Kamis, 25 Desember 2014

#PuisiLiris Faa... Bahu Desember mengkerut dingin. Ribuan jarum air menikam jantungnya. Mengalirkan pesan gundah wartamu yang makin keruh Mimpi berkelana sekilas bayang, memungut rindu merintik pelan, meng-asin, perih Menguap, mengawan di kolam kornea, menganak sesal kerak pertemuaan Mencemoh janji sebatas leher. Mencekik jarak yang mematahkan waktu. Menghentikan dendang kalbu berlaras damba Makassar,20Desember2014 #PuisiImajiTerliar Kupercayakan Rahasia Besarku By: Lia Zaenab Zee Pekat malam tua gigil yang senyap. Terengkuh lena dalam hangat pelukan. Kecambah mimpi merayap. Mengecup rekah senyum dalam ayun lembut kelonan Kau. Kecintaan terrindu. Selalu mengetuk liar batin ntuk pulang ke tubuhmu Aromamu membaui hidung begitu lekat memanja. Partikel ternyaman raga, Padu batin, pada tiaptiap arah inginku menanti kapanpun aku berlabuh Benak selalu sibuk meng-anganmu bila sekejab jauh darimu. Penghimpun setia cerita dalam kibar dan layu perjalanan Bukankah rahasia besarku ada padamu.? Kesejatianku terang di hadapamu. Rekam jejak melukis dinding mata jendelamu. Amuk laku tertayang tammat ditatapmu. Bungah hati tertulis dilantailantai ayunmu. Senyum kugesekkan riang di kisikisi angin yang berdansa goda bersamamu. Menemaniku menari di putik mekar mawar merah jambu hati Benarkah rahasia besarku telah larut disenyawamu.? Menyatu batin, saling merindu. Berpeluk hangat di pagi, siang, malam. Memasuki tubuhku rapat setia rahasia tak terbagi. Hanya padamu: ''Kamar Tidur'' Makassar,19Desember2014 Pualam Kasih Bunda (Des 16 ke 22) By: Lia Zaenab Zee Rerambah percik air, atap seng limpahan hujan suatu pagi. Aroma dapur bersekutu dingin mengelus rasa merengek lapar. Berada, di lingkaran ruang bau racik rempah memanja memelukku sepagi ini Rumah cinta, Bunda, serenade kasih dan hati menghangat Amboi... Almanak menggilas ingatan angka 22. Bun, kupastikan angka 22 tak mengenal empuk putih 'kasih' pada urat hatimu... ''Bun, Kasihmu tak perlu bilangan. Apalagi angka.'' Bermekaran, sepanjang musim. Periperi cinta mengitari tiada henti. Bersekutu malaikat kebaikan meramu mantra pujian: '' Ntuk Perempuan Berahim Asih'' Pualam kasihmu, kudekap bersama usia. Tumbuh bersama hembusan nafas, jadi detak Jantung. Kuhirup bersama kerak cinta pekat sepenuh dada, meleleh, mengaliri anakkan sungai mata .... Memilikimu, keajaiban Sajadah bentang bersama rintih rapal doa ntuk perempuan yang serat rahimnya sebagian aku Pencarian surgaku berujung di kakimu... Makassar,16 Desember 14' Lantun Alif Ba Taa By: Lia Zaenab Zee Ada lembar usang harum kasih Hangat berlompatan membenak Bahu kokoh, pijakan pertama kurebah Lantun Alif, Ba, Taa ... Tentang usap kepala, kala membola mata mulai cerewet berkeluh Tangan penghapus anakan kornea, dicemas bocah Ayah, aroma tuamu kucium Ilusi..., rerindu melayang menggerayang Kalam Ilahi menggetar ruang Suara radio senja ini... Talu buhul rindu mengangkasa mencari namamu di pintu awan Alif Ba Ta... Suara bocahku, menyelinap rincing di suara Qori'ah Alif Ba Ta... ''Ayah, itu lafalku, berpuluh silam, lari.'' Mula denting eja di hadapmu Benak kilas ruahruah ranting waktu, bersama, silam Mengunyah derai tawa, pekik riang lelucon hari Ini aku -bocah putrimu- Rapal doa, berpeluk cinta, memungut cerita berenda rindu Menghimpun bab akhir, ''Ayah, Tak pernah kujumpa diksi penutup'' Jarak adalah cinta yang berenda rindu kan, Ayah? Alif Ba taa... Makassar, 15 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar