Senin, 12 Januari 2015

BUDAYA FAJAR 26Des14 1. Lingkar Raihan Damai Oleh: Lia Zaenab Zee Semburat cahaya percik surga Kilat pemecah malam Tarikh menunggu resah tanggal pada antrian Malam merayap senyap selepas cahaya Sayap kelam bentang Kuhirup hawa dalam isak basah yang syukur Kelopak hati disudut kenang, beruah kisah putih dan hitam Ikhlas tertitip dipintupintu ikhtiar, kunci ribuan isi pendora hati Terkemas kenangan Memilah telisik Mengharap membengkelkan warna buram, mengecatnya menjadi terang Pada berai tautan rasa Selalu ada tempat menuang Pada tubuhtubuh puisi Pada sentuh embun pagi, pada tarikan sumringah kecambah benih... Selagi semprotan nyawa masih terpegang Ini adalah kesadaran ntuk instropeksi Ternamai basuhan : Kebahagiaan Di ulur tangan kelembutan asih Membagi dikuyu mata kaum papa, yang serak dijelaga hidup Mengerek degup cahaya pada lingkar raihan damai Makassar,25 Desember 2014 =============== 2. Tameng Bencana Oleh: Lia Zaenab Zee Waktu yang jepit almanak berhitung mundur pada detik bersalin angka Air terus berpesta pora dalam dendang awan Tabuhan gendang guruh, kilau cahaya kilat Cemas menggantung di pintu ruang Pada kealpaan sayap-sayap mimpi yang terlupa Menerbangkannya bersama waktu Gelisah pada basah yang meninggi Pada jilatan air pada tepian tatakan bata rumah-rumah kumuh pinggir kali Haruskah kembang api berton cahaya meledak di udara angka ''15'' Terjeguk gemeretak gigil dari atapatap rumah yang separoh tenggelam? Ataukah? Air yang kau titipkan di kornea mata, pecah berulang-ulang Mengalir, menganakkan luka, perih nelangsa: Bencana Ampunilah kami Cukup duka yang kau wakilkan Meski khilaf-khilaf kami mengolam dan jelma samudera Andai, air mata yang menghamil di perutperut kantung mata Jadikan lautan luruh dikelim-kelim sajadah yang bentang Mengerahkan payung awanNya Jadi tameng segala ''bencana'' Makassar,25 Desember 2014 =============== 3. Tidak Ada Kepergian yang Tak Mampu Ditanggung By: Lia Zaenab Zee Pada setiap kepergian Dia tidak pernah menciptakan kehilangan yang tak mampu ditanggung Karena selalu ada keajaiban di balik setiap kejadian Ataukah jitakan pada kerelaan kita yang begitu betah berpeluk jenggala syahwat nafsu Padahal Tuhan selalu setia menunggu kita datang Ketika hujan airmata duka menderas Gegas kemas mencari Tuhan yang berdebu di sudut hati, Merengek menyulap doa, gegas mencari muka Memohon surga secepat-cepatnya Jika lukamu tak bisa melebihi kuasamu Biarkanlah lukamu kau serahkan bulat padaNya Lihatlah Betapa bodoh, naif Betah terkecup bebara nafsu Lupa ... ''MenggandalkanNya'' Makassar,25 Desember 2014 ===============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar