Rabu, 15 Oktober 2014

Galeri Fantasi Oktober_ Mana Janjimu?_ Lia Zee ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Malam gemintang. Sesekali angin kemarau kering menampar pipiku pelan .Sekeliling sepi, sesekali hanya di tingkahi suara-suara ketawa dari kelompok bapak-bapak yang melingkar duduk bermain Domino di Pos Siskamling di bawah sana. Rumahku berada di tanah yang agak lebih tinggi dari rumah kebanyakan di kampung ini. Pos Ronda yang terletak persis di sebelah selatan lapangan. Lapangan, tanah terbuka yang merupakan pusat sosialiasi dan pusat kegiatan masyarakat kampung. Kampungku berada ketinggian dari permukaan laut. Sangat dingin di pagi hari, panas menyengat di siang hari. Tanahnya pegunungan yang kering,tandus, dengan musim kemarau parah yang sering melanda. Kehidupan bertani yang sulit, penyebab utama pemuda-pemudi di kampung ini memilih untuk pergi merantau. Ingat merantau, selalu teringat kisah manis 'jodoh' Bapak dan Mama. Hiks... Cukup terkenal, orang-orang tua di sini kebanyakan masih ingat. Dulu, keluarga Bapak termasuk miskin, Beliau pergi merantau. Mungkin itu adalah alternatif terbaik yang mesti diambilnya. Semantara Mama melanjutkan sekolah gurunya di kota. Keluarga Kakek (Bapak Mama) termasuk terpandang di kampung ini. Kakek seorang Guru. Setelah Mama menyelesaikan Sekolah Gurunya kemudian mengabdi di kampung, meneruskan profesi Kakek. '' Leyaa, apa lagi yang kau tunggu, umurmu cukup?, Andi laki-laki baik, guru pula sepertimu''. Cerita mama suatu waktu padaku. Saat untuk kesekian kalinya Kakek mendesak Mama untuk segera menikah. Dan tentu saja untuk kesekian kali pula Mama menolak lamaran yang ditujukan padanya. Suatu hari Senin, hari pasar. Pasar hanya buka 2 kali seminggu Senin dan Kamis.Tempatnya di Kecamatan. Mama bertemu Bapak. usaha untuk bertemu Bapak kata mama, sudah di rencanakan jauh-jauh hari sejak Mama mendengar kabar, Bapak sudah kira-kira sebulan dari saat kejadian itu, pulang dari merantau. Dengan nekat, Mama menghadang jalan papa dan rombongannya. Pergi ke pasar biasa di lakukan dengan jalan kaki bila keadaan jalan sedang parah-parahnya sehingga kadang tidak bisa dilewati kendaraan. '' Mana janjitak dulu, kak?, tanya Mama tanpa basa-basi, setelah mereka punya kesempatan berdua. Terpisah dari rombongan. " Dek, tidak mungkin ku lupai janjiku, tapi....??? mana mungkin Kamu masih mengharapkankak" ada nadanya bergetar risau, tak percaya, atau apalah namanya. Wajah Bapak kala itu seperti orang linglung. '' Maksud kakak...!?'', '' Kakak minder dek, tidak percaya kalau adek masih mengharapkan kak, ka ku dengar cerita, banyak dudu mi laki-laki mu tolak," jawab bapak. '' Na kutungguiki itu selama ini kowdong. Pokoknya kalau memang masih sepertikik dulu,serius! datangmi di bapakku melamar". Singkat cerita Mama ibu guru, bunga desa yang cantik dinikahi oleh Arman sang perantau. Sayang, perkawinan bahagia hanya berlangsung beberapa tahun. Saat umurku belum 3 tahun Bapak telah pergi mendadak dengan badan membiru. Serangan jantung,? mungkin?. Karena jasadnya tidak diperiksa secara medis maklum tinggal di kampung. Aku mengenal sosok Bapak hanya dari cerita mama. Sampai saat ini Mama tetap menjanda. Kata Mama Bapak tak tergantikan dihatinya sampai saat ini. Makassar, 10 Oktober 2014 Cat; Dialognya dalam versi logat Percakapan orang2. Makassar ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar