Kamis, 30 Oktober 2014

Pak Tua,Kemarau,Wakil Rakyat By: Lia Zaenab Zee =~=~=~=~=~=~=~=~= Basah akhir, Februari Bersama rekah lelah senyum Panen syukur lelap jenak Pesta sederhana kaum tani Berganti terang gelap desa Gigil tulang berita kemarau sendu gelisah Merayu debu mulai kabarkan gersang retakretak lahan Pohonpohon sedusedan meratapi guguran dedaun meranggas miris Pak Tua terpekur pagi ini Resah mulai mengipas jiwa Menggelitik bayang resah Asa panen, kuliah buahhati, cicilan motor .... Berebut gentayang sesaki kening pikir Nanar mata kaca,bulirbulir padi yang sekarat kehausan Pak Tua, menelan gelisah gerah sepitepi malam Mata tuanya sekilas lirik Tivikecil berdebu dipojok Operet wakilwakil rakyat berbui bersahutsahutan Gebrak meja berserak Begitu pelik urusan mereka? Wakil rakyat? Kemarau kami, terlalu sederhana untuk urusan akbar mereka? Makassar, 31 Oktober 2014 =~=~=~=~=~=~=~=~==~=~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar