasia yang rahasia
Pada gelisah yang haru
Pada kehangatan meruah syukur
Pada kepak gundah salah tuju
Pada ke-akuan yang karat
Pada pencarian bahagia yang
tak mampu didefenisi dan terbatasi
Menggunung cemas
bekal perjalanan abadi
Makassar,25 Desember 2014
===============
2.
Judul: Lekat Benak Musim
Oleh: Lia Zaenab Zee
Tingkap musim tetiba
di batas kemarau
Mengirimkan jala uap
jelma air
Mencadai matahari,
tersalut tirai awan
Memercik sejuk, membasah
dalam luruh tetirah langit
Kau dinamai hujan
Menjeguk, tersipu gerah
berjinjit pergi
Melukis waktu pada gigil
Mempenakan barisan kenang
Bahagia dan duka
Bahagia membenak
Romantis ber-angan
kehangatan perapian
Berai, nyeri teraba dada
kala amarah airmu tumpah
meleleh nelangsa bencana
Bulirmu gemerlap lugu
terpapar balon lampu, rupai
mata peri dalam sumringah
pecinta
Menyeduh senyum madu
tentang indah setelah luka
Juga tentang kolammu
yang membungkam keriangan
harum rempah dapur
Mengepak derita ditempat
tempat pengungsian
Hujan sejuta kisah
Airmata ilham di mata puisi
Airmata kelopak di mata
musim yang menjingga
kelabu
Dan gendang talumu masih
hadir di atapatap
Munajat meningkah di pinta
yang tak mengenal musim:
''Dekap hamba selalu lekat
dalam cinta''
Makassar,25Desember2014
===================
BUDAYA FAJAR 26Des14
1.
Lingkar Raihan Damai
Oleh: Lia Zaenab Zee
Semburat cahaya percik surga
Kilat pemecah malam
Tarikh menunggu resah tanggal pada antrian
Malam merayap senyap selepas cahaya
Sayap kelam bentang
Kuhirup hawa dalam isak basah yang syukur
Kelopak hati disudut kenang, beruah kisah putih dan hitam
Ikhlas tertitip dipintupintu ikhtiar,
kunci ribuan isi pendora hati
Terkemas kenangan
Memilah telisik
Mengharap membengkelkan
warna buram, mengecatnya menjadi terang
Pada berai tautan rasa
Selalu ada tempat menuang
Pada tubuhtubuh puisi
Pada sentuh embun pagi,
pada tarikan sumringah
kecambah benih...
Selagi semprotan nyawa
masih terpegang
Ini adalah kesadaran ntuk
instropeksi
Ternamai basuhan
: Kebahagiaan
Di ulur tangan kelembutan asih
Membagi dikuyu mata kaum papa, yang serak dijelaga hidup
Mengerek degup cahaya pada lingkar raihan damai
Makassar,25 Desember 2014
===============
2.
Tameng Bencana
Oleh: Lia Zaenab Zee
Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka
Air terus berpesta pora dalam dendang awan
Tabuhan gendang guruh, kilau cahaya kilat
Cemas menggantung di pintu ruang
Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa
Menerbangkannya bersama waktu
Gelisah pada basah yang meninggi Pada jilatan air pada tepian
tatakan bata rumah-rumah
kumuh pinggir kali
Haruskah kembang api berton cahaya meledak di udara
angka ''15''
Terjeguk gemeretak gigil dari
atapatap rumah yang separoh tenggelam?
Ataukah?
Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang
Mengalir, menganakkan luka,
perih nelangsa: Bencana
Ampunilah kami
Cukup duka yang kau wakilkan Meski khilaf-khilaf kami
mengolam dan jelma samudera
Andai, air mata yang menghamil
di perutperut kantung mata
Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang
Mengerahkan payung awanNya
Jadi tameng segala ''bencana''
Makassar,25 Desember 2014
===============
3.
Tidak Ada Kepergian yang
Tak Mampu Ditanggung
By: Lia Zaenab Zee
Pada setiap kepergian
Dia tidak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu ditanggung
Karena selalu ada keajaiban
di balik setiap kejadian
Ataukah jitakan pada kerelaan
kita yang begitu betah berpeluk jenggala syahwat nafsu
Padahal Tuhan selalu setia menunggu kita datang
Ketika hujan airmata duka menderas
Gegas kemas mencari Tuhan
yang berdebu di sudut hati, Merengek menyulap doa,
gegas mencari muka
Memohon surga secepat-cepatnya
Jika lukamu tak bisa melebihi kuasamu
Biarkanlah lukamu kau serahkan
bulat padaNya
Lihatlah
Betapa bodoh, naif
Betah terkecup bebara nafsu
Lupa ...
''MenggandalkanNya''
Makassar,25 Desember 2014
===============
#Project_puisi _3 DINs
Lelaki Pengapit Asa
By: Lia Zaenab Zee
kepak camar menyisakan serabut bulu pada akar angan. tetiba
meruak cerita menggelitik hari bernas pada ketukan pintu mimpi mimpi malam
lelaki, apa yang menuntunmu mampir membawa pesan camar
ber-andai, di pilar goyah yang tak kau pahami?
kemudian, menegakkan hari menyapih lahan batu jantung, membujuk kecup serenai hati. kubumbung pintuku mengasap seribu doa-asa pada ucapmu suatu pagi:
''Tunggu aku, di kotamu''
nada tak tertawar menghalau
benak tertimbun debu musim kemarin lalu. menggenapkan senyum pada musim jelujur bentang ruah deras basah
awan telah tuntas mengisap debu kemarau bersalin gigil yang makin kuyup kini. tapi perjalanan ke kotaku sayup-senyap makin tak bernama
Makassar,11Januari2015
===================
#Project _Puisi_2
Juara DINS
Renyah Kenangan
Karya: Lia Zaenab Zee
===================
Mula cinta menanar
di dalam bola mata lugu
culun pada pendulung
silam lalu. Berselaput
puisi sederhana penyampai
debar resah yang
gentayang dada
Menyimpan buncah jengah
meredam lonjak degup
menjalar sudah ke jantung,
..., amboi inikah cinta?
Sekotak buhul, semenda asa
rindu merenda cinta sepasang
sejoli: putih abuabu
Binar kepak lugu menjalar
buncah cemerlang, selalu
saling menanti berteman debar,
di gerbang sekolah
''Andai kau daun, aku
adalah tangkainya.''
Ucap bibir alay menghantar
tidur malam dan mimpi
Cinta monyet merebak
genggam. Mengindah belia, penambah rasa manis cecap
di teh': pagipagi
Cinta yang melembutkan
gemuruh guruh di musim
basah, mengusap adem,
peluh keluh di musim gerah
Cinta yang lakon tanpa
perlu arahan sang sutradara
Tentang punggung puisi
yang penuh beban saat ini
Benak menujumu, lelaki
muda bersyair ringan
Pemantik api rindu gelora, sepanjang usia cinta pertama
: KAU--AKU
Kelak, di perak rambut
senja, bab puisi yang berat
kan kucampak, mencari
kisah cecap rasa gurih,
pada cerita rasa renyah
genggam merah jambu
hati : AKU--KAMU
Cinta polos, mengindah
laksana titik embun perawan
di daun daun cemara pada
batang syair yang sedang merangkul kenangan
: KITA
Makassar, 08 Januari 2015
=====
Absurditas Gemuruh
Langit Kepergian Masa
By: Lia Zaenab Zee
Pang ..., pong..., bumm ...
Gemuruh dentang kisah
malam. Manusia menangisi kepergian waktu dalam isak
mercon api di udara. Mempertarungkan awan
pada cahaya api, syahwat
manusia atas nama keriangan
Absurd ambigue kematian
masa disyukuri dan dipuja. Kebingungan yang terprasasti abadi. Merelakan duit terbakar bersama percikan kekaguman
siasia pesta kegelapan
teori rekayasa nalar bernama kemoderenan
Bung ..., bung ..., bumm ...
Matilah satuan waktu.
Rayakan ketuaan bumi
dalam soraksorai
Bekukan empati tentang
duka di kepala, di lengan,
di bahu, bahkan sampai
di ujung rambut, laruh
dalam bola percik-percik
api melangit pekik
Tuhan maskul, pangeran
kegelapan merekahkan
senyum sumringah merampas
utuh otak pikir manusia
Doa terapal senyap di pinggir
langit nyala api mercon dengan hanya segilintir manusia yang menangisi kematian bilangan musim
Makassar, 01Januari2015
===================
Mawar Merah dan Belati
By: Lia Zaenab Zee
Lelaki kesedihan,
mengalir darah di jemari
mawar yang berduri.
Mawar yang bisu cinta
yang gugur
Di Bahu senja, tubuhnya
merebah. Mawar merah
dan belati di sisi. Lelah
rindu menampung ceceran
nyeri pada dada yang hampa
Masih disisakan doa....
Jika mawar indah pada
kumbang yang lain.
Melepasnya dalam
tegar yang merah,
semerah kelopak yang
melukiskan sakit paling sakit
Diakhir semua rindu,
malam menutup pada
mawar berkelopak belati. Persembahan bagi sayat
jantung memerah perih
Kelak, hati memaklumkan
jantung membaca indah
mawar runcing duri yang
merobek
Makassar, 08Janusari2015
===================
#Project_Puisi_2
Juara DINs
Merentang Pelukan
Oleh: Lia Zaenab Zee
Ruangku berudara gelisah,
almanak menggugurkan
ingatan yang tak tanggal
Aku busungkan dada
melawan waktu, memohon
sepenuh mampu, jika
ingatan akanmu
memerahkan cemas
sepanjang malammalamku.
Aku tegak merentangkan
peluk penerimaan
Meski hariku sesak
memekik laut harap yang
tak jua bertemu muara.
Dan dekapku ceceran
hangat mengecup beku
Akan kubiarkan rasa ini
betah mengendapendap
di dada, meski kutahu akan
terjungkal pada tepisan
pelukan
Akan kueja namamu,
sampai mengarat lekat
di palung hati. Meski
mungkin meracuni jantung
Kelak, karat rasa ini akan kuprasastikan pada obituari
rasa. Mati pengharapan.
Rindu yang serak di belahan
waktu terhimpit
memecahnya dalam cerita
gundah tentang rasa yang
tak dicecap
Tiba pagiku, tetap
mentasbihkan rindu
beraroma punggung lelaki
penyair. Bertarung aksara
melawannya, membuang
sepi di batang puisi
Sepi kutaburkan di peraduan panjang memeluk hening. Menjadikan aksara nyeri,
penghias telaga air kelopak.
Kurentang peluk penerimaan
Menghimpun ribuan mimpi
damba akan perlahan jelma
jadi anakanak puisi.
Kokoh dalam tabah
''Dia pernah hadir, hanya
sebagai kisah.''
Makassar,08Januari2015
===================
Pesan Sunyi
By:Lia Zaenab Zee
Pesan sunyi, terkulai senyap
jenak tegar. Menggerayang
lembar almanak rasa yang
berayun, rupai jembatan
cerita yang memabuk bimbang
Kupenuhi wadahku kuntum
kuntum putik, mengharapkan
tak kutemui ada sentuhmu di bungaku. Kuingatkan tak kan
kutemui aroma baumu
di kelopaknya
Kesadaranku tak kenal teguh.
Tika kebun bungaku tercucup kumbang rupaimu.
Menetaskan liur
menyambung memori
pengakuan:
''Rindu tak mampu terusir''
meski duriduri batang
tlah terpasang sebagai penjaga
Pembaringan semakin sunyi.
Saat mengulur benang kesan
yang kubuang, terduga,
telah pupus
Menguntai tegar
batukan hati
Makassar,26 Desember 2014
===================
Menyapih Damai
By: Lia Zaenab Zee
Dalam hitungan hari
Dentum penanggalan usang mati
Menetas kubangan hari baru
Membuncah berlariklarik doa
Menawar harap
Menghitung laku
Membaharui kecintaan
ranah berbangsa
Menengok toleransi
sapihan damai
Mengokohkan sendi diri
pada tegak yang santun
Memurnikan keyakinan,
dengan tidak buruk sangka
Makassar,26 Desember 2014
===================
Judul: Lekat Benak Musim
Oleh: Lia Zaenab Zee
Tingkap musim tetiba
di batas kemarau
Mengirimkan jala uap
jelma air
Mencadai matahari,
tersalut tirai awan
Memercik sejuk, membasah
dalam luruh tetirah langit
Kau dinamai hujan
Menjeguk, tersipu gerah
berjinjit pergi
Melukis waktu pada gigil
Mempenakan barisan kenang
Bahagia dan duka
Bahagia membenak
Romantis berangan
kehangatan perapian
Berai, nyeri teraba dada
kala amarah airmu tumpah
meleleh nelangsa bencana
Bulirmu gemerlap lugu
terpapar balon lampu, rupai
mata peri dalam sumringah
pecinta
Menyeduh senyum madu
tentang indah setelah luka
Juga tentang kolammu
yang membungkam keriangan
harum rempah dapur
Mengepak derita ditempat
tempat pengungsian
Hujan sejuta kisah
Airmata ilham di mata puisi
Airmata kelopak di mata
musim yang memurka
Dan gendang talumu masih
hadir di atapatap
Munajat meningkah di pinta
yang tak mengenal musim:
''Dekaplah hamba lekat
dalam cinta''
Makassar,25Desember2014 ===================
#Project Puisi_3 Dins
Melodi Puisi, Teratai dan Lelaki Penyair
By: Lia Zaenab Zee
Tatapan teratai
Berayun senar puisi pada rintik hujan di daunmu
Memahat bayang gelora lelaki penyair dalam jarak lautan
Mengisi dada dalam jarak selaput
Puisi yang melodi
Mengirimkan pesan mekar detik pada jantung, terangkum samar di pendulum ritmik yang makin zigzag
Disematkan di celah gerombol
teratai, menyembunyikan
direkah undak undak kelopak.
Ditemukan puisi, dironce di lengan buhul rerindu damba
Menderas gelisah, rerangkai diksi diksi syair meliuk bara membakar
Haruskah teratai luruh dalam linu?
Teratai, puisi, lelaki berlidah
syair. Trus mengetukngetuk detak
kalbu meninggalkan sunyi di ruang angan
Hanya, menetaskan ilham di tubuh puisi. Memelodikan tembang lara lengan tak raih, erami mimpi menetas bayang-bayang
Makassar,25Desember2014
===================
Aroma Hujan
By: Lia Zaenab Zee
Berdiri di bahu Desember
Menapis angka yang tanggal tergeletak muram
Dua Desember tlah pergi
Merayap sengat janji
yang ber-akhir, masih
''Nantikan aku sebelum
akhir tahun''
Dan lebur janji berai tak
mampu terjulang, tak kan
pernah
Remahkan senyap isak
Hanya mampu mengaduk
kenang
Menghangatkannya pada
kepulan asap di secangkir coklat
Mematut namamu, lukis
Atau, ada saat kubiarkan
air kaca kornea menari
bersama rintik hujan
Membohongi kristal airmata menyamarkannya luruh
bersama kristal hujan
Pernah kusalahkan temu,
Datang membungkus
rindu yang rimbun
'Tika saatnya terenggut
Sisakan akar rindu,
membelukar liar pekat
Banyak saatnya detik arif,
membalut ceceran luka inci
demi inci, menyeka ingatan
Tapi ada saatnya senyummu
nakal, susup mengendap
endap di celahnya
Merintik kenang, cabikan
keluh nyeri memeluk
Ada saatnya imajinasiku
me-liar, blunder dimesin
waktu
Tahutahu terbangun;
''Desember dan Aroma
hujan terlewat''
Makassar,24Desember2014
To Bang Tommy Ananta
===================
1.
Rapal Doa dalam
Derai Hujan
Oleh: Lia Zaenab Zee
================
Hujan,
datangmu terbawa bersama
peri penghambur dingin
menggoda raga dan tulang
Riuh kicau angin pada musim
Wartakan riang di rekah tanah
Merayu debu kembali pulang
Kecambah bibit sumringah
Alam berbasuh, berhias dansa
beriring gemulai awan
Gemuruh gendang guruh
Tertingkah lekuk kilat cahaya
Menawarkan pelaminan pelangi
selendang warnawarni, siluet lengkung keindahan
Belum genap pelukan gigil
pada reranting daundaun
'Tika di belahan belahan
tempat yang surgawi
''Memekik retas luka
dijasadjasad beku membasah
dalam amuk bencana.''
Banjarnegara, Sangihe,
QZ 8501...
Lalu, undukan gunung yang memanas murka
Dinding paku air deras
Menawarkan palu godam
goncang
Merontokkan tanah,
Terhempas lara burung besi
Membuncahkan pedih kepergian
Meratap rohroh terlepas
Kolam kornea,
Tempat menetap titipan
telaga airmata, curah ...
menyaingi deras luruhmu
Istigfar pekik lelangit
Mencari belas kasih
Panglima segala Panglima
Menyibak awan Arsy
Kasihanilah. Ampunilah
Cukupkan bentak tegurMu
Kami teramat : lemah
Genggamlah
Bunuh ke-akuan
''Bahwa kami kuat''
Kapar
Sejuk airmu RakhmatMu
Engkau menguji kami
dalam bara leluka nestapa
Dan kristal basah bening
masih bentang luruh
Bersama senandung hujan
syahdu
Musim masih penuh berkah
Tembang doa alam semesta
Pintalan harap
Tenunan resolusi
Bercermin rima ritme
isyaratNya
Pada khilaf yang kelam
Merobek jelaga fitrah
Penciptaan-Nya, ini teguran?
Muak pada dada busung
kita yang naif lagi lalai
Lihatlah
Hanya dengan untai
hujan bening yang hening
Angkuh kita, lunglai rintih
Begitu rapuhnya?
Pesan Keagungan
terang di hadapan
Jungkal jumawa
Beri kita kantongkantong
air yang isak rintih deret
tidih menidih, ...
Kening sujud;
''Tobatan Nasuha''
Di derai hujan, waktu
mustajab melantun doadoa
Menekur pada Sunnatullah
Bahwa tiap tetes hujan,
berkah tasbih bersamanya
''Bukankah Hujan adalah
Rakhmat? gegaslah
menyadarinya."
Makassar,04Januari15 ================
Pasrah Terhantam Tanah
By: Lia Zaenab Zee
Menyelinapkan rekah
gemintang pada labuan jiwa
Ke-akuan pemaknaan tuju
Bahwa, tabik dada dalam
kadar yang terukur,
melarungkan asa pada
permukaan tanpa menenggelamkannya
Ke-akuan yang matahari
pada lengan-lengan waktu
Bahwa masa adalah
pertarungan amuk yang
paling tikam
Membekap dalam sekarat nafas
Tak memberi jeda sampai
lambaian akhir pada udaranya
Apa yang mesti diagungkan?
Pada akhirnya, kita gugur
Serupa selembar daun yang
pasrah terhantam tanah,
sekibar apapun dulunya
Makassar,23Desember2014
===================
Edelweis Merah Jambu
(Dalam Kenang)
By: Lia Z Zee
Mungkin cinta yang menyinggah hati, hanya uji ntuk dirinya sendiri Seberapa karat yang ditinggalkan
Seberapa kata yang tertuang menuliskan sejarahnya
Seberapa jauh imajinasi kita mengaitkannya dengan edelweis merah jambu terpetik,
yang abadi adanya
Ataukah seberapa kita memaknainya sebagai bagian tumpukan anugrah kenang, mengenangnya dengan senyum ataukah dengan temaran muram debar
Dicopot dalam barisan daftar kenangan yang lain
Dan semua hanya bernama
--Kenangan
Makassar,22Desember2014
===================
#Menang di KBM ASR
Percikan Surga
By: Lia Zaenab Zee
Serabut urat menyambung
darah, di kelahiran aku
Selaput urat kasih sayang
terkokoh dari percikan Surga
Pahatan jemari kelembutan mengalirkan sejuk asih
ternyaman yang diberkahkan
pada bumi
Dilengkungkan disenyum
tertulus yang anak manusia
pernah kenal
Bahumu bentangan langit
ayunan berpelangi ronarona
indah, tempat mengasoh
sepanjang hayat
Bola matamu samudera doa
Jelmakan kolam airmata bidadari, meracik pinta pintu kebaikan
pada semai bibit rahim
Hatimu, tempat hulu dan
muara segala cinta
Sambungan partikel ridha
terulur di sapuan telapak kakimu
Ibu
Pengasih Penyanyang Tuhan
Semat di dada air susumu Kumpulan ruh nafas sedekat
usap aliran Surga yang
tertuang dalam KitabNya
Ibumu... Ibumu... Ibumu
''ANDAI, diizinkan manusia
saling menyembah, maka sembahlah IBU.''
Ibumu... Ibumu... Ibumu
Makassar,21Desember2014
===================
#puisi_cinta_sang_pelaut
Judul: Lelaki Penabuh Angin
Oleh: Lia Zaenab Zee
pernah kusisakan ladang
tandus tak benih
pada lelaki penabuh angin
bernafas layar berimba laut
tak semai tak terkecup
musim
sisa asin laut menghunjam
tanah
sisakan hara sepeninggal
labuhan angin
humuskan tanahku,
penyubur siluet ombak
elang tatapmu
mengenalkan mimpi asing
yang terbangun senyap
berkelana merimbun bayang
pada lengan lelaki samudera
teraroma buih lautan
mengirim sinyal rasamu
mengerek arah angin tepat
tertuju ke kutup jantung
memaksa sekarat dirindu
tiada peri
Makassar,20Desember2014
===================
Metafora Cinta
By: Lia Zaenab Zee
Dengan batas antara nafas dan kematian hanya setipis serabut rambut maka jangan tanam apapun selain Cinta di hidup yang begitu tipis
Lalu,
Jangan pernah mencari Cinta untuk ditanam, sejatinya Tuhan telah meletakkan ruh Cinta itu hadir di
hati. Jika teramat sulit menemukannya, itu karena kita yang membangun benteng kokoh pembatas hingga Cinta tak terjangkau
Jika ikrar sepenuh yakin mencarinya. Cinta akan kau temukan gemanya pada segala penjuru semesta. Dan bahagialah mereka yang menadahkan kain penerimaan pada taburan CintaNYA
Cinta tak perlu penjelasan, karena bila Cinta memerlukan defenisi, alasan dan tafsiran, maka itu bukan Cinta tapi rupa Cinta yang bertopeng Cinta
Apapun yang kau dengar dan yang kau kira Cinta hanyalah permukaan kulit. Sebab inti dari Cinta adalah rahasia Sang Pemilik Cinta yang tak pernah bisa terungkapkan
Tahukah, andai gula mengerti manisnya Cinta. Gula akan malu karena manisnya tak seberapa. Dan bila masih betah mencumbu nafsu jangan pernah mengatasnamakan Cinta. Kalau ingin mendekatinya bakarlah dan belenggulah nafsu
Cinta adalah air kehidupan:
'' Dan dari air kami jadikan segala sesuatu itu hidup''1*
Cinta melanglang, melampau semua yang bernama dogma hasil dari defenisi manusia, karean Cinta dihadirkan Tuhan dengan lengan lengan yang bentang pada keseluruhan PenciptaanNya
Maka bakarlah dada ditiaptiap detik nafas dengan: Cinta
Dia tak pernah menyesatkan jika itu terjadi itu bukan: 'Cinta'
''Dengan Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya atas Cinta ketiadaan menjadi keberadaan.''2*
Makassar,07Januari2015
Note:
-Terinspirasi: Quote Jalaluddin Ar Rumi
-1* = QS 21:30
-2* = Ar Rumi
________________________
#PuisiLiris
Faa...
Bahu Desember mengkerut
dingin. Ribuan jarum air
menikam jantungnya.
Mengalirkan pesan gundah wartamu yang makin keruh
Mimpi berkelana sekilas
bayang, memungut rindu
merintik pelan, meng-asin,
perih
Menguap, mengawan di kolam kornea, menganak sesal kerak pertemuaan
Mencemoh janji sebatas leher. Mencekik jarak yang
mematahkan waktu.
Menghentikan dendang kalbu
berlaras damba
Makassar,20Desember2014
________________________
Menang di DIN's
Kupercayakan Rahasia
Besarku
By: Lia Zaenab Zee
Pekat malam tua gigil yang
senyap. Terengkuh lena
dalam hangat pelukan.
Kecambah mimpi merayap. Mengecup rekah senyum
dalam ayun lembut kelonan
Kau. Kecintaan terrindu.
Selalu mengetuk liar batin
ntuk pulang ke tubuhmu
Aromamu membaui hidung
begitu lekat memanja.
Partikel ternyaman raga,
Padu batin, pada tiaptiap
arah inginku menanti
kapanpun aku berlabuh
Benak selalu sibuk
meng-anganmu bila sekejab
jauh darimu. Penghimpun
setia cerita dalam kibar
dan layu perjalanan
Bukankah rahasia besarku
ada padamu.? Kesejatianku
terang di hadapamu. Rekam
jejak melukis dinding mata jendelamu. Amuk laku
tertayang tammat ditatapmu. Bungah hati tertulis
dilantailantai ayunmu.
Senyum kugesekkan riang
di kisikisi angin yang
berdansa goda bersamamu. Menemaniku menari
di putik mekar mawar
merah jambu hati
Benarkah rahasia besarku
telah larut disenyawamu.?
Menyatu batin, saling
merindu. Berpeluk hangat
di pagi, siang, malam.
Memasuki tubuhku rapat
setia rahasia tak terbagi.
Hanya padamu:
''Kamar Tidur''
Makassar, 08 Januari 2015
________________________
Pualam Kasih Bunda
(Des 16 ke 22)
By: Lia Zaenab Zee
Rerambah percik air, atap seng limpahan hujan suatu pagi.
Aroma dapur bersekutu dingin mengelus rasa merengek lapar. Berada, di lingkaran ruang bau racik rempah memanja
memelukku sepagi ini
Rumah cinta, Bunda, serenade
kasih dan hati menghangat
Amboi...
Almanak menggilas ingatan angka 22. Bun, kupastikan angka 22 tak mengenal empuk putih 'kasih' pada urat hatimu...
''Bun, Kasihmu tak perlu bilangan. Apalagi angka.''
Bermekaran, sepanjang musim. Periperi cinta mengitari tiada henti. Bersekutu malaikat kebaikan meramu mantra pujian:
'' Ntuk Perempuan Berahim Asih''
Pualam kasihmu, kudekap
bersama usia. Tumbuh bersama hembusan nafas, jadi detak
Jantung. Kuhirup bersama
kerak cinta pekat sepenuh dada, meleleh, mengaliri anakkan
sungai mata ....
Memilikimu, keajaiban
Sajadah bentang bersama rintih
rapal doa ntuk perempuan yang serat rahimnya sebagian aku
Pencarian surgaku berujung di kakimu...
Makassar,16 Desember 14'
________________________
Lantun Alif Ba Taa
By: Lia Zaenab Zee
Ada lembar usang aroma
kasih yang karat
Hangat meningkah benak
Bahu kokoh, pijakan mula
rebah memanja
Lantun Alif, Baa, Taa ...
Tentang usap kepala, kala
membola mata mulai
cerewet berkeluh
Tangan penghapus anakan
air kornea, dicemas bocah
Ayah, aroma tua tercium
Ilusi..., rerindu melayang menggerayang
Kalam Ilahi menggetar ruang
Suara radio senja ini ...
Bertalu gemetar buhul
rindu mencari namamu
di jendela awan
Alif Ba Ta...
Suara bocahku, menyelinap
rincing di suara Qori'ah
Alif Ba Ta...
''Ayah, itu lafalku, berpuluh
silam, lari.''
Mula denting eja di hadapmu
Benak kilas ruahruah ranting
waktu, bersama, silam
Mengunyah kenang,
derai tawa, pekik riang
lelucon hari
Ini aku : peri kecilmu
Rapal doa, berpeluk cinta,
memangut cerita kurenda
rindu tertitip dikemurnian
rasaku
''Tak pernah kujumpa
diksi penutup''
Jika itu paragraf tentang
kau, Ayah
Lalu, kisah tak pernah
ada akhir seperti rindu
yang tumbuh di dada
yang tak kenal mati
Kuseka air bening cinta
di bola mata
Lantun Alif, baa, taa..,.
harap penawar jarak
Makassar, 27 Desember 2014
LOMBA CIPTA PUISI FAM_Lia Zaenab Zee_ Bangga Belukar Semat Kalbu
____
Bangga Belukar Semat Kalbu
By: Lia Zaenab Zee
Carut marut tatanan
Budaya negatif mengakar masif
Kepentingan sesaat, tersesat
Tetua bangsa saling cakar,
Picik tabiat terpamer terang
Marwahmu terkhianat
Rahim bumi cacah koyak
Keserakahan amuk buta
Angkuh mencabik ranahmu,
serpih tersayat, estafet buruk
tingkah
Apapun Engkau, banggaku, milikmu
Tlah darah berkalang merebut
kemerdekaan, bebas
Di taman makam pejuang
berbaris-baris pusara mereka
Berwariskan rasa patriotik, walau jadi bisu, pucat pasi saat ini
Bangsa sepuja sebening airmata sesak sesal buatmu
Ada, lalai abai berbangsa jadi pemanis bibir, munafik
Ada, anak-anak Pertiwi kapar lapar di lumbung-lumbung padi
Ada tikus-tikus besar pesta pora
Sering, saripati bumi negeri diobral, sambil ngakak menghitung laba kantong sendiri
Tapi. Deras bangga sulit tersisih
di hati yang kadung cinta
Bangsa carut marut ruweh
Pemuda-pemudi bertaruh nasib
dinegeri-negeri orang
Kadang, hak warga negara diberlakukan basi pada mereka
Kau tetaplah tak terganti
Tanah air udaramu, nafas
Melumat leleh kagum tak geming, tempat kembali
Budaya luhur leluhur, kerak di dada
Aturan budi kehidupan, pekak terlanggar.
Buncah ruah decak puja tetap
sulit tercerabut
Ntukmu
Selalu menggerayang rindu pekat
Kecambah megah jiwa
Bangga belukar semat kalbu
Tentangmu
Dentum asa 'ntuk wangikan namamu memekik buih ditiap sendisendi, didetakdetak nadi
Bangsa yang tak mungkin teringkari
Relief identitas kesejatian,
harga diri dan jantung
Luka darah, anakan perihmu tak surutkan senyum asa
Kelak jaya raya berpeluk dekap
Senanah apapun Engkau kini
Mengombak ingin yang samudera
Tertanam ditanahmu
Senyum sentosa gemilang,
sejahtera Indonesia
Desember,15 Desember 2014
Kepungkan Doa
Penghantar Kepulangan
By: Lia Zaenab Zee
================
Luka leleh di mana mana,
mengiris ruang batin
berdarah tak terelak.
Tapi luka adalah jalan
pedih ntuk meraba khilaf
dan pemakluman kelemahan
kita sebagai hamba
Begitu banyak kesedihan
Merampas airmata,
harapan dan kebahagiaan
Memenjara senyum,
memburai jantung
Tapi selama di dada
bersemayam iman,
luka luka akan jelma ridha
yang tabah. Meneteskan
alirkan doa dari tangan
tangan suci yang
menengadah pasrah
Pada yang pasrah, semua
yang bernama luka adalah
sakit yang tak terasa.
Telah pecah di tengah
sujud malam malam
penyerahan
Meski airmata masih
genang. Biarkanlah genang
menjadi basuh balur dosa,
jadi barisan kewaspadaan
langkah. Pengokoh tali penyambung pada Pencipta
Biarkanlah kepungan doa
menghantar ruh ruh
berpulang:
''Innalillahi wainna
ilaihi rajiun.''
Makassar,04Januari2015
================
Selamat Pagi,
Kesyukuran Masa
By: Lia Zaenab Zee
================
Selamat pagi kesyukuran
Tahun putik singgahkan
bibir yang tak lupa
mengurai jiwa harapan,
menjemput reski dengan
semangat yang subur
berhumus, era baru
Menjadi Indonesia dalam
pendulum masa, merenda
asa baru dan memutuskan
masa lalu yang memburuk
muram, berpaling pada asa
yang mekar menunggu
Rindu yang batu, gebu
dalam Indonesia yang jaya Mempusarakan hampa
purba kebodohan
berbangsa. Bongkar
bangkit jiwa kesatria
wujudkan cita ridha Ilahi
Kita adalah bunga bunga
peradaban bangsa,
meletakkan kebanggaan
dan ketulusan pada kelopak
cita. Dalam tangkai tangkai
laku luhur
Menuluskan harapan lewat
tanakan mimpi dan niat
yang api, meski kadang
nyeri menyambangi.
Karena hidup tidaklah
selalu, seindah sajak
yang bersolek puitis
''Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.''
Indonesia dalam dekap
detik memburu. Merebah
punggung pada tatapan
cinta dan bentangan langit
harap:
''Sabang sampai Merauke''
Berkomat kamit dalam
alir doa. Tempat berakhir
di pelaminan khusnul
khatimah berkalang
tanah pada maut
: Indonesia darah kita
Makassar,03Januari2015
Note:
S Nasyarah 94:5
================
Juara2KBM-ASR
Puisi LIRIS
Senandika: Tepi Tahun dalam Degup Cahaya
By: Lia Zaenab Zee
===============
Pada semburat cahaya yang berasal dari surga. Kilat pemecah malam.
