Minggu, 07 Desember 2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-30
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Desember 4: Lambai Akhir
Untai rumah awan hambur tangis Meluap menutup senyum matahari Bandara suatu senja, luruh air
Menyembunyikan pekik sesak dada Basah senja, basah kelopak, basah sedihku
Lambai akhir
Elegi kisah mulai menebar benih Kucoba berlayar di tatap matamu yang kabut
Gelap, kompasnya mati tak berarah
Kapal berlayar terombang ambing tanpa pandu
Selasar sepi setia menemani Desember keempat sua
Kuketuk ruang kenang, menyahut suara sekarat di sana
Harusnya lambai akhir mengajarkan bab tentang cara elegan melarung rindu
Empat Desember siasia kularung Kudapati namamu selalu ajarkan ntuk menunggu di pelabuhan jiwa
Desember keempat kupatri setegar karang
Kuusap tanpa sisa haru, bahwa namamu hanya bernama kenangan Hanya itu
Makassar,4Desember2014
------
#30HariNonStopMenulisPuisi-29
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Kisah Degup yang Setia
Kisah tentang degup yang setia. Menjejala di dada, mengalir di nadi. Kusemat pada bungah yang rindu. Negeri gemah ripah loh jinawi. Negeriku
Negeri yang namanya kulantun
dengan penuh cinta. Kulafal di doa. Kuimpikan dalam angan akan sebuah ranah tempat kembali yang permai. Bentara tanah yang terukir moyang beranakpinak nafas patriotik
Indonesia darahku. Tempat, handai taulan melangitkan harap.
Mengalirkan peluh. Menyapih mimpimimpi
Untukmu direlakan nyawa berkalang tanah. Hanya padamu. Cinta yang tak jemu. Rindu yang tak pernah selesai disulam.
Untukmu, lukamu bagian dari rasa tersakit kami. Untukmu, sentosamu, kebahagian paling palung
Bopengbopengmu adalah lalai yang kami semat. Maafkan!
Makassar,3Desember2014
------
#30HariNonStopMenulisPuisi-28
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Peramu Suluh Kecil
Negeri tercinta berkarat sekarat karam dengan benci yang racun. Mahir mencari-cari borok luka sesama. Candu mengawang mentereng pada emas, kursi, kuasa. Mencabik amuk pada semua yang rintang
Budi nalar dipanggang rasa benci telanjang, ramuan saling fitnah dicap halal kepentingan golongan.
Mabuk ambisi sempoyangan toreh legam sejarah
Anakanak zaman. Dilapalhapalkan keserakahan. Timbangan martabat diketuk palu dengan pundi pundi uang. Kepintaran dilacurkan makar di majelis majelis ilmu
Negeri terisak dalam raungan pinta:
Jadilah sebaikbaik peran. Jadilah manusia positif. Penyimpan asa dan mimpimimpi yang dijaga sepenuh jujur dalam kantongkantong dan kamarkamar kebenaran.
Jadilah suluh yang kecil. Kala bongkahan percikan terang jelma bola api menghanguskan senyum Tuhan Ranah Pertiwi
Indonesia gemah ripa loh jenawe
Biarkanlah Tuhan tersenyum tulus.
Jadilah peramunya sebelum 'Dia' sebenarbenar menjadi bosan
Makassar,1Desember2014
------
#30HariNonStopMenulisPuisi-27
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Desember
Akan selalu seperti ini
Namamu datang menyapa di pintu kelim tahun. Dengan sejuk yang masih. Pada senyum yang selasar kristal pada gigil ruah basah air.
Sejuta cemas sejuta damba. Hadirmu tabir kisah di lembaran resolusi penanggalan sepeninggalmu.
Desember dengan nama yang manis. Akan selalu menyisakan kisah penutup yang kenang. Bab akhir dari sebentara genangan waktu bernama tahun.
Senyumlah Desember, meski basah menganak di bopeng-bopeng waktu sebelummu. Biarkanlah senyummu jadi belai yang paling belai. Biarkanlah senyummu
madu pada detikdetik lambai perpisahan tahun.
Dan biarkanlah
''Senyummu adalah pelipur paling lapang, untuk jiwa-jiwa perindu harapan dan rimbunan mimpi-''
mimpi''
Senyum semesta di pintu-pintu
Ulur sambutmu. 01 Desember.
Makassar,01Desember2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-26Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Berai Di Ujung Ikrar
Kekata yang busa tak mampu bawa seserahan rindu ditubir
malam malam kita. Selapang hembusan nafas lambai kisah pada penutup. Aku tak maknai ini takdir. Tapi berkah, terkemas sebentuk kado ujian
Seremah apapun berai serpih kita. Selalu ada rekah bunga di tiap musim. Jika memang takdir menorehkan resah beruntai detik ini. Mungkin jutaan detik berikutnya beruah untaian benang benang emas
Ini bukan tentang cinta dan rindu. Ini tentang langit yang menauki kita selalau mewartakan musim beda dalam kecap kita.
Ini bukan tentang condong ke sesiapa. Kamu dan Bapakku . Dua nyawa sejuta beda. Yang kukecap dalam rasa yang sama.
'Sayang'
Telah selesai kulisankan apa yang seharusnya.
Makassar,30November2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-25
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Bulan Ganjil Mengintip Peradaban
Bulan Ganjil mengintip peradaban. Nyawa melata mencari pulang. Kepulangan aneh tak bernama. Siasia tragis pilu. Pahlawan kesiangan. Harga terbayar ntuk niat yang abu?
Menetaskan darah yang gamang. Meretaskan musim yang galau. Mengoyak sobekan cinta luka Bunda. Mengerak sesal tangis Ayah
Jika pahlawan niatkan ruh sebagai pahlawan. Jika ragu, jangan sulam bodoh yang pahit. Penyerahan, yang jauh 'makna'. Kenangan sejarah Bulan Ganjil. Sia.
Makassar,29November2014
Note:
Kenang: Korban masyarakat umum pada Demo BBM 27Nov14.
#30HariNonStopMenulisPuisi-24Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Kepulangan adalah Kemestian
Kepulangan adalah kemestian. Dalam detak haru balur doa. Pagi ini rohmu pergi. Kenang adalah sisa bagi jejak yang kau tinggal. Dan masa remaja adalah kebersamaan yang indah, Sahabat.
Beribu hari bilangan remaja telah berlari dari kita. Kepergianmu membuka ingatan rerupa kilasan potongan kekonyolan manis.
Buram hari kala hati kita labil persoalan cinta remaja. Berlompat riuh kala kita memetik bahagia dipeluh prestasi. Atau bak penyair kesiangan mengindahindahkan kata merangkai mimpi-mimpi kita kelak.
Doa lantun sertai balut kaca
kelopak. Hanya persoalan sederhana jika antrianmu lebih dahulu, Sahabat
Kepulangan adalah kemestian. Dan kedatanganmu telah usai, Sahabat.
Makassar,28November2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-23
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Kemboja -Lumeria Rubra-
November kedua
Kujeguk haru batang kamboja yang kutitip di November kesatu gundukan pusaramu. Bunganya putih kekuning aromai kenang perih masih menguasai dada. November ke dua begitu cepat dirindu yang masih selalu muara di kolam kelopak.
Begitu susah memetik ikhlas. Seperti pita pinta yang lelangit telah kucoba. Hadirmu didada selalu seperti kisah yang laut. Gemuruh ombak, kadang tenang indah dan kedalaman misterius. Mungkin serupa itulah ikhlasku. Masih selalu penuh goncangan dan kapar yang senyap.