Tarikh menunggu resah dalam antrian. Malam merayap senyap yang dalam, selepas cahaya
Sayap malam bentang. Kuhirup hawamu dalam isak basah yang syukur. Apapun itu, kotak hati pada sudut kenangan beruahruah kisah putih dan hitam. Apapun itu 'syukur' adalah pintu sekaligus kunci dari ribuan warna hitam putih isi kotak hati.
Mengemasnya dalam kenangan. Memilahnya telisik. Mengharap membengkelkan warna yang buram, mengecatnya menjadi terang. Selagi semprotan nyawa masih terpegang, mungkin ini adalah kesadaran ntuk instropeksi. Dan, aku namai basuhan ''Kebahagiaan''
Pada berai tautan rasa. Selalu ada tempat menuangkannya. Pada bait- bait puisi. Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih...
Pada ulur tangan kelembutan asih, pada kuyu mata kaum papa yang berserakan di jelaga-jelaga hidup
Syukur adalah kunci sekaligus pintu. Pembuka kotak pendora ''bahagia''
Begitu sederhana ''Bahagia''
Mengerek degup cahaya pada lingkar kotak hati
Makassar,18Desember14'
===============
“SubhanAllah”:
Desember 18
By: Lia Zaenab Zee
Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka. Air terus berpesta pora dalam dendang awan, tabuhan gendang guruh, kilasan cahaya kilat
Cemas menggantung di pintu ruang. Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa
menerbangkannya bersama waktu.
Gelisah pada basah yang meninggi. Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali. Haruskah kembang berton cahaya meledak di udara angka ''15'' terjeguk dari atapatap rumah yang separoh tenggelam?
Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang. Mengolam, menganakkan luka perih nelangsa nestapa ''Bencana.''
Astagafirullah....
Ampunilah kami. Cukup Banjarnegara? Meski khilaf-khilaf kami tidak saja mengolam tapi jelma samudera
Bertabuh angkaangka tanggal satu persatu ...
SubhanaAllah... Menuju angka 15
Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata. Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang? Rayu ''Dia!''
Bukankah ''Dia Maha yang Maha?''
Mengerahkan payung awanNya
Jadi tameng segala ''bencana''
''Kum FaYakun''
Makassar,18Desember14'
================
Tidak Ada Kepergian yang
Tak Mampu Tertanggung
By: Lia Zaenab Zee
Pada setiap kepergian
Tuhan tak pernah
menciptakan kehilangan
yang tak mampu
tertanggung
Selalu ada daya magis
dibalik setiap kejadian
Atau bisa jadi, jitakan pada kerelaan kita yang begitu
betah berpeluk jenggala
nafsu buruk
Padahal DIA begitu setia
menunggu kapanpun kita
jeguk
Tika hujan linangan bola
kornea duka menderas
Gegas kemas mencari DIA
yang kerap berdebu
di sudutsudut hati
Merengek, merajuk
mencuci muka bopeng
nanah kita
Menyalip doa tak punya
sabar
Memaksa Surga
secepat-cepatnya
Dia begitu Kuasa
Rintik gerimis saja bisa
melukis airmata dan senyum
hanya sekali sapuan
kuas
Pun, jika luka tak bisa
melebihi kuasamu
Biarkanlah luka itu
kau serahkan pada
Sang Pengenggam
Lihatlah!
Betapa bodoh dan naif,
Begitu betah terkecup
bara nafsu
Lalu lupa ...
''MengandalkanNya''
Makassar,17Desember14'
===============
Menuju Almanak yang
Tanggal Satu Persatu
Menuju pintu lubang waktu.
Tercekat linglung tarikh,
Ada bagian siklus
menggelisah.
Adakah kecemerlangan
nilai, yang termaktub
di arsy. Bilangan rahasia
yang rahasia...
Pada gelisah yang paling
haru. Pada kehangatan
yang meruah syukur.
Pada kepak gundah
salah tuju. Pada ke-akuan
yang karat. Pada pencarian
bahagia yang tak mampu
kudefenisi dan kubatasi. Kesemuanya, pada cemas
bekal perjalanan abadi
Makassar,23Desember14
===============
Sampang-Karang Kobar- Banjarnegara
By: Lia ZZ
Zone waspada
Nyawa bercecer tak terdeteksi
Jumat, lima menit sebelum Magrib
Takdir dicap pada RohRoh terenggut
Ke tanah kita kembali
Pada tanah pula Roh dipinta
Jika musibah dicobakan
Daya manusia apa?
Zone waspada hanya itu
Lalu rapal Doadoa
Rauangkan, langitkan
Menghamba berTuhan
Doa sapih luka paling basuh
Pada ikhlas yang begitu perih meluka
Bertekuklah, kaparlah
TanpaNya?
''kita hanya mahkluk''
Makassar, 15 Desember 2014
===============
Langganan:
Postingan (Atom)