November kedua. Kamboja, pusara yang lambai. Damailah dalam tidur abadimu. Seperti pinta yang maha
untuk melepasmu tanpa perlu sisakan dada yang sesak ... '' Abang ''
Lumeria Rubra akan selalu terjeguk
Makassar,27November2014
30HariNonStopMenulisPuisi-22
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Sesederhana Kusebut Sebuah Nama
Sederhana saja datangnya
Rindu yang tiba tiba usik
Tapi entahlah di bagianmu
Selalu kau rapal untukku kata
sayang yang kadang kutepis jengah terlalu 'asin'
Aku meng-amin
Setelah sekian waktu dan usaha kau ulur
Kuresapai dalam rasa sederhana
Kucecap manis pelan pelan saja
Sederhana bisa menyakiti?
Aneh...
Kuterima pengakuanmu
Tentang janji yang kau tunai
Batal?
Pun entahlah
Hatiku ; pun entahlah
Sederhana saja ambil tunaimu
Pergi! --tak masalah.
Makassar,26November2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-21
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Kubutuh Rapal DoaDoa
Dicinta yang tunai
Pada rasa yang tak perlu jawaban
Pada ketakutan purna
Pada gigil paling gigil
Pada pasrah lelangit
Kupersembahakan pemujaan
Di altar paling indah yang kutahu
Kala sayap malamMu jelma pesta batin
Riuh rendah nyaman yang magis
Kala kuhamburkan segalanya
Di hadapanMu
Engkau adalah Dzat yang tak pernah tuntas terdefenisi
Karena Engkau adalah ketuntasan itu sendiri
Pun kuatkan aku untuk tak pernah berhenti merapal doadoa
Seperti selselku yang tak pernah selesai
Merangkai jatuhbangun khilaf
Makassar,25November2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-20Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Gadis Pemecah Batu
Pagi awal November
Masih teramat samar bayang hari
Gigil gelitik nakal disobekan carik selimut kumal, bekas Bapak dulu
Ayam tetangga belumlah ribut
Bau malam masih sisa
Ngilu punggung torehan rodi
sore kemarin, gigil mengigit
Tak tepis cita bajanya ntuk lanjut hari ini
Punggungnya nafas adikadiknya
Bapak Emak telah berpulang
Gadis kecil lekatpekat singsing
lengan, berpeluh lenguh tegar.
Melanjutkan hidup
Diketiaknya, tempat adikadik
berkeluh kesah
Merapal asa, nafas dan belai
Jika lapar, siapa yang perduli?
Nafas Baja tekad batu
Jadi pemecah batu
Pagi ini, entah sampai kapan?
Makassar,24November 2014
17 brs
#30HariNonStopMenulisPuisi-19
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Kolam dan Melati
Aku tubuh puisi yang mengolam
Tenang pada ikan ikan yang riuh
Aku Melati di tepi jendela
Yang wanginya tak selalu mampu bangunkan lenamu
Kolam Melati saling mencari pagi pagi
Lupa waktu di waktu siang
Saling rindu pada malamnya
atau saling membuang rindu diselanya
Aku masihlah aku
Samping jendela teraroma melati
Kolam tetap tenang meski ikan ikan sebagian lari sebagian pergi sebagan entah
Kutabuh lesung kolam dengan percik air
Mengabarkan musim pada melati
Kolam dan melati tetap setia bersama tercekik waktu
Tetap runut mengenggam alur
Melabuh rela pada angin takdir yang begitu rajin menyapa
Kolam Melati masih akan ada
di segala musim
Makassar,23November2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-18
Nama asli:Lia Sainab Asbar
Nama pena:Lia Zaenab Zee
Judul: Mahkota Tercampak
------------------------------
Langit menggurui keras
Bumi serupa menghimpit
Nafas memburu pecah dada
Kaku nerve, kelu lidah
Selsel jenak rupa semaput
Ketukan palu baca takdirku
Aromai udara sesak galau
terpojok lingu
Mahkota pujapuji berai
Sesal susul menyusul
Air kelopakku reruah banjir
Tatap bola mata bening,
Pangeran kecilku
Hunjamkan matapanah paling pedih, tepat di jantung
Tetaplah putih Nak! isakku
Jalajala cangkang bekap
Sayap patah, tercerabut
Derita mengintai detikku
Senyap muram, angkuh hari
Jadi sahabat sepi
Makassar,22 November 2014
---
#30HariNonStopMenulisPuisi-17Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: MATI ATAU HIDUP SAMA PEDIHNYA
Bilur merenda bisu
Bernanah sapih sepi lara
Bermukim lindap terasing
Hidup tak ber'asa
Carut perang mamah
Merangkak detik lamban
Maskul menunggu takdir
Rasa takut mengebal kerak
Mengental, menyumbat nadi
Maut menganga siap terkam
Kejam murka perang ....
Derita tak terhitung
Senyum ...
Entah...? begitu sakit
Tak punya pilihan
Mati atau hidup sama pedihnya
Makassar,21 November 2014
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
#30HariNonStopMenulisPuisi-16
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Pengulangan Detik yang Sama
Selalu debar yang buncah, ragam
rasa. Penanggalan spesial di bulan tepitubir tahun, November. Hari ini senyum yang debar. Menghitung angka, mempeta senyum dan mangancam duka, enyah.
Merenda ingatan, kala tangis pertama gigil menyapa dunia.
Berlari lampau hari itu. Tapi selalu,
Kotak waktu selalu rajin menyapa
Pada kerut yang tersulam, pada rambut yang enggan seluruhnya menghitam.
Kado waktu yang ikhlas menyapa
Pada hari dan angka yang sama. Kebaikan waktu yang rela berbagi
ilmu mengajarkan tentang proses menjadi dewasa. Tentang waktu yang arif membagi ruang untuk melakukan yang terbaik sebelum pintunya ditutup.
Makassar,20 November 2014
NB:
Special for Bunda Icha
HBD Wish U All the Best
Tunda
#30HariNonStopMenulisPuisi-
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Lelaki yang Namaku Disemat Namanya
Kisah pada sebuah rindu yang merah. Kelopak yang abadi.
Tangkai kokoh yang tak berduri.
Wangi dalam aroma ruparupa, semuanya adalah wangi yang rindu.
Kisah tentang Cinta yang Cinta. Cinta azali penumbuh darah dagingku. Cinta yang semat lekat di kesejatian hidupku. Cinta yang namanya kusemat di akhir namaku
''Asbar Sinang''
Lelaki yang doadoanya bertaburan namaku terapal. Lelaki yang ikhlas melatakan kuatrenta usiany ntuk'ku. Lelaki pemintal gen buhul rindu.
Lelaki, yang cinta. Suatu tanya dan jawab yg tak perlu dibahas. Dia mencintaiku titik tanpa koma. Lelaki pemelihara sayang abadi, untukku. Bapak, menganak rindu ...
Makassar,19 November 2014
#30HariNonStopMenulisPuisi-15
Nama asli: Lia Sainab Asbar
Nama pena: Lia Zaenab Zee
Judul: Asmara Ikhlas
Hari belum dipinang cahaya
Tasbih fajar di tepitepi lafal
Benak yang lindap rapal doa Keluhkesah akar lilit
'' Aku sesuai prasangka hambaKu''
Bekap pada pikir yang nalar
Tengadah sujud
Kumuara tuju hanya pada-Mu
Kuasmarakan pikulan beban
Melatakan ikhtiar paling baja
Walau cekik punggungi asa
Banting lebam sendisendi
Asmarakan ikhlas
Di leleh isak simbah rukuk
''Aku sesuai prasangka hambaKu''
Sepenuh rela termadu kupetik asih
Wangi ditebar di nadinadi
Rimbun mantra
Asmarakan ikhlas
Makassar,19 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